15

3.7K 207 0
                                    

Hiruk-pikuk jalanan dimalam hari tidak sama sekali membuatnya merasa tenang.

Bayangan Siezza yang meringis kesakitan masih begitu jelas diingatannya.

Walaupun Siezza sudah dibawa kerumah sakit, tapi tetap saja ia khawatir.

Selama ini, ia tidak pernah melihat kakaknya menahan rasa sakit sampai tidak sadarkan diri seperti itu.

"Maafin gue kak". Lirihnya.

Muezza menyesal beradu mulut dengan Siezza tadi, seharusnya ia bisa berpikir sedikit dewasa.

Plashback on

"Ka". Muezza melirik kearah Siezza yang tengah berkutat dengan ponselnya.

"Kenapa?".

"Gue mau tanya tentang obat semalem, Lo...sakit apa?". Tanyanya ragu.

"Gue baik-baik aja, Lo ngga usah khawatir". Jawab Siezza santai.

"Obat sebanyak itu dan gue ngga khawatir?". Ucap Muezza sarkastik.

"Gue udah tau tentang obat itu, dan gue cuma mau Lo jelasin detailnya ke gue".

"Ngga ada yang perlu dijelasin Mue, gue ngga nutupin apa-apa dari Lo". Kekeuh Siezza tidak mau memberi tau.

"Itu obat ginjal kan?". Tanya Muezza menunjuk obat yang ada diatas nakas tempat tidur.

Tidak ada jawaban dari Siezza.

"Okelah kalo Lo ngga mau cerita sama mas Dion, tapi gue ini adik Lo, Lo ngga percaya sama gue?".

"Belasan tau kita tinggal serumah bahkan sekamar,tapi Lo masih bisa nutupin sesuatu dari gue". Muezza merasa kecewa pada Siezza, ia merasa tidak ada gunanya dalam hidup kakaknya jika hal darurat seperti ini tidak diketahuinya.

Muezza bangun dari tempat tidur berniat meninggalkan Siezza sendiri.

"Aaw.......". Ringis Siezza yang membuat langkah Muezza terhenti.

"Sssssakkkit". Muezza berbelok arah dan melihat Siezza dengan wajah pucat nya menahan rasa sakit.

"Ka, Lo kenapa?".

"Ka Siezza". Muezza yang benar-benar panik berteriak memanggil papa dan bundanya.

"Ada apa Mue? Yaampun Siezza". Tanpa banyak kata sang papa menggendong Siezza dan membawanya kerumah sakit.

"Bun, ka Siezza kenapa?". Lirihnya.

"Kamu tenang ya Mue, sekarang kita kerumah sakit".

Dalam perjalanan, Muezza tidak lupa untuk mengabari Dion dan memberitahu keadaan Siezza.

'mas Dion, ka Siezza masuk rumah sakit'. Tulisnya pada pesan singkat yang dikirim nya pada Dion.

Plashback off

Saat ini Muezza berada ditaman rumah sakit seorang diri, mencari angin untuk menjernihkan pikirannya.

Bahkan wajah Dion yang begitu khawatir masih terlintas dipikirannya.

"Kamu wanita yang kemarin maksa bertemu saya kan?". Muezza menolah kearah sampingnya dan didapatinya seorang dokter muda pemilik nama Wisnu pratama.

"Eh? M-maaf kemarin saya ganggu". Ucap Muezza tak enak hati.

"It's okay, tapi kamu keliatan banyak pikiran". Muezza menghembuskan napasnya kasar.

"Saya boleh tanya tentang penyakit ka Siezza?". Tanya Muezza.

"Pasti saya jawab kalo saya tau jawabannya".

"Emm...pak dokter tau ngga, sejak kapan ka Siezza sakit?". Dokter muda itu tertawa pelan yang membuat Muezza mengernyitkan dahi nya.

"Jangan panggil saya pak gitu dong, saya masih muda".

"Ha? Emm...terus saya panggil apa?". Bingung Siezza.

"Terserah kamu, tapi jangan seperti itu, emangnya saya bapak kamu".

"Gitu ya?". Muezza menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Yaudah deh Mas dokter, jawab pertanyaan saya".

"Siezza sudah lumayan lama konsultasi ke saya, bahkan setiap pulang kuliah dia selalu sempetin untuk kesini". Jelasnya.

"Ka Siezza sendiri atau ditemani seseorang gitu?".

"Sendiri, dari awal dia merasakan gejalanya sampe akhirnya belom lama ini dia di diagnosis batu ginjal, dia lebih sering kesini karena dia punya tekad untuk sembuh dan dia bilang dia ngga mau mengecewakan orang-orang terdekatnya termasuk kamu dan tunangannya". Muezza terdiam, dia pikir alasan Siezza pulang kuliah malam adalah memang benar ikut organisasi atau semacamnya, tetapi ada rahasia besar yang disembunyikan darinya dan juga Dion.

"Bunda sama papa, sebelumnya udah tau?". Tanya Muezza lagi.

"Sepertinya Siezza sudah dulu memberitahu orangtua kalian".

"Pesan saya, kamu buat dia bahagia, karena kebahagiaan juga obat dan menurut saya bahagia itu harus". Pesan sang dokter.

"Kebahagiaan itu prinsip dalam hidup, yang ngga bisa dihitung bahkan diukir". Ucap Muezza yang diangguki sang dokter.

"Puitis". Gumam sang dokter

"Nanti kalo ada perkembangan penyakit ka Siezza tolong kabarin saya". Dokter itu mengangguk.

"Pasti anak kecil, saya pasti kabarin kamu, emm takut kangen ya sama saya makanya minta kabarin?". Muezza mengerlingkan matanya kearah dokter itu yang membuat sang dokter tertawa lagi.

"Jangan serius-serius, saya tau belum ada yang seriusin kamu kan?". Tawanya lagi dan meninggalkan Muezza sendiri ditaman.

"Kurang apa kelebihan obat sih?". Gumam Muezza.

"Aneh".

DIEZZA (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang