harapan 2

1.2K 71 0
                                    

Terkadang harapan yang terlalu tinggi pada seseorang membuat kita merasakan sakitnya sebuah rasa yang Tak terbalaskan

*I. A. M. U*

Dua bulan sejak ustadz irsyad mengatakan kata kata yang tak bisa ara lupakan. Bukan hanya itu dua minggu yang lalu saat ara menuju kemesjid untuk melaksanakan shalat berjemaah ia tak sengaja bertemu dengan ustadz irsyad

Flasback on

"ara" suara itu membuat si empunya nama menghentikan langkahnya.

"assalamu'alaikum ara" ucapnya lagi. ditambah senyum yang menghiasi wajah tampannya. Ya ampunn. Ara segera menundukkan pandangannya. Ia masih ingat nasihat kyai Dan ustadzahnya untuk menjaga pandangan. Akan tetapi satu hal yang Tak dimengerti, yaitu Hatinya dibuat tak karuan oleh ustadz irsyad.

"wa'alaikumussalam ustadz, a-ada apa ustadz?." gugup, itu yang dirasakan oleh gadis keturunan Jawa madura itu.

"kamu percaya kalau jodoh adalah takdir allah?." tanya ustadz irsyad Kali ini ia menampilkan raut wajah yang terlihat serius. Dengan ragu ara menganggukkan kepala.

"i-iya ustadz, ara percaya."

"kamu maukan bersabar terlebih dahulu?." tanya ustadz irsyad.

" bersabar? Maksud us-ustadz, ba-bagaimana?. Tahukan kalian perasaan ara sekarang tak bisa diungkapkan dengan kata kata. Bahagia? Mungkin lebih dari kata itu, apakah ia boleh berharap?. Astaugfirullah, kita tidak boleh berharap selain kepada-Nya.

"ee emm tidak bukan apa apa. Maaf jika mengganggu, anggap saja tadi saya tidak berbicara seperti itu. Saya pamit, assalamu'alaikum." ucapnya lalu pergi begitu saja dengan gaya coolnya.

Flasback of

"maksud dari ucapan ustadz irsyad opo yo?, kok ara ndak ngerti. Apa jangan jangan ustadz irsyad.." ara menggelengkan kepalanya. Ia berucap istigfar karena telah memikirkan orang yang tidak halal untuknya.

" ya allah ara mohon, jangan biarkan ara terjebak oleh nafsu yang beratas namakan cinta." doanya dalam hati.

"Araaa... Yuhuuu." sudah menjadi kebiasaan aisyah sekarang selalu teriak teriak jika memanggil ara, ntahlah siapa yang mengajarinya yang jelas setelah sebulan yang lalu aisyah pulang kampung ia berubah menjadi semakin cerewet.

"iyo, ono opo syah?" ucap ara menyaut panggilan aisyah.

"dari mono ae sih kamu ra, aku dari tadi nyari kamu kemana mana eh kamu malah nangkring neng kene, kamu ndak tau opo, aku iki lelah ra, lelah hati and body, you know?." ya allah, andai dia bukan sahabatnya mungkin sudah smackdown atau dimutilasi aja sekalian.

"hmm, iyo iyo maap, ono opo toh syah?" memang Sungguh aneh si aisyah, sekarang ia cengar cengir gak jelas.

"kamu tau minggu depan kita libur, seng jemput awakmu sopo?" tanya aisyah. Yah minggu depan semua santri akan pulang kerumahnya, tak terkecuali ara. Bahagia atau gelisah? Ntahlah, keduanya seperti tercampur aduk dalam pikiran ara.

Ia terlihat gelisah karena kabar ustadnya itu telah dijodohkan. Bahkan ara tak memikirkan bahwa liburan kali ini ia akan jalan jalan keliling pulau madura, rasanya liburan itu akan sia sia karena hanya raganya saja yang liburan sedangkan pikirannya? Ntahlah ara merasa berdosa telah melakukan zina pikiran. Astaugfirullah.

Dan seharusnya dia tidak berharap pada seseorang yang bukan mahromnya.
"ra, kamu denger Kan?. " Aisyah kembali melontarkan pertanyaan kepada ara yang masih melamun.

"Hah?, maaf-maaf Aisyah, bisa diulang lagi ndak pertanyaannya?." ara tersadar Dari lamunannya, Dia merasa tidak enak Karena telah mengabaikan Aisyah.

"kamu kenapa ra, ndak biasanya kamu kayak gini, kamu Ada masalah?." bukannya melanjutkan pertanyaan yang tadi, aisyah justru melemparkan pertanyaan baru.

"aku baik baik aja kok." dengan senyum yang sedikit dipaksakan ara menjawab pertanyaan Dari aisyah.

"jangan bohong ra, keliatan tauuk, Wong wajahmu ndari tadi ditekuk. " berhenti sejenak aisyah kemudian melanjutkan bicaranya "yowes kalo ndak mau cerita, aku ndak maksa. "lanjutnya sedikit kesal dengan ara yang Tak mau berbagi cerita.

"sepurane syah, bukannya ndak mau cerita, tapi, aku... " menghela nafas kasar, mau tidak mau ara akan bercerita kepada aisyah.
"aku, aku suka karo ustadz irsyad." ucap ara cepat, namun masih bisa didengar oleh aisyah.

Pernyataan itu tidak membuat aisyah terkejut, pasalnya ia sering melihat ara terbangun disepertiga malam untuk berdoa kepada sang pemilik hati.

"iyo aku paham ra, tapi kamu salah. Harusnya iku kamu ndak usah memikirkan ustadz irsyad sampek segitune, dosa loh ra mikirin orang yang ndak halal."

"iyo maaf, tap tapi ustadz irsyad dijodohin syah." Dan tanpa sadar air mata ara mengalir.

"koe percayo takdir Allah Kan ra?. " ara mengangguk pelan, hatinya Teresa perih mengingat ustadz irsyad sudah dijodohkan.

"us-ustadz irsyad udah bilang sama aku untuk bersabar, apa maksudnya coba?,Dia mau ngasih aku harapan?. Iya?."

"kalau beliau udah bicara seperti itu, berarti beliau akan memperjuangkan kamu. Insyaallah ra?. " aisyah menyemangati ara.

Assalamu'alaikum
Maaf late post plus nggak nyambung bat ceritanya soalnya author masih fokus sama ujian dulu 😊.

Jangan lupa votmen ok 👌.
Jangan jadi silent riders karena pencet bintang itu gratis. Ingat GRATISS!!!

Izinkan Aku mencintaimu UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang