Dion menempelkan selimut pada tubuh kecil Muezza yang sudah tertidur pulas diatas sofa.
Entah mengapa sedari tadi Dion merasa aneh pada dirinya, setelah melihat Muezza dan dokter Wisnu bersama ditaman.
Tapi dengan cepat ia membuang perasaan itu, itu pasti hanya rasa khawatirnya yang sudah menganggap Muezza sebagai adiknya.
Dion beralih ke kursi kecil disamping Siezza dan tidur dalam posisi duduk disana.
Paginya, Muezza merasakan kehangatan ditubuhnya, ia pikir semalam ia tidur tanpa selimut tapi mengapa kini ada selimut ditubuhnya?.
"Siapa yang selimutin gue?". Gumamnya pelan.
Matanya menyelusuri ruangan Siezza, Dion dan Siezza masih tertidur dengan posisi tangan yang saling menggenggam.
"Lo beruntung banget ka". Gumamnya tersenyum.
Muezza melangkahkan kakinya kekamar mandi sekedar membasuh wajah dan keluar dari ruangan untuk mencari angin segar dipagi hari.
Pikirannya selalu mengarah pada dedaunan hijau yang mampu membuatnya bernapas lega.
Ia mendudukkan dirinya di kursi taman rumah sakit.
Tiba-tiba saja anak kecil yang semalam muncul didepannya.
"Pagi Kaka cantik". Sapanya dengan suara yang selalu terdengar riang.
"Pagi adik kecil, loh kok kamu udah bangun aja sih?". Muezza mendudukkan anak kecil itu disampingnya.
"Iya ka, aku mau cari matahari untuk berjemur".
"Sendirian?". Tanya Muezza.
"Biasanya sama om dokter, tapi om dokternya belum dateng". Jawab anak kecil menggemaskan disampingnya ini.
"Yaudah, hari ini Kaka temenin ya". Anak kecil itu mengangguk lucu.
"Inggit, om cari kamu loh, ternyata udah disini?". Dokter Wisnu datang dan duduk disamping anak kecil yang dipanggil Inggit itu.
"Aku kelamaan tunggu om dokter, jadi aku kesini trus ada Kaka cantik". Jawab Inggit dengan logat menggemaskan.
"Makasih ya udah jagain Inggit". Muezza mengangguk.
"Om dokter, Kaka cantik, aku kesana dulu ya". Ijinnya yang mendapat anggukan dari dokter Wisnu.
"Orangtuanya Inggit kemana? Dari semalem sama kamu terus". Tanya Muezza yang merasa bingung.
Dokter Wisnu membuang napasnya pelan.
"Kamu yakin mau denger semuanya?". Tanyanya seperti tidak yakin.
"Kenapa emangnya?".
"Inggit itu anak dari adik saya, sekitar dua bulan lalu mereka mengalami kecelakaan dan cuma Inggit yang bisa tertolong walaupun sampai sekarang dia harus menjalani perawatan, mungkin fisiknya keliatan baik-baik aja tapi mentalnya?, makanya sebisa mungkin saya ingin selalu buat dia bahagia". Jelas dokter Wisnu yang membuat Muezza menatap sedih kearah Inggit.
"Maaf kalo saya udah buka luka lama, saya cuma heran aja semalem pas anter Inggit kekamarnya, cuma dia sendiri, ngga ada anggota keluarga yang temenin dia".
"Inggit ngga suka kalo kamarnya ramai, bahkan cuma saya yang boleh masuk kekamarnya".
"Kenapa?". Muezza mengernyitkan dahinya bingung.
"Dia buat kamarnya itu seperti rumah, dikamarnya penuh foto kedua orangtuanya dan foto dia,semua itu rahasia katanya".
"Mas dokter bisa janji sama saya?". Tanya Muezza.
"Janji apa? Saya ngga bisa sembarangan janji gitu aja".
"Janji buat jaga Inggit, bahagiain dia, walaupun saya emang baru kenal dia, tapi saya ngerasa sayang banget sama dia". Ucap Muezza.
"Iya, saya janji sama kamu, bahkan kalo bisa kamu bantu saya buat bahagiain dia". Muezza tersenyum mendengar jawaban dokter Wisnu.
"Kamu udah sarapan?". Tanya dokter Wisnu yang mendapat gelengan dari Muezza.
"Ikut saya sama Inggit sarapan,mau?". Muezza mengangguk mau dan pergi sarapan bersama.
...
"Kamu dari mana aja Mue?". Tegur bundanya yang sedari tadi berada di ruangan Siezza.
"Cari sarapan diluar Bun, bunda kesini sendiri?".
"Iya, kamu sama Dion pulang aja, biar bunda yang jaga Siezza disini". Muezza mengangguk mengiyakan.
"Aku pamit pulang dulu ya Sie, nanti sore aku balik lagi". Siezza mengangguk.
"Makasih ya udah temenin aku semalem, kamu semangat kerjanya". Siezza menggenggam tangan Dion memberi semangat.
"Yaudah gue balik ya ka, Lo cepet sembuh". Timpal Muezza.
"Iya, hati-hati ya pulangnya". Muezza keluar dari ruangan setelah menyalimi tangan bunda dan kakaknya.
Ia tidak ingin pulang ke rumah dulu, ia ingin bertemu Inggit terlebih dahulu tetapi langkahnya dihalangi oleh Dion.
"Saya anter kamu pulang". Ucap Dion.
"Pulang duluan aja, aku masih ada urusan sebentar". Balas Muezza.
"Urusan sama dokter itu?". Introgasi Dion.
"Bukan, aku mau ketemu Inggit dulu, anak kecil yang semalem ditaman".
"Saya tunggu ditempat parkir, jangan lama-lama".
"Pulang duluan aja, aku bisa kok pulang sendiri".
"Saya ngga bisa ninggalin kamu sendiri, jangan ngebantah". Muezza terdiam, mengapa sikap Dion jadi dingin seperti ini?.
"Oke, kasih aku waktu 10 menit". Muezza berjalan cepat mencari keberadaan Inggit dengan waktunya yang hanya sepuluh menit.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIEZZA (Sudah Terbit)
RomanceBerhenti atau bertahan? Ketika lelaki yang kamu cintai, memiliki rasa untuk kakakmu sendiri? Ingin bertahan tapi tak mungkin Harus mundur tapi tak ingin ... Aku tidak pernah memilih kepada siapa aku jatuh cinta, tidak pernah ingin cinta menjadi hal...