umbrella under the rain

1.2K 259 94
                                    

Chapter 41

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Chapter 41

Bau gosong menguap, asap hitam mengepul liar. Jay berjongkok sembari menatap hampa pada benda yang baru saja ia hanguskan dengan pemantik. Tak lupa sebelum api padam, ia lempar juga isi rokoknya. Semuanya. Akhirnya lututnya diluruskan dan membulatkan tekat.

"Jay Hyung, kau mau kemana?"

Sosok yang mendapatkan pertanyaan jadi berhenti berjalan. Kepala itu menoleh pelan, menilik obsidian hitam seorang Jeon Jungkook yang bergetar. "Entah." Dia menjawab lemah.

"Hyung..."

Jay mendekatkan diri pada Jungkook. Dari sudut mata saja pun Jungkook tahu kalau pria ini merasa terpukul. Netranya begitu gelap, dia tampak kehilangan arah. Tapi tidak satupun ada wajah kesedihan di sana, sebab barangkali Jay sendiri juga sudah lelah tersiksa lama dalam cakram ini. 

Lantas Jay tersenyum tipis. "Aku akan kembali ke dimensiku."

"Hyung..." Pemuda Jeon itu, meski tertutup masker, alis dan raut mukanya jelas merasa sakit yang juga cukup banyak. Pelan-pelan air mata itu meluruh. Jay menepuk bahu sang pemuda, mencengkeram erat kendati perasaan pahit terus menusuk jantungnya berjuta kali. "Kenapa menangis, Jeon?"

"Ini memang perpisahan, Kook. Semua orang yang bertemu akan berpisah." Jay menepuk pundak pemuda di depannya dengan hangat. "Kau jaga hyung yang lain baik-baik. Oke?"

Jungkook mendongak. Suaranya lemah. "Hyung, kau tidak mau tinggal di sini saja?"

"Untuk?" Dia tersenyum miris. "Aku sudah tidak punya apa-apa di sini. Lagipula... Harus ada yang mengurus makam Joohyun di sana."

Pemuda yang mendengar jawaban merasa dadanya ditekan keras. Dia hanya bisa menatap nanar, lalu menyetujui dengan sepenuh hati saat Jay melanjutkan kalimat. "Jadi, makam Arin yang di sini, tolong bantu aku mengurusnya, ya?"

"Maaf merepotkan. Dah, Kook..."

Dan bersama kalimat terakhirnya itu, Jay perlahan meninggalkan Jungkook yang hatinya tumpah berkeping dengan seonggok benda hangus total penyebab perjalanan Pandora ini. Sebuah prevensi agar tak ada lagi perjalanan dimensi dan waktu. Ia membakar hanguskan payung terkutuk tersebut.

Langitnya mendung, mungkin akan hujan sebentar lagi. Debur ombak terdengar di bawah tebing. Jay berdiri di sana dengan kepala menunduk, sendinya terasa keram. Barangkali menghisap aroma petrikor mengingatkannya pada betapa hangat tubuh Arin kecil kala itu--mereka pernah menghabiskan waktu di perapian berbalut selimut wool, minum cokelat hangat sembari menunggu Joohyun pulang.

Jay ingat jelas bagaimana bocah kecil berumur 16 tahun itu memborbardirnya dengan pertanyaan demi pertanyaan;

"Kenapa kau dan Ibu menikah?"

"Apa kau baik padaku karena kau menikahi ibuku?"

"Jika bukan suami Ibu, apa kau akan tetap membuat susu cokelat ini?"

✔ Cerulean Sea and The Sunset | salicelee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang