"Hati, kalo saya bilang mundur mundur ya, ngga cape apa berharap terus!!!"
"Muezza lagi nginep dirumah Oma ya Bun?". Tanya Siezza pada bundanya yang sedang membereskan peralatan makan.
"Iya".
"Tadi aku ketemu disana, kebetulan juga aku kenalin Dion ke Oma".
"Muezza ngga ada ngomong apa-apa sama kamu". Siezza menggeleng pelan.
"Emang kenapa Bun?".
"Ngga papa sih".
"Oh iya Bun, besok malem Dion sama papanya mau kesini ngelamar aku". Ucap Siezza.
"Kamu serius? Memangnya ngga terlalu cepat ya?". Tanya bunda.
"Kan lebih cepat lebih baik Bun, lagian bunda kok aneh sih? Kaya ngga mendukung hubungan aku sama Dion deh". Curiga Siezza.
"Bukan gitu maksud bunda, kalian kan kenal belum lama, apa ngga mau saling mengenal lebih dalam dulu? Lagipula kamu kan masih kuliah". Jelas bunda.
"Bun, aku udah yakin sama keputusan aku, dan aku bener-bener yakin Dion itu orang yang tepat". Ucapnya meyakinkan.
"Yaudah, besok kamu jemput muezza".
"Oke".
Keesokan harinya Siezza sudah siap diantar Dion untuk menjemput Muezza.
"Kamu beneran ngga apa-apa anter aku kerumah Oma? Kerjaan kamu gimana?". Tanya Siezza pada Dion yang tengah memasangkan helm untuknya.
"Lebih baik aku tinggalin kerjaan aku daripada ngebiarin kamu pergi sendiri". Siezza tersenyum mendengar jawaban Dion.
Menaiki motor untuk sampai kerumah omanya tidak memakan waktu lama, sekitar 3 jam mereka sampai dirumah omanya.
"Ayo ikut aku masuk". Ajak Siezza.
"Kamu aja, aku baru ingat ada janji dideket daerah sini".
"Jadi kamu langsung pergi nih?". Tanya Siezza yang diangguki Dion.
"Yaudah kamu hati-hati ya".
Siezza masuk ke pekarangan rumah omanya setelah dilihatnya Dion sudah pergi.
"Assalamu'alaikum".
"Walaikumsalam, ka Siezza?". Muezza yang membukakan pintu dengan senyum yang terukir diwajahnya.
"Hai Mue, gue kesini mau jemput Lo, karena besok adalah hari spesial". Ucap Siezza sangat antusias.
"Hari spesial?". Bingung Muezza.
"Besok malem Dion mau ngelamar gue dan Lo harus ada disaat bahagia gue". Beritahunya.
"Lo- serius?". Kaget Muezza.
"Iyaa, kok Lo kaya ngga seneng gitu sih?". Siezza mengerlingkan matanya.
"Ah gue? G-gue seneng kok. Yaudah yuk masuk". Muezza berusaha menyembunyikan keterkejutannya dari kakaknya.
Secepat ini? Pikir Muezza.
"Oma mana?". Tanya Siezza yang belum menyadari keberadaan Omanya.
"Oma ada didapur". Jawab Muezza yang langsung memboyong dirinya kedapur.
"Pagiii Oma". Siezza memeluk Omanya yang tengah memasak.
"Pagii Sie, kamu baru Dateng?".
"Iya Oma, Oma lagi masak apa?".
"Ayam kecap, bukan Oma sih yang masak tapi adik kamu". Jawab Oma sambil melirik kearah Muezza.
"Masih ada yang kurang Oma? Garam? Gula?". Tanya Muezza.
"Udah pas kok".
"Tolong ambilin piring Mue". Perintah Omanya pada Muezza yang tiba-tiba saja melamun.
"Mue, ambil piringnya udah mateng nih". Yang dipanggil masih saja melamun.
"Muezza, Oma panggil kamu loh". Omanya berusaha untuk menyadarkan Muezza yang masih betah dengan lamunannya.
"Ah iya Oma? Apa? Oma minta apa?". Sadarnya.
"Piring disamping kamu Mue". Muezza mengambil piring itu dan memindahkannya ketangan Oma.
"Yuk makan dulu".
Mereka bertiga beralih ke ruang makan dan mulai menyantap hidangannya.
"Sumpah Mue masakan Lo enak parah". Puji Siezza yang dibalas senyuman oleh sang empunya masakan.
"Kamu kesini ada apa Sie? Ngga biasanya kalian berdua kerumah Oma barengan gini". Tanya Oma.
"Oma ngga suka ya aku main kesini?". Cemberut Siezza.
"Bukan gitu, Oma justru seneng kalo ada cucu Oma disini".
"Besok Dion dan keluarganya mau ngelamar aku,jadi aku kesini mau jemput Muezza sama Oma juga". Beritahu Siezza.
"Melamar kamu? Baru kemarin loh kamu kenalin Dion sama Oma?". Kaget Omanya.
"Kenapa aneh gini sih? Ngga bunda, Muezza, Oma juga, kaya ngga mendukung hubungan aku sama Dion gitu". Siezza terlihat mudah sekali marah saat ini, Muezza menyadari itu.
"Siezza, setelah kamu dilamar, ngga lama setelah itu kamu pasti menikah, dan menikah bukan hanya menyatukan dua orang tetapi dua keluarga besar, dan memangnya kamu sudah siap untuk segalanya tentang menikah? Waktu kamu masih banyak untuk saling mengenal lebih dulu, kamu masih muda, masih harus melanjutkan pendidikan kamu, meraih cita-cita kamu, Oma bukannya ngga mendukung, Oma cuma mau yang terbaik untuk cucu Oma". Jelas Oma panjang lebar.
"Oma plis, aku kesini Dateng bawa kabar gembira yang harusnya kalian sambut dengan gembira juga, bukan malah nasehatin aku kaya gini". Siezza membanting sendok makannya dan pergi dari ruang makan.
Oma menggeleng pelan.
"Yang seperti itu mau menikah? Kekanakan". Cibir Oma.
"Apapun keputusan ka Siezza pasti udah dia pikirin Mateng-mateng, kita doain yang terbaik aja ya". Ucap Muezza sembari membereskan piring kotor dan membawanya kedapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIEZZA (Sudah Terbit)
RomanceBerhenti atau bertahan? Ketika lelaki yang kamu cintai, memiliki rasa untuk kakakmu sendiri? Ingin bertahan tapi tak mungkin Harus mundur tapi tak ingin ... Aku tidak pernah memilih kepada siapa aku jatuh cinta, tidak pernah ingin cinta menjadi hal...