destiny tells me

1K 248 112
                                    

Chapter 37.

Kepada Kim Taehyung,

Aku Ellie Kim, pembunuh yang selama ini mengincarmu.

Keinginanku hanya kau menderita. Makanya aku menyakiti orang di sekitarmu.

Tapi, aku bisa menghentikan itu semua. Aku juga bisa membuat semua orang bahagia.

Syaratnya mudah. Kita bertemu di atap gedung Jangdaepa. Bicarakan di sana. Itu saja.

Ellie Kim.

♠️

"Permisi! Biarkan Ambulans lewat!"

"UGD!"

"UGD!"

"Darurat! Semuanya beri jalan!

"UGD!"

"Dua pasien jatuh dari gedung ketinggian 10 lantai!"

"Keadaan vital pasien menurun drastis!"

"Beri jalan! Darurat!"

Sekujur tubuh Joohyun lemas mendengar kabar kala Taehyung terjatuh dari gedung. Ketika dia sampai di rumah sakit dan mendapati bahwa suaminya kritis, yang tersisa di dalam Joohyun seolah-olah hanya raga. Dia nyaris merasa jiwanya pudar entah kemana. Dia jatuh tersungkur di pangkuan Jimin dan Arin.

Kim Ellie dan Kim Taehyung kritis.

Arin merasa kepalanya nyaris pecah. Berkali-kali ia tabrakkan dahinya di depan bangsal tempat Joohyun sedang terkulai. Entah sudah yang keberapa kali air matanya luruh. Frustrasi sekali. Rasanya semua sia-sia.

"Bodoh! Bodoh!" Suara sesengukkan Arin terdengar bersamaan dengan suara kencang akibat hantaman diantara kepala dan tembok rumah sakit. Hingga Jimin keluar setelah menggeser pintu.

Pria itu lalu menyelipkan telapak tangannya, menyentuh tembok dingin dan dahi Arin yang merasa telah kehilangan harapan. "Arin..." Merasakan perih yang sama, dagunya bersandar pada kepala Arin, dia mengusap punggung gadis tersebut dengan sebelah tangan.

"Jangan sakiti dirimu sendiri." Jimin memeluk Arin dengan erat. Padahal pemuda lembut itu juga punya mata yang sama basahnya.

Gadis itu malah menangis semakin kencang. Dia perlahan merosot di ubin dingin, hangat yang ia rasakan hanya tangan dan bahu Jimin yang dipinjamnya untuk bersandar semalaman.

Sebenarnya Tuhan itu ada tidak, sih? Apa dia tega melihat semua ini?

Kenapa, ya? Kenapa rasanya langit tidak pernah lagi sebiru laut? Kenapa matahari senja tidak lagi indah? Kenapa semua hal sederhana di dunia ini, tak ada yang berpihak kepada mereka?

Memangnya kesalahan manusia mana yang tidak besar?

Semua orang melakukan dosa.

Tapi kenapa...

Kenapa Arin merasa hanya kedua orang tuanya yang seolah paling dihukum di sini?

Arin ingin sekali memutarbalikkan waktu. Akan tetapi, dia tahu dia tidak bisa lagi melakukan itu jika tak ingin menghilang dari sini.

♠️

Jay menatap dokumen di atas pangkuan Arin. Bau ruangan rumah sakit adalah aroma yang paling dia tidak sukai. Hal itu mengingatkannya pada trauma masa lalu yang ia alami saat harus melakukan berbagai macam operasi pasca kebakaran naas itu.

Matanya mengerjap datar saat Arin tersenyum tipis. "Cocok."

Anak itu tersenyum miris. Tidak tahu apa yang akan benar-benar dilakukannya, Jay hanya bisa menghela napas. Tahu-tahu di sana esnya mencair kala Arin kesayangannya memeluk. Erat sekali.

✔ Cerulean Sea and The Sunset | salicelee.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang