Chapter 39.
"Arin-ah! Say cheese."
Joohyun masih punya satu perban di matanya, tapi itu tak membuatnya kehilangan semangat untuk mengarahkan kamera ponsel kepada si mungil berkaos putih. Suara deburan ombak berkali-kali meredam suara lembut Joohyun, jadi ia mau tak mau sekali lagi berteriak. "Di situ. Iya! Say cheese!"
Anak yang terlihat familiar di mataku itu menurut saja. Aku tahu dia siapa. Arin berdiri membelakangi Pantai Cerulean---pantai yang menjadi penjaga rahasiaku dan Joohyun---lalu tersenyum memamerkan sederet gigi dengan malu-malu ke hadapan kamera.
"Senyum lepas! Ah, bocah payah." Satu pria berbadan kekar berusaha menyemangati.
Suaranya serak basah, familiar seperti mirip Jimin. Tapi wajahnya sedikit berbeda. Joohyun memanggilnya, "Jay! Ikut foto sama Arin sana!"
"Apa? Aku?" Yang dipanggil Jay berjengit tidak setuju. "Ogah!"
"Hei! Ayo foto, Ahjusshi!" Arin melambai-lambaikan tangan dengan semangat. Lalu dia menarik Jay untuk masuk ke dalam frame.
"Aku bukan bagian dari keluarga kalian. Apa kalian lupa kalau Om Tua ini baru saja diceraikan dua minggu yang lalu oleh Ibu-Ibu yang ini?" Dia menunjuk Joohyun. Meski kalimat sarkastik itu seharusnya terdengar menyakitkan, mereka tidak ada yang terlihat sedih. Tawa ketiganya berpadu, menguar riang di udara.
Aku baru tersadar. Bagi mereka, perpisahan bukan akhir dari segalanya.
Jay merangkul anak perempuanku dengan akrab. Tentu aku tidak akan berbohong kalau aku merasa cemburu bukan main melihat perlakuan seperti itu. Seharusnya yang berdiri di sana adalah Kim Taehyung. Kim Taehyung adalah ayah Arin.
Kemudian rasanya aku ingin menampar diriku sendiri. Jutaan rasa pahit berlomba menggerogoti jiwaku kala aku tersadar bahwa aku tidak pantas mengucap seperti itu.
Mereka bertiga tampak bahagia seperti kisah film yang potongannya membawa hangat ke dalam siapa saja yang menontonnya. Kini mereka semua masuk ke dalam bingkai, hanya aku seorang yang di luar.
Aku diam-diam memerhatikan segalanya dari kejauhan, menepi di sudut bersama penyesalan.
Joohyun yang sudah puas mengambil foto, sekarang duduk di bawah payung besar untuk menghalau terik. Dia membuka novel seperti kebiasaannya 2 dekade lalu. Dia masih Joohyun yang suka membaca teori-teori konspirasi yang menggelitik otak, Joohyun yang percaya adanya ini dan itu. Dia Joohyun yang kukenal dan selalu kucinta dalam diam.
Di depan, Jay dan Arin sedang sibuk membangun rumah-rumahan pasir. Tentu saja Jay melakukannya dengan ogah-ogahan. Tapi paksaan Arin sampai membuat Jay harus mengakui kalau tidak akan pernah menang dari gadis yang punya sabit mata ceria itu.
Kini aku cuman bisa memandang dalam getir.
Fakta bahwa Joohyun adalah milik yang lain, fakta bahwa Joohyun sudah punya keluarga kecil barunya, fakta bahwa Arin tidak membutuhkanku, fakta bahwa aku hanyalah orang yang memikul masa lalu dengan sejuta dosa bersama ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✔ Cerulean Sea and The Sunset | salicelee.
Fiksi Penggemar🏅 [#Wattys2020Winner] "Hari ini, 29 Maret 2029. Aku, Kim Taehyung, dinyatakan meninggal dunia pada usia 34 tahun." Gadis asing itu berkata kalau aku harus menemuinya pada malam tahun baru. Aku tak paham apa maksudnya, tapi dia bilang aku tak boleh...