⠼⠃⠑
“Hyung, aku tahu ini sulit dipercaya.”
“Jungkook, jangan ulangi ucapanmu. Aku akan menganggapnya sebagai lelucon.”
Aku memijit pelipisku yang berdenyut. Jungkook baru saja meneleponku untuk bertemu dengannya. Tahu-tahu 1 menit lalu dia baru mengakui suatu hal mengejutkan di siang bolong.
Drama spektakuler apa lagi ini? Gila. Aku benar-benar tidak mau dengar.
Aku ingin mempercayainya sebagai dusta, tapi Jungkook tak memberi celah. Ia mengulang sama persis.
“Akulah yang merusak rem mobilmu semalam.”
Suaraku bergetar. "Kenapa?"
Kenapa adik yang tinggal bersamaku selama berpuluh tahun harus melakukan ini kepadaku? Kenapa Jungkook harus membahayakan aku dan Joohyun? Kenapa dia begitu berani mempertaruhkan nyawaku? Bagaimana jika malam itu kami tidak selamat?
“Hyung, aku minta maaf.” Jungkook yang di hadapanku ini matanya memerah.
“Aku tahu pasti sulit bagimu untuk mempercayaiku lagi. Tapi setelah semua hal gila yang terjadi, soal kematian semua hyungdeul pada sepuluh tahun mendatang… aku harus melakukan ini.”
Aku masih diam. Jungkook memberitahuku soal kecelakaan mendatang pada tahun 2029. Dia bilang hanya dia yang selamat dan seseorang bernama Jay memutar waktu untuknya.
“Aku mengerti jika hyung tidak suka. Tapi aku akan membuktikannya padamu kalau ini bukan khayalan atau omong kosong belaka.”
Bukti?
“Malam ini angkatlah teleponku. Tapi kau tak perlu bicara apapun. Diam dan dengar apa yang bisa kaudengar.”
Itu permulaan bagaimana aku bisa sampai pada tempat ini. Di rumah tinggal seorang pemuda asing yang familiar bernama Jay. Dia adalah sahabat sejatiku, Park Jimin dari dimensi lain.
Jungkook merekam semua konversasi mereka sejak pintu rumah dibukakan.
Ini nyata. Ini bukan mimpi.Mulai saat ini aku telah terlibat semakin curam di dalam permainan Pandora ini.
Demi Joohyun. Demi bayi kami. Demi laut cerulean dan senja yang kami rindukan.
“Selain bahwa namanya adalah Ellie, apa kau punya ide soal siapa sebenarnya Si Gadis Tudung Merah? Kenapa dia begitu dendam kepadaku?”
Jungkook tidak punya jawaban. Yang tahu tentu saja hanya satu orang yang tengah menyeruput kopi Americano hangat di tepi sofa. Jay, yang duduk di sudut dengan gelas antik, meluruskan punggung. Tangannya dilipat, matanya menyelidik lurus kepadaku.
“Menurutmu dia siapa, Tae?”
“Anakku?”
Mereka semua diam. Mataku bolak-balik menyenter maupun Jay dan Jimin, tapi masih saja nihil reaksi.
“Jadi aku ayahnya?”
Jay menyeringai kesal. “Berhasil membuat satu, tak berarti membuatmu jadi seorang ayah.”
“Begini saja.” Jay beranjak dengan cepat. Pandangan matanya sejajar denganku dan oke—ternyata Jimin bisa setinggi dan sebesar ini di dimensi lain. Pemuda itu mengambil langkah kecil mendekati pintu kamar sebelum berkata, “Aku harus tinggal dengan Jungkook terlebih dahulu. Aku juga tak bisa membiarkan Arin menunggu di luar terlalu lama. Kau pulanglah. Jaga Joohyun noona.”
“Tidak. Kau harus memberiku jawaban. Tadi secara tidak langsung kau bilang iya, kan?”
“Untuk apa?” potong Jay dingin. “Untuk apa kau tahu soal gadis itu? Kau ingin mendatanginya? Membunuhnya? Meminta maaf? Bersujud dan menjilat telapak kakinya?”
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Cerulean Sea and The Sunset | salicelee.
Fanfiction🏅 [#Wattys2020Winner] "Hari ini, 29 Maret 2029. Aku, Kim Taehyung, dinyatakan meninggal dunia pada usia 34 tahun." Gadis asing itu berkata kalau aku harus menemuinya pada malam tahun baru. Aku tak paham apa maksudnya, tapi dia bilang aku tak boleh...