6

4K 237 2
                                    

"Sekarang kamu pilih dia, tapi esok jika dia pergi, saya selalu siap untuk menggantikan posisinya"

-Muezzakuat

Tumpah

Akhirnya rasa sakit yang ia rasakan berujung tangis

Dadanya terasa sesak

Air matanya tidak mampu untuk ditahan lagi

Disaat dirinya jatuh hati pada seorang lelaki, Mengapa lelaki itu harus memilih kakaknya?.

Muezza menatap pantulan dirinya didalam cermin.

"Ini bukan mimpi". Lirihnya.

"Apa lagi-lagi ka? aku harus merelakan seseorang demi persaudaraan?". Tanyanya menatap pantulan dirinya didalam cermin.

Sungguh sakit rasanya melihat lelaki yang dicintai lebih memilih kakaknya.

Muezza sudah menetapkan hatinya untuk Dion, tetapi mengapa malah ini yang terjadi?.

....

Sudah hampir dua minggu sejak pertemuan itu. Hubungan Siezza dan Dion terlihat sudah mulai dekat, dari Dion yang selalu menjemput Siezza untuk kekampusnya, Dion yang selalu mengantar Siezza pulang dan Dion yang selalu tersenyum dihadapan Siezza, contohnya sekarang ini, Hampir dua minggu Muezza menyaksikan drama cinta dihadapannya secara langsung.

"Hari ini kamu kuliah sampe jam berapa?". Tanya Dion pada Siezza, nadanya terdengar lembut sekali ditelinga Muezza.

"Sampe jam 1 siang doang, emang kenapa?". Balas Siezza.

"Aku cuma tanya doang". Jawab Dion tertawa renyah.

"Ish, aku kira mau ngajak aku jalan gitu".

"Boleh kalo kamu mau".

"Mau lah aku". Dion terlihat memperlakukan Kakaknya dengan sangat manis, membantu Siezza untuk naik dimotor ninjanya.

"Kalo kaya gini gue makan hati terus, apa gue pergi ke rumah oma aja ya untuk sementara waktu?". Tanya Muezza pada dirinya sendiri dan akhirnya ia mencari keberadaan bundanya.

"Bun, Muezza izin nginep dirumah Oma boleh?". Tanyanya pada sang bunda yang tengah menonton televisi.

"Kamu lagi ada masalah?". Tanya bunda.

"Ngga bun, aku cuma kangen oma". Jawab Muezza tidak sepenuhnya jujur, bundanya pasti tau jika dirinya pergi kerumah oma pasti dirinya sedang bertengkar dengan Siezza atau ada masalah lain.

"Yaudah, kamu mau perginya kapan?".

"Sekarang bun, aku rapi-rapi dulu". Muezza terlihat berlari untuk mencapai kamarnya dilantai 2.

Sang bunda kini terlihat sedih melihat putri keduanya.

"Bunda paham apa yang kamu rasain". Gumam bunda. Bagaimanapun juga tanpa diberi tau seorang bunda paham apa yang terjadi pada putrinya.

Setelah siap, Muezza kembali turun untuk menemui bundanya.

"Muezza pamit bun". Muezza menyalimi tangan bundanya lembut dan mengecup kedua pipi bunda.

"Hati-hati ya, kamu jangan lama-lama dirumah oma, nanti bunda rindu". Pesan Bunda.

"Iya bunda".

Muezza perlahan meninggalkan rumahnya dan mencari angkutan umum untuk sampai ke stasiun. Rumah omanya dibogor, dan Muezza lebih memilih menaiki kereta api.

Tiga jam perjalanan tidak membuatnya merasakan ngantuk sama sekali, hingga ia tidak sadar jika tukang ojek telah mengantarnya tepat didepan rumah Omanya.

Perlahan Muezza mengetuk pintu itu, hingga seorang nenek tua berada dihadapannya.

Muezza memeluk Omanya.

Lagi-lagi Muezza tidak mampu menahan tangis.

"Cucu oma". Oma memeluk Muezza erat.

"Muezza kangen". Sudah hampir enam bulan Muezza tidak bertemu Omanya.

"Oma juga kangen banget sama cucu oma yang manis ini". Oma menuntun Muezza untuk masuk kedalam rumahnya dan mendudukkan Muezza disofa ruang tamu.

Tetapi Muezza masih terlihat sesenggukan.

"Udah dong sayang nangisnya, oh iya nanti sore ada pesta kuliner didekat sini, kamu mau kan temenin oma?".

"Beneran oma?". Tanya Muezza memastikan dengan suara seraknya.

"Iya sayang, sekarang kamu istirahat dulu ya". Muezza mengangguk dan masuk kedalam rumah Omanya.

Setidaknya disini, ia bisa sejenak melupakan hatinya yang rapuh.


DIEZZA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang