tragedi

1.1K 58 0
                                    

Cinta bagai angin yang berhembus, tak terlihat tapi nyata adanya.
Memberi kenyamanan tapi kadang tak seperti harapan.

I. A. M. U.

Pagi ini cuaca sangat mendung, awan hitam seakan akan menyelimuti bumi. Suara petir menggelegar, nyaring, menghilangkan kesunyian yang terjadi antara dua orang yang sedang bersitatap. Sadar akan apa yang dilakukannya adalah sebuah kesalahan, mereka berdua sama sama membuang Muka, kemudian menunjukkan raut wajah datar.

"apa yang sudah kamu lakukan?. " tanya si laki laki yang tak lain adalah ustadz irsyad.
Sedangkan yang ditanya hanya menampilkan raut wajah bingung. Apa yang telah dilakukannya, sampai sampai semua orang menyangkanya berbuat salah. Siwanita yang tak lain adalah ara itu belum menjawab pertanyaan dari ustadz irsyad.

"kamu dengerkan apa yang saya tanyakan?" kesal tak mendapatkan respon dari lawan bicaranya, ustadz irsyad kembali bersuara.

Ara menganggukkan kepalanya Samar, kemudian "saya ngelakuin opo ustadz?. "
Jawabnya kemudian. Hening beberapa saat, ustadz irsyad nampak melihat ara detail.

"benar ya, apa kata ifa, kalo kamu itu sebenarnya pura pura baik untuk mendapatkan saya. " sedikit sarkatis ucapan ustadznya itu, Membuat ara melongo. Apa yang baru saja dikatakan ustadznya itu benar benar salah. Ya ara Akui jika ia memang mencintai ustadznya itu, tapi tidak dengan cara yang licik, apalagi berpura pura baik.

"tegese ustadz opo, ngomong koyo ngono?  Ustadz iku anyar kenal karo saya sareng ifa. Tapi ustadz seenaknya ngomong koyo ngono." (maksudnya ustadz apa bicara seperti itu?, ustadz itu baru kenal sama saya dan ifa. Tapi ustadz seenaknya bicara seperti itu.) ara mencoba untuk tidak emosi dihadapan ustadz irsyad, berkali kali hatinya melafadzkan istigfar, tangannya mengepal kuat ujung bajunya.

"memang saya tidak kenal kamu, tapi ifa, ifa adalah sahabat kamu. " ustadz irsyad memberi jeda sejenak pada ucapannya. "sahabat kamu saja, sering kamu khianati, mungkin Allah menyadarkan saya jika kamu itu memang tidak pantas untuk keluarga saya. Dan ya saya harus berterima kasih terhadap ifa, Karena dia sudah menyadarkan saya tentang kebusukan kamu. " ara kembali meremas ujung bajunya, nafasnya naik turun tidak teratur. Apa benar ifa mengatakan kebohongan seperti itu?, jika iya Semoga ifa segera bertaubat, dan semoga allah mengampuni dosanya.

"terserah ustadz mau ngomong saya apa, seng pasti gusti Allah ra turu, gusti allah pasti ngerti sapa seng benar lan salah. ya, ustadz iku minangka panutan ing sekolah Pondok Islam iki, ustadz kudu tabayyun sadurunge nyalahake wong liya."
( terserah ustadz mau bilang saya apa, yang pasti allah tidak tidur. Dan ya ustadz itu adalah panutan dipesantren ini, sebaiknya ustadz tabayyun terlebih dahulu Sebelum meyalahkan orang lain.)  ucapan ara membuat ustadz irsyad merasa bersalah, tak seharusnya dirinya menyangka seseorang tanpa ada bukti. Karena allah telah menurunkan firmannya dalam Q. S. Al isra':36.

وَ لاَ تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ , إِنَّ السَّمْعَ وَ الْبَصَرَ وَ الْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا “
Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak ketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggungjawabannya. (QS al-Isrâ’ [17]: 36).

Perlahan rinai hujan turun, semakin lama semakin deras membasahi kedua insan yang belum juga beranjak dari tempatnya.

Terlihat pergerakan dari ustadz irsyad, sepertinya dia tidak ingin terlalu larut dengan pikirannya, kemudian ia beranjak pergi tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Perlahan isakan isakan kecil, keluar dari bibir ara, air matanya menyatu dengan derasnya hujan. Suara tangisannya terhalang oleh gemuruh. Allah apa ini ujian untukku. Batin ara, dia benar benar runtuh, orang yang ia cintai juga turut membecinya. Apakah ini karena aku sudah menduakan tuhanku. Batin ara, mungkin Allah cemburu karena ara telah mencintai mahkluk allah yang tidak halal baginya.

***

"irsyad apa kau setuju jika pernikahanmu diadakan bulan depan?. " setelah mendengar ucapan setuju dari anaknya itu, kyai yahya sangat antusias. Ia benar benar bahagia. Bahkan ia sudah menyiapkan tanggal pernikahan untuk anaknya itu. Tak ingin membuat abahnya kecewa, ustadz irsyad mengangguk pasrah. Ia yakin jika sudah takdirnya sekeras apapun ia menolak, itu pasti akan tetap menjadi takdirnya.

"kamu tenang saja, ifa itu Insyaallah anak yang baik, buktinya dia tadi sopan banget sama abah dan umi. " mendengar penuturan dari abahnya, membuat irsyad percaya begitu saja, tak mungkin ifa memfitnah sahabatnya sendirikan?, pasti ini juga bagian dari rencana ara.

"bah, irsyad pamit dulu, mau istirahat, soal pernikahan irsyad pasrahkan ke abah, yang penting abah sama umi bahagia. " setelah mengatakan hal itu, irsyad berjalan munuju kamarnya. Mengistirahatkan tubuhnya yang sudah lelah seharian.

***

"ara, kamu sudah lihatkan, ustadz irsyad tidak akan percaya sama kamu lagi. " ifa menatap ara penuh kemenangan, tawanya menggelegar. Kemudian ia mendekati ara. "sebentar lagi aku pasti akan membuat ustadz irsyad celaka, dan aku akan menjadi pemilik pesantren ini. " ara menatap ifa tak percaya. Ifa yang sekarang bukanlah ifa yang dulu.

"ora Fa, Ustadz Irsyad ora salah karo kamu. Nyuwun pangapunten fa, istigfar. setan wis duwe pikiran." (jangan fa, ustadz irsyad nggak punya salah sama kamu!, aku mohon fa istigfar. Setan sudah merasuki akal sehatmu.)
sepertinya ifa tidak menghiraukan ucapan ara, ia terlihat semakin memancarkan aura kemarahannya.

"oh jadi kamu mau jadi pahlawan kesiangan? Iya?, jangan harap aku akan membiarkanmu hidup tenang ra. Sebelum ustadz irsyad celaka, aku akan membuatmu celaka terlebih dahulu. " dengan cekatan ifa kemudian mencekik leher ara, cekalannya begitu kuat, membuat ara sulit bernapas. Setan sudah menguasai ifa sepenuhnya. Ia begitu tega mencekik temannya.
Dilain sisi ada yang melihat kejadian itu tanpa bisa menghentikannya, langkahnya seperti tertahan, mulutnya tak bisa berkata apa apa.
"Ifaa.. " ucapnya keras, "jadi ini kamu yang sebenarnya?.  Kamu yang tega mencekik dan memfitnah sahabatmu sendiri. " ustadz irsyad mencoba membantu ara untuk lepas dari tangan ifa. "lepasin ara Fa." bentaknya keras. Dan tanpa tanggung tanggung ifa melepaskan cekikannya dengan mendorong tubuh ara, membuat ara terjatuh dan kepalanya terbentur keras. Dengan reflek ustadz irsyad segera menghampiri ara yang sudah tergeletak tak sadarkan diri.

"ra bangun ra!, maafin aku. " ucap ustadz irsyad. Penyesalan terlihat kentara dimatanya. Setetes air mata lolos dari ujung matanya.
"ra aku mohon. " ucapnya lagi, tapi nihil. Tidak ada respon dari ara, wajahnya terlihat pucat pasi, senyumnya tak pernah pudar dari bibirnya, Meskipun keadannya sedang tidak baik.

Tiba tiba saja ara terlihat kejang kejang nafasnya tak teratur.  Nadinya juga Lemah.
"a- ana u-hib -buka fillah ustadz. " ucapnya kemudian ara menghembuskan nafasnya teratur, dan hilang. Nadinya sudah tak berdetak, badannya terasa dingin. Wajahnya pucat pasi.

"ra bangun ra, aku mohon maafin aku." isakan kecil lolos dari bibir ustadz irsyad, ia gagal.  Ia gagal menolong ara. Sekarang ara sudah tidak ada.

"ara.... " teriaknya keras. Memang benar penyesalan datang diakhir kisah.

"irsyad bangun nak, kamu kenapa teriak?. " umi maryam mengguncang guncangkan tubuh anaknya itu. Membuat ustad irsyad tersadar kemudian ia mengucapkan istigfar, ini hanya mimpi. Batinnya. Tapi kenapa ini seperti nyata.

"kamu mimpi apa? Kenapa sampai teriak teriak seperti itu?. " umi maryam mengelus lengan anaknya, menyalurkan kehangatan seorang ibu.

"nggak apa apa mi, irsyad cuman mimpi buruk , mungkin karena irsyad lupa membersihkan diri dan langsung tidur tadi. "
Ucapnya, umi maryam tersenyum, "yaudah sekarang wudhu lagi terus tidur, kamu harus jaga kesehatan, bulan depan itu pernikahan kamu. " pernikahan? Mengapa ustadz irsyad merasa ragu terhadap pernikahannya. Apa karena mimpi tadi?.

"iya umiku. "

Izinkan Aku mencintaimu UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang