hurt road | end.

1.7K 284 103
                                    

Chapter 42.

Hari ini langitnya seperti baru saja disiram cat biru muda. Cerah sekali. Kendati angin berembus kencang menusuk tubuh, sepasang suami istri yang baru kehilangan, mereka saling menguatkan diri menaiki bukit yang dipenuhi bunga poppy merah.

Masih menggenggam erat tangan istrinya, Taehyung diam-diam menghela napas berat. Teringat pada banyak hal yang ia pikir belum pantas ia dapatkan, termasuk berjalan dengan tubuh sehat seperti detik ini.

Kaki melangkah begitu berat. Setiap telapaknya berhasil menginjak tanah, ingatan akan menerjang rasa bersalah di ulu hati, menyadarkan fakta bahwa seorang Kim Taehyung telah kehilangan Arin dan bayi dalam perut Joohyun.

"Jimin?" Suara Joohyun menyambar telinga. "... dan Jungkook?"

"Sejak kapan di sini?"

Jiminㅡyang sedang menekuk lututㅡdan Jungkookㅡyang berdiri di belakangnyaㅡmenoleh bersamaan. Di sisi lutut kanan Jimin ada bunga lily segar, baru saja di letakkan di depan makam Arin.

"Ah, kalian sudah keluar dari rumah sakit? Kenapa tidak bilang?" Jimin memeluk keduanya bergantian. Mata Jimin sedikit memerah. Sedangkan Jungkook hanya tersenyum tipis menyambut Taehyung dan Joohyun.

"Kami tunggu di bawah saja, ya?" Jungkook menambahkan dan mereka yang ditanya mengangguk setuju saja.

Netra Taehyung serta Joohyun tak dapat berhenti berkedip pada apa yang mereka lihat di depan mata.

Sebuah makam bertuliskan; Rest in Peace. Lee Arin.

Detik itu juga lutut Taehyung jatuh menabrak tanah, dia kehilangan pertahanan, yang dia punya sekarang hanya hati yang kelelahan. Dia hanya ingin menangis.

Taehyung membenamkan wajah, menunduk dengan air mata yang terus jatuh. Dia tertawa getir.

Maaf ya, Arin. Lagi-lagi kamu yang menyelamatkanku.

Di sebelahnya, Joohyun yang tidak tahu harus berbuat apa hanya memberi jarak, membiarkan Taehyung meluapkan emosi untuk sesaat.

Pria itu terdiam dalam isak. Merasakan kembali bagaimana sentuhan jari Arin yang mencolek punggungnya dengan satu kalimat berkesan yang akhirnya menyelamatkannya.

"Ahjusshi! Akhirnya aku menemukanmu, Ahjusshi."

Kata-kata yang ia punya menguar ke udara, meleleh jadi air mata yang kesekian kali.

"Taehyung, mau kembali?" tanya Joohyun yang masih setia menemani. Adapun kilat basah di matanya, begitu banyak perasaan campur aduk di sana.

Dia tidak tahu apakah harus berterima kasih atau merasa bersalah setengah mati karena telah menyusahkanㅡbahkan lebih parah, membebani sisa waktu hidupnya dengan milik seorang gadis manis seperti Lee Arin.

Kalau begini, rasanya hujan yang mengguyuri itu seolah langit tengah menangis kecewa.

Mereka tak bis berbuat apa-apa.

Taehyung sendiri hanya bisa terpekur dalam diam, menilai diri begitu sinis, dan kehilangan arah.

Entah perasaan apa yang merasukinya.

Dia sungguh tidak tahu. Rasanya seperti ada kabut yang mengitari isi kepalanya. Tapi... bukan sesuatu yang gelap. Kabut ini seakan menyuarakan kehampaan. Kepalanya pening. Masih letih.

"Arin, aku tahu aku melakukan banyak kesalahan bahkan di akhir kisah sekalipun. Aku membuatmu kehilangan banyak kesempatan untuk mewujudkan apa yang kauimpikan..."

Dia menghela napas berat, "Aku bahkan tidak tahu apa aku berada di posisi yang pantas untuk dipanggil Ayah..."

"Dan jika aku punya kesempatan untuk mengubah semuanya, aku rela membentuk dimensi baruㅡagar setidaknya kita bisa hidup bersama, supaya aku bisa menebus kesalahan dan dosaku kepadamu..."

Bibirnya melengkung, suaranya serak. "Tapi aku tak bisa apa-apa."

"Setelah semua penderitaan yang telah kita lalui bersama, pada akhirnya, lagi-lagi, akulah yang ditolong. Aku tidak pernah memberikanmu apapun. Aku juga tidak tahu bagaimana harus mengungkapkan perasaan di dalam sini, selain mengucapkan maaf dan terima kasih banyak kepadamu, Arin."

Kalimatnya berhenti. Suara kini hening selama beberapa menit, mencoba menutup lubang jiwa supaya yang bersangkutan tidak terjerumus lagi dalam kesedihan yang berangsur lama.

Taehyung perlahan berdiri, menopang tubuhnya yang agak sempoyongan lantaran raganya belum sesehat itu untuk berjalan. Mereka harus kembali ke rumah sakit. Joohyun melepas syal, lalu membaluti leher Taehyung, kemudian pria itu menggeleng lemah.

Syal krem itu kembali dililit lembut pada leher Joohyun. Taehyung mengulas senyumtipis. "Aku bosan terus-terusan dilindungi."

"Mulai sekarang aku berjanji untuk melindungimu. Tanpa cakram toska atau apapunㅡhanya murni perjuangan kita sebagai manusia. Kita akan bersama-sama memulainya dari nol." Taehyung menjeda sejenak.

"Tapi mungkin bakal sulit. Kamu tidak apa-apa dengan semua itu, kan?"

Semuanya pasti akan sulit, dia tahu itu.

Tapi rasanya, mereka sudah sering kehilangan senja dan berhasil menghindari ombak laut. Taehyung pikir, kali ini pun kita pasti bisa berdiri lagi.

Joohyun mengangguk. "Aku tahu, tapi kurasa lebih baik jika kita saling menjaga. Aku juga ingin melindungimu. Jadi tidak boleh egois." Wanita itu melepas kekehan kecil. Lalu dia mengaitkan lengan pada suaminya dengan kasih. "Harus sama rata saling sayangnya. Tidak boleh kamu yang lebih banyak."

"Senyum dong, Tae? Cemberut terus." Joohyun menyenggol pinggang sang pemuda yang sedikit kegelian. "Sedikiiiit saja."

Dengan mata yang masih sembab, Taehyung menyengir kaku. "Sudah."

Kemudian aksi kaku itu berbuahkan kekehan tipis dari Joohyun, yang lama-lama menular kepadanya juga.

Rasanya, beban yang ia punya sedikit melega.

Meski tidak sepenuhnya, tapi Arin adalah alasan kenapa dia rela mengubah beban ini menjadi anugerah baru.

Dia tidak akan mengecewakan kali ini. Ia janji.

Maka sebelum benar-benar kembali, Taehyung meletakkan sesuatu di makam.

Itu figura swafoto Arin dan Taehyung.

Foto bersama mereka yang pertama dan terakhir kalinya.

Untukmu yang hilang tertelan ombak dan memilih memudar dalam serpihan senja, terima kasih telah hadir dan menjagaku dengan payung toskamu yang manis.

Aku bukan manusia yang sempurna, tapi aku berjanji untuk memperbaiki kesalahanku dengan usaha yang paling sempurna.

Dan dengan ini, aku letakkan masa laluku yang terakhir. Izinkan aku berdiri lagi. Aku tidak akan menyia-nyiakan apa yang kau berikan padaku.

Jadi, kamu yang tenang di sana ya, Putriku. []

Cerulean Sea
and the Sunset
is officially

FIN.

_______

END NOTES.

Cerulean Sea and the Sunset adalah karya pertama berjumlah > 40 chapter yang kuselesaikan. Awal aku bikin cerita ini nggak kebayang sama sekali kalau bakal sebanyak ini. Kupikir maksimal yah 30-an gitu. Tapi aku cukup puas dengan bagaimana ini berakhir.

Kalian gimana?

Sori kalau biasa, serta banyak kekurangan dan kesalahan. Semoga semuanya berbahagia. God bless! <3

Kalau ada pertanyaan atau kesan pesan habis baca cerita ini silahkan drop dimana aja.

[....]

After all, thank you for the hard work, hardships you've been through, and the love you've spent.

Thank you for reading this weird amateur ecek-ecek abal-abal pieces of salicelee

Sampai jumpa di Epilog (yang sedang kuketik) dan ceritaku yang lain! Jangan bosan menunggu, ya.

Jangan lupa follow akun aku + reading list juga kalau belom. ^_^

✔ Cerulean Sea and The Sunset | salicelee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang