epilogue

2.8K 302 172
                                    

"Ayah! Bangun!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ayah! Bangun!"

Aku terkekeh mendengar asal suara menggemaskan yang berusaha menumpukkan diri di atas gundukkan selimut. Dia mencariku padahal aku tidak di sana.

"Ayah di dapur! Sedang makan sereal. Sini makan bersama, habis itu kita jenguk Ibu di rumah sakit."

Anak perempuan berusia sekitar 6 tahun itu langsung berlarian dengan semangat. Meski dia baru bangun tapi wajahnya segar, dia pasti punya waktu tidur yang menyenangkan semalam, apalagi mengingat hari ini dia bisa bertemu Joohyun.

"Ayah, aku belum mandi," katanya dengan pipi digembungkan.

Aku tak bisa menahan diri untuk tak mencubit pipinya, lalu  mengusilinya. "Tidak masalah. Nanti Ayah celup-celup saja kamunya."

"Hah? Celup-celup? Seperti Oleo..." Wajahnya terperangah bingung. "Tidak mau. Oleo kan hitam."

Setelah selesai dengan sereal, aku menggendongnya dengan cepat ke kamar mandi. Menutup kuping soal rengekan dia tidak mau jadi Oreo atau apalah, aku langsung memandikan dan menabur bedak bayiㅡseperti yang sudah Joohyun ingatkan padaku. Katanya, minyak telon dan bedak bayi adalah kewajiban mutlak.

Jadi setelah aku mendadani putri mungilku sesuka hatiku; bedak kebanyakkan, dress putih dan kaos kaki tinggi berwarna senadaㅡaku baru sadar kalau dia betulan mirip mochi. Astaga, gemas sekali. Aku ingin menggigit pipinya.

Sedangkan yang tidak tahu bahwa wajahnya mirip kue mochi ketumpahan tepung, semangat-semangat saja digandeng olehku. Dia meraih tas toska Arinㅡentah kenapa dia suka sekali dengan tas usang tersebut, padahal kami sudah membelikan tas lain.

Sebelum pergi, aku melirik pada dua figura yang terletak di sisi sudut ruang tengah kami. Itu foto Ellie dan Arin---Jay mengirimnya untuk kami saat bayi perempuan kami lahir.

"Erin," aku menatap putri kecilku sekilas. "Ayo, beri salam sama kakak."

Erin membungkuk manis. "Dadah, Kak Arin dan Ellie. Erin mau ke rumah sakit dulu, mau jemput adik bayi kecil." Giginya terekspos, aku tidak bisa berhenti tertawa saat dia melanjutkan dengan polos. "Ibu beli adik bayi, loh!"

Percaya saja anak itu sama kebohonganku.

Pintu tertutup, dan lagi-lagi Erin memborbardirku dengan pertanyaan polos. "Ayah, beli adik bayi dimana?"

Tentu saja aku cuman tersenyum penuh arti. "Belinya bareng Ayah. Tapi tempatnya rahasia."

"Dulu Erin dibeli juga?"

Aku mengangguk saja.

"Pakai Oleo?"

Mengangguk lagi.

"Wah, Erin bisa ditukar pakai Oleo?"

Aku nyaris tersedak saking merasa lucu, tidak tahu mau memberi jawaban apa untuk Erinku selain, "Iya, bisa. Adik bayi juga bisa."

✔ Cerulean Sea and The Sunset | salicelee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang