keputusan🔨

1.3K 69 0
                                    

"tidak ada yang kebetulan didunia ini,
Melainkan telah diatur oleh yang kuasa."

I.A.M.U

Usai shalat subuh berjemaah ustadz irsyad bergegas untuk mengisi kajian disalah satu masjid yang ada dikampung sebelah.
U

stadz irsyad memang sering diundang untuk mengisi kajian dimasjid masjid.
Diusianya yang menginjak 21 Tahun ustadz irsyad disibukkan oleh kuliah kajian dan mengajar dipondok. Ia harus bisa mengatur waktu sebaik mungkin. Tapi sekarang abahnya bersikeras untuk menjodohkannya.

"ustadz, bagaimana keputusannya?." kyai yahya menghampiri putranya yang sedang bersiap untuk perjalanan ke kampung sebelah.

Menarik napas kasar ustadz irsyad menjawab pertanyaan ayahnya itu. "maaf bi, bukannya ingin membuat abi kecewa, tapi saya memang belum siap untuk saat ini. Irsyad ingin fokus kuliah. " ustadz irsyad melihat kekecewaan diwajah ayahnya, namun dia tidak bisa menuruti perkataan ayahnya itu. Bagaimanapun dia sendiri yang akan menjalani bahtera rumah tangga dan ia ingin memilih sendiri pasangannya.

"yasudah bi, saya berangkat dulu. Assalamu'alaikum." tak ingin lebih larut dalam masalah perjodohan ustadz irsyad langsung berpamitan dan tak lupa mencium tangan ayahnya.

♣️♣️♣️

"nur arsy syu'araa, hafalan kamu sangat bagus hari ini. Makhrojal hurufnya juga tepat. Selain itu suara kamu juga sangat merdu saat melantunkan ayat ayat al-qur'an." ustadzah arini memuji kemampuan menghafal dan membaca al qur'an ara.

"Alhamdulillah, terimakasih ustadzah, ini juga berkat bimbingan ustadzah." ara merasa senang. Ramah sareng uminya tidak akan merasa sia sia dengan memasukkan ara kepesantren.

Jika kita ikhlas melakukan segala sesuatu karena allah kita pasti akan merasakan nikmat yang begitu besar. Maka jangan pernah mengeluh atau pun berkecil hati.

"kita akhiri muraja'ah al-qur'annya untuk hari ini, ustadzah doakan semoga kalian makin lancar hafalannya, assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh." ustadzah arini mengakhiri kegiatan muraja'ah

"Aamiin. Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarokatuh." para santriwati serempak menjawab salam dari ustadzah arini.

♣️♣️♣️

Dua bulan berada dipesantren membuat ara semakin lancar membaca al-qur'an. Apalagi sekarang hafalan ara sudah mencapai lima juz. Alhamdulillah.  Sebenarnya Sebelum masuk pesantren Ara sudah hafal 3 jus, tapi belum selancar sekarang.

Seperti hari hari biasa ara menjalankan kehidupan dipesantren bersama sahabatnya, aisyah dan yang lainnya, Saat ini ara sedang tidak ada kegiatan belajar, tetapi kerja bakti. Ya kegiatan bersih bersih di lingkungan pesantren yang dilakukan dua kali dalam sebulan. Dan Sekarang ara ditugaskan untuk mengepel lantai didepan ruang pengurus yang cukup luas. Dan itu sedikit melelahkan. Tapi semoga lelahnya menjadi lillah.

"ara." panggilan itu sontak siempunya nama menoleh. Sesaat kemudian ara berjalan meuju sumber suara, yang tak lain adalah ustadzah arini. Pengajar paling baik menurut ara.

"nggeh ustadzah. Ono opo?, masalah hafalan ya?, tenang ae ustadzah, ara udah apal. Insyaallah lancar. "  cerocos ara. Ustadzah arini terkekeh mendengar ucapan ara yang cerewet tapi terkesan lucu. Ustadzah arini dan ara memang dekat jadi ara sedikit cerewet kalau bicara dengan ustadzah arini. Bukannnya tidak sopan tapi ustadzah arini sendiri sudah menganggap ara sebagai adiknya.

"ndak bukan itu ara."  ustadzah arini menggelengkan kepala seraya menyunggingkan seyum manisnya.

"oh, hehe. Terus opo ustadzah?." dasar ara mulut gak bisa direm jadi bikin malu sendiri deh.  Rutuknya dalam hati.

"ini." ustadzah arini menyerahkan rantang yang berukuran sedang kepada ara. "tolong berikan ini ke ustadz irsyad di ndalem." lanjut ustadzah arini.

Ara manggut manggut pertanda mengerti. Meskipun ia males untuk masuk ke ndalem.

"nggeh ustadzah, ara permisi. Assalamu'alaikum." setelah mengamit tangan ustadzah arini  ara langsung menuju ke ndalem. Ingin mengajak aisyah, pasti gadis itu memiliki beribu alasan, capek inilah itulah. Dan ya itu pasti akan memperlambat dirinya.

Harus berjalan didepan pondok putra membuat ara sedikit minder, tapi ia tak mungkin menolak perintah ustadzahnya. Dan untung saja ndalem tidak terlalu jauh,  meski harus melewati pondok putra yang sedikit ramai karena juga melakukan bersih bersih dilingkungan pondoknya.

"assalamu'alaikum." dengan menarik napas dalam ara memberanikan diri untuk masuk ke ndalem. Faktanya ini adalah kali kedua ara memasuki ndalem. Yang pertama adalah waktu ara pertama masuk kepesantren ini.
I

tupun bersama kedua orang tua dan abangnya.

Sesaat kembali ingin mengetuk pintu, tiba tiba saja ada suara yang menjawab salam dari ara.

"wa'alaikumussalam." suara itu sepertinya tidak asing ditelinga ara.

Izinkan Aku mencintaimu UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang