⠼⠃⠛
Pagi pukul 5. Dokter Kwon Dean memperingatiku barusan. Joohyun punya tekanan darah tinggi. Kelahiran prematur ini beresiko tinggi. Joohyun mengidap preeclampsia. Sebuah penyakit yang menyerang ibu hamil secara acak. Salah satu gejala dan penyebab preeklamsia adalah tekanan darah tinggi.
Jika tidak dineri penanganan untuk mencegah komplikasi dan mencegahnya berkembang menjadi eklamsia yang dapat mengancam nyawa ibu hamil dan janin.
Sekarang coba tebak apa pilihanku yang lain selain menyerah pada nyawa Joohyun? Hanyalah menggugurkan kandungan.
Kwon memberiku 30 menit untuk berpikir. Hari ini harus langsung operasi, jikalau tidak mungkin aku akan kehilangan istri dan bayiku sekaligus. Aku ingin bilang untuk memprioritaskan keselamatan Joohyun saja. Tapi bunyi derap langkah cepat membuyarkan desisiku. Aku terkejut. Pelajar gadis itu menghampiriku dengan napas tersengal-sengal.
"Ahjusshi, bagaimana keadaannya!"
"Buruk," kataku gusar sembari berdiri.
"Kalau kau kemari untuk melarangku menggugurkan bayi itu, maafkan aku, aku harus menyelamatkan istriku."
"T-tidak!" Gadis itu menahanku dengan sekuat tenaga. Alisnya mengerut ketakutan dan aku tidak mengerti kenapa dia terus-terusan menghalangiku tanpa memberiku alasan kuat yang berarti. Selama ini aku mempercayainya dalam gelap.
Aku tidak tahu apa yang kupercaya darinya dan inilah akibat yang kudapatkan karena sembarang mempercayai.
"Tolong minggir," ujarku dengan nada rendah. Aku lelah batin.
Aku sungguh berusaha untuk tidak membentaknya. Bagaimanapun ia pernah membantuku dalam beberapa aspek.
"Jika aku bergerak satu senti saja, kau pasti akan bilang pada Dokter Kwon untuk menggugurkan bayi tersebut," matanya berair. Dia menolak keputusanku.
Aku mendorong pelan kedua sisi bahunya. Kucengkeram bahunya yang ringkih. Pupilnya seperti hampir menangis, sama sedihnya seperti mataku.
Aku tak bisa mengucapkan apapun selain melirih perih."Maafkan aku. Aku tak punya alasan mempertahankannya."
"Ahjusshi! Jangan!" Gadis itu memekik tertahan. Air matanya membuncah dari pelupuk. Diafragmanya memompa keras, berusaha keras mengais udara dalam sesaknya menahan tangis. "Pertahankan nyawa bayi itu!"
Mataku berkilat tak sabaran. "Lantas beritahu aku kenapa?"
Melirik arloji, aku tahu aku hanya punya beberapa menit tersisa. Dokter Kwon masih di dalam ruang operasi, menstabilkan detak jantung Joohyun yang akan semakin melemah.
Gadis Toska tidak membantu sama sekali. ia hanya menggeleng. "Aku tak bisa bilang. Tapi tolong percaya padaku."
"Percaya apalagi?!"
Emosiku naik. Tanpa kontrol aku membentaknya. Astaga, aku ini memang manusia yang buruk. Aku benar-benar kehilangan kendali. Aku benci diriku. Seharusnya aku tak pernah ada saja. Aku lelah seperti ini. Aku lelah terus-terusan ditempatkan di posisi untuk jadi orang jahat.
Tetes beningnya menganak sungai dengan deras. Napas gadis itu memburu saat mengucapkan banyak hal yang membuatku semakin hancur.
"Gadis tudung merah itu adalah anak yang sempat kau aborsi. Dia adalah anakmu, Ahjusshi."
Aku bergeming. Tatapanku pasti sudah seperti orang sekarat kehilangan akal.
Tolong jangan lanjutkan. Hentikan semua omong kosong ini. Mana mungkin gadis tudung merah yang notabenenya pembunuhku itu adalah anakku.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Cerulean Sea and The Sunset | salicelee.
Fanfiction🏅 [#Wattys2020Winner] "Hari ini, 29 Maret 2029. Aku, Kim Taehyung, dinyatakan meninggal dunia pada usia 34 tahun." Gadis asing itu berkata kalau aku harus menemuinya pada malam tahun baru. Aku tak paham apa maksudnya, tapi dia bilang aku tak boleh...