⠼⠁⠑
"Menurutmu dia mengenali kita?" gadis itu meneguk ludah gugup. "Kenapa dia bisa berada di sini? Mengejutkan saja."
Jungkook tersenyum kecil sambil mengendikkan bahu tidak tahu. Hanya waktu yang bisa menjawab.
"Seharusnya aku tidak pakai baju ini!" desis gadis itu frustasi dan melepas hoodie merahnya, menyisakan kaus putih yang berpadu dengan tennis skirt bermotif plaid.
"Bisa kutebak kalau Jay memaksamu mengenakan hoodie yang baru ia belikan untukmu karena ini sudah tengah malam dan kau tak boleh masuk angin. Betul?" Jungkook tersenyum penuh arti pada gadis di hadapannya.
"Tapi ini akan berujung pada salah paham," Gadis itu melengos, ia duduk di atas aspal dan bersandar pada tembok gang kecil. "Kau akan dikira pengkhianat."
"Well yeah, mungkin aku memang akan jadi pengkhianat suatu hari nanti. Kau tidak tahu soal itu, 'kan?" Jungkook tersenyum miring.
Gadis itu menegak ludah. Mendadak ia ingin mundur saja, tapi ia sudah terlanjut berhadapan dengan pria besar menyeramkan di hadapannya. Sial, ternyata Jeon Jungkook lebih misterius dibanding ekspektasinya.
"Aku yakin dia punya alasan dengan hoodie merah itu. Kau hanya perlu menerima keputusannya," Jungkook menambahkan dan menjulurkan telapak tangan di hadapan sang gadis. "Jadi kenapa kau mengajakku bertemu?"
Gadis itu mengoper sebuah amplop putih tanpa membuat kontak mata. "Ini surat dari Jay."
"Whoa. Menarik sekali," tangan kiri Jungkook membolak-balik surat putih tersebut dengan antusias, "Jadi seperti ini yang dinamakan membaca surat diri dari masa depan."
Gadis itu menyeringai, "Kalian dilarang bertatap mata, jadi aku bantu mengirimkan ini. Supaya barangkali kalian bisa bertukar informasi. Jay mempercayaimu. Tapi..." mendadak jari gesit itu merebut amplop dari Jungkook.
Diangkatnya amplop itu tinggi-tinggi. Sang gadis mundur sekitar sepuluh langkah dari tempat Jungkook bertumpu. "Aku belum bisa mempercayaimu."
Surai pendek sang gadis tertiup semilir angin lembut. Helai tersebut menutup setengah wajahnya yang menatap nyalang. Netranya seperti ombak riuh; cantik tapi tak terprediksi.
Jungkook tersenyum simpul. Pria itu mendekat, melangkahi hoodie merah yang tergeletak di tanah, dan berhenti tepat satu siku di depan si pelajar. Kepala dan badannya sedikit turun dicondongkan.
"Jadi, gadis-tanpa-nama, apa maumu?" bisik Jungkook menantang adrenalin.
"Tukar informasi denganku. Beritahu aku apa yang kau ketahui tentang gadis tudung merah yang sebenarnya dan barulah akan kupertimbangkan apakah informasimu cukup bernilai untuk mendapatkan surat ini."
"Hei, tapi surat Jay sama dengan suratku."
"Di lain masa, yaitu masa depan. Bukan masa ini. Di masa ini, surat Jay adalah milikku," jawabnya tegas tapi yang ia dapatkan hanya tertawa remeh dari Jungkook.
"Sulit dipercaya, kita sebenarnya bekerja sama di masa depan, huh?"
"Aku tidak tahu bagaimana perangaimu di masa ini. Sulit juga bagiku untuk memercayai."
Alis Jungkook terangkat tanda setuju. Pria itu dengan cepat menambahkan dengan angkuh, "Tapi yang membutuhkan adalah kau. Bukan aku."
Jungkook menambahkan senyum sebelum melanjutkan. "Jadi... siapa yang kalah di sini?"
"Jeon Jungkook!" iris gadis itu menatap dalam terror. Emosinya mulai naik dan ia berusaha bersikap profesional meski ketakutan sedang meraup jiwanya perlahan-lahan.
"Aku tahu tujuan kita sama. Tapi desisimu bisa saja mengacaukan semuanya. Kumohon," ia menegak ludah pahit, "Di detik aku menyerahkan surat ini, jangan pernah gegabah dan hanya bergerak sesuai kesepakatan."
"Aku janji," kata Jungkook serius.
"Beri aku jaminan."
Mata Jungkook menatap gadis itu dengan intens. Pandangannya turun pada belah bibir sang gadis. Jungkook menempelkan bibirnya sekilas angin dan memotret momen itu dengan satu tangkap.
"Silahkan sebar itu ke media."
Jungkook mengoper ponselnya pada sang gadis yang terkesiap untuk beberapa detik, sampai satu tamparan mendarat di wajah tampannya dengan kencang sekali. Meski nadanya tenang, ada kemarahan absolut pada iris sang gadis.
"Kehancuranmu tidak cukup berarti untuk mempertaruhkan apa yang kuperjuangkan."
Gadis itu berkata penuh penekanan pada tiap suku kata. Dibuangnya ponsel Jungkook ke aspal dan ia menubruk bahu sang pemuda dengan kasar. Tungkai kecilnya mengambil banyak langkah dan menghilangkan presensi diri dari penglihatan Jungkook.
"Fuck," Jungkook berkata tanpa suara. []
NOTES:
Capek....
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Cerulean Sea and The Sunset | salicelee.
Fanfic🏅 [#Wattys2020Winner] "Hari ini, 29 Maret 2029. Aku, Kim Taehyung, dinyatakan meninggal dunia pada usia 34 tahun." Gadis asing itu berkata kalau aku harus menemuinya pada malam tahun baru. Aku tak paham apa maksudnya, tapi dia bilang aku tak boleh...