23

3.3K 161 13
                                    

Ini terasa sangat canggung, hari ini Muezza diantar kepasar oleh Dion, Muezza dengan wajah datarnya sudah berulang kali menolak tetapi tetap dipaksa oleh Siezza agar Dion yang mengantarnya.

Muezza masih sedikit merasa kesal pada Dion karena semalam, lagipula canggung bukan?.

"Kamu pergi aja, aku bisa pulang sendiri". Ucap Muezza yang langsung meninggalkan Dion sendiri didepan pasar.

Dion menggeleng pelan, mungkin Muezza masih belum bisa menerima kejadian semalam.

Dion memarkirkan motornya dan menyusul keberadaan Muezza.

"Ngapain sih kamu mas?".

"Saya mau bantuin kamu".

"Ngga usah, udah sana pergi". Dion mengambil alih keranjang yang berada ditangan Muezza.

"Ih sini, aku bisa sendiri". Kesal Muezza.

"Kamu kenapa keras kepala sih? Saya cuma mau bantu kamu".

"Kamu yang keras kepala mas, aku bilang aku bisa sendiri". Mereka berdua berdebat didepan jejeran penjual sayur, hingga tidak sadar jika mereka jadi tontonan.

"Aduh mas, mba, kalo ada masalah rumah tangga selesaikan dirumah jangan dipasar seperti ini". Timpal salah satu ibu penjual sayur.

"Iya mba lagian kenapa bertengkar sih? Kan enak kepasar ditemenin suami". Timpal ibu penjual sayur yang lain.

"Iya, pasti pengantin baru ya?". Timpal bapak tua penjual sayur juga.

Muezza hanya memasang muka bingungnya dan menyerahkan selembaran kertas berisi catatan yang akan ia beli.

"Maaf ya pak, Bu tapi kita bukan suami istri, apalagi pengantin baru". Ucapnya berusaha menjelaskan.

"Loh? Wong cocok kok mba, tak kirain suami istri". Dion hanya senyam-senyum tidak jelas mendengar penuturan para penjual sayur yang ada didepannya.

"Doakan saja pak". Ucap Dion yang membuat Muezza seketika terdiam.

"Kamu apaansih mas".

"Kenapa? Kamu lucu ya kalo salting". Muezza tersipu malu.

"Udah ayo pulang". Muezza mengambil alih belanjaannya dari penjual sayur dan membayarnya.

"Loh? Katanya mau pulang sendiri?". Goda Dion.

"Oh gitu? Jadi ngga mau anter aku pulang?".

"Mana mungkin saya biarin kamu pulang sendiri". Muezza tersenyum simpul dan naik keatas motor Dion.

Ia memeluk lelaki itu dari belakang dan menempelkan pipinya dibahu Dion.

Dion mengelus pelan tangan Muezza.

"Terus bertahan sama saya ya". Muezza mengangguk pelan dan tersenyum disana.

'Walaupun hubungan ini masih dilarang semesta, semoga kekuatan cinta kita bisa meluluhkan semesta ya Mas'. Batin Muezza.

Muezza tidak bisa berbohong pada hatinya untuk tidak senang pagi ini.

Kekecewaannya lenyap karena memang dirinya tidak bisa mengelak bahwa ia masih mencintai Dion. Ya, Dion yang kini menjadi kekasihnya.

"Makasih ya Mas udah anter aku, mau masuk dulu?". Tawar Muezza.

"Ngga usah, saya mau langsung kekantor".

"Oke, hati-hati ya".

"Nanti sore saya jemput kamu didepan komplek ya".

"Mau ngapain?".

"Mau jalan sama pacar lah". Muezza tertawa pelan lalu mengangguk.

"Saya pergi ya".

"Dorr". Muezza dikejutkan dengan kehadiran Siezza dibelakangnya.

"Ka? Lo mau kemana?". Tanya Muezza yang melihat penampilan Siezza sudah rapi.

"Ngampus lah, gue berangkat ya".

"Sendiri?".

"Heem, Dion kan kerja".

"Bye Mue".

Muezza masuk kedalam rumahnya dan duduk dimeja makan menemani bundanya yang tengah memotong sayuran.

"Baru pulang Mue?".

"Iya Bun, oh iya bunda ijinin ka Siezza ngampus?".

"Iya, Siezza bilang banyak tugas yang ketinggalan, bunda ngga bisa nahan dong".

"Iya sih Bun".

"Kamu kok tumben kepasar lama banget?". Tanya bundanya.

"Eh? Emm...macet Bun".

...

Muezza sudah rapi dengan celana jeans dipadukan Hoodie tye die kekiniannya, menunggu didepan komplek seperti yang Dion bilang.

Sudah hampir tiga puluh menit Muezza berdiri disana, tapi tidak ada tanda-tanda kedatangan Dion.

"Apa dia lupa ya? Tapikan dia yang ajak gue pergi". Monolognya.

Muezza mencoba untuk menelpon lelaki itu.

Satu

Dua

Tiga panggilan tidak dijawab lelaki itu.

Muezza menghembuskan napasnya pelan, bisa saja Dion masih ada kerjaan dikantornya dan ia yakin lelaki itu tidak mungkin melupakan janjinya.

Muezza mencari tempat duduk dan masih menunggu kedatangan Dion.

Pasti lelakinya datang. Yakinnya.

DIEZZA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang