"Ada Kalanya kita semua akan merasakan
Sedihnya perpisahan dan sakitnya dikecewakan."^I.A.M.U.^
♣♣♣
Ara. Gadis itu keluar dari mobil dengan mata yang berkaca kaca. Karena selama delapan belas tahun hidup bersama keluarga yang sangat menyayanginya dan sekarang harus berpisah. Ya meskipun perpisahan nya dikarenakan dirinya sedang menuntut ilmu.Ya. ara sekarang berusia delapan belas tahun. Dia sudah lulus dari masa putih abu abunya. Masa dimana seseorang Mencari jati diri dan masa terindah karena waktu itu banyak teman teman yang saling melakukan hal hal konyol agar bisa membuat satu kelas tertawa Lepas. Dan itu terlalu sulit untuk dilupakan.
Tidak!!. Andai kata itu bisa ara ucapkan didepan orangtuanya untuk menolak kepesantren. Tapi takdir berkata lain. Ara tak dapat menolak kata kata orangtuanya, lagipula ia sudah berjanji untuk ikhlas dengan takdirnya ini. Dan Insyaallah lillahita'allah.
"Ara harus sopan nggeh, ara ndak boleh ngebantah perintah dari kyai, ustadz ataupun ustadzah nya." Uminya mengusap kepala ara yang tertutup khimar.
Ara hanya mengangguk lemah dan segera mendekap ramah sareng uminya. Air matanya tak berhenti mengalir, meskipun sudah ditahan, tetapi pertahanannya itu runtuh.
"Udah to ndok, kamu kan kesini cuman nuntut ilmu, ndak perlu nangis." Ramahnya mencoba menenangkan ara. Ara melepas pelukannya dan mengangguk, mencoba tersenyum untuk meyakinkan ramahnya.
Beralih pada abangnya. Ara segera menghampiri dan memeluknya erat. Abang satu satunya yang ara miliki. Abang paling nyebelin dan ngangenin menurut ara.
"Udah dek, lebay kamu udah tua masih ae nangis."sindir arya. Bukan melepas pelukannya ara malah semakin mempererat. Membuat abangnya merasa sesak. Arya sedikit meronta agar adiknya itu bisa melonggarkan Pelukannya, Bukannnya arya tidak suka, tapi pelukan adiknya itu benar benar erat.
"Abang janji deh nanti kalau kamu udah libur pondok, abang bawa ara jalan jalan ke madura." Ara melepas pelukannya dan menatap mata abangnya dengan sumringah. Mata yang berkaca kaca kini telah kembali bersinar
"Beneran?." Arya mengangguk .
Ara merasa bahagia, akhirnya setelah sekian lama ia tidak bermain kemadura ia bisa menjajakkan kakinya lagi ketanah kelahiran ramahnya itu.
"Bang nanti kita lihat kerapan sapi yo?, udah lama ara ndak lihat." Senyumnya terpatri begitu manis. Membuat seseorang yang melihatnya juga ikut tersenyum.
Ya. Ada yang melihat ara dari kejauhan, ia juga tersenyum melihat senyuman teduh milik ara dan segera berlalu. Takut ketahuan. Mungkin?.
"Iyo iyo." Ramah sareng umi hanya bisa tersenyum melihat tingkah kedua anaknya itu. Orang tua mana yang tidak bahagia melihat kedua anaknya yang saling menyayangi.
" ya sudah ndok, ayo masuk." Keluarganya mengantar ara untuk bertemu pengurus, serta mengurus adminstrasi. Setelahnya ara hanya sendirian. Karena ifa sahabatnya itu tidak jadi mondok.
Flashback on
Setelah pulang dari jalan jalan bersama dengan abangnya ara segera merebehkan tubuhnya ke atas kasur.
Dia mengambil ponselnya dan segera membukan aplikasi chat di ponselnya. Ada beberapa notifikasi pesan. Salah satunya dari ifa. Sahabatnya.
Ifacu😘: ra, maaf.
Ifacu😗:ara...Ara memgerutkan keningnya. Heran.
Perasaan belum lebaran kok ifa udah minta maaf. Batin ara.Ara langsung membalas pesan dari ifa karena penasaran.
Ara: ono opo sih fa?. Kok minta
Maaf segala sama aku?.Ifacu😗: maaf, aku ndak dibolehin mondok sama mama aku.
Ifacu😗: aku disuruh kuliah biar bisa ngejar cita cita.Sedih memang jika sahabat yang selalu bersama seperti ifa akan berpisah Karena memilih menuntut ilmu ditempat lain, tapi ara juga tak berhak menghalangi sahabatnya itu, biarkan allah yang menentukan takdir mereka bertiga.
Ara: oh, aku kira ada apa, ndak
Papa kali fa, mungkin mama kamu
Mau lihat anaknya sukses.
Ara: yaudah semangat kuliahne
Ifacu sayang😗😗😗😗.Ifacu😗: iyo iyo, kamu juga.
Ifacu😗: assalamu'alaikum😘.Ara: wa'alaikum salam.
Meskipun sedih karena ifa tidak jadi mondok tapi ara memakluminya.
Flashback off
Tak terasa memang jika kita bersama seorang yang kita sayang. Waktu terasa berjalan begitu cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku mencintaimu Ustadz
RandomCerita Fiksi!!! (Ada yang direvisi ulang) "jangan salahkan orang lain jika Kita merasa tersakiti, intropeksi dirilah, mengapa Kita terlalu berharap pada manusia, jika tuhan senantiasa bersama."