"Allah tahu yang terbaik untuk kamu dan untuk orang yang kamu suka. Jadi percaya padanya, jika memang diciptakan untuk bersama, tidak akan tertukar oleh orang baru atau dari masa lalu. "
I. A. M. U.
Hari ini, seperti hari hari biasanya. Semua santri akan menyetor hafalan sesuai guru penyimaknya. Dengan rapi mereka semua duduk menunggu giliran,dan ada yang mengulang kembali hafalannya. Ara lebih memilih mengulang kembali bacaannya, agar saat menyetor ia tidak kaku atau lupa.
Bukannnya ara tidak memikirkan apa yang diucapkan ustadznya itu. Ara masih memikirkannya, tapi ia tak bisa terus terusan seperti itu, kedua orang tuanya memasukan dia kepesantren dengan tujuan agar ara mendapatkan ilmu agama yang baik. Jadi ara memilih fokus hafalan.
Dan ya kemarin sebenarnya ara ingin menyampaikan hal penting pada ustadz irsyad, tapi ustadz irsyad malah menghinanya seperti kemarin."ra.. Shttt araa.. " aisyah berbisik kepada ara yang tengah asik mengulang hafalannya. Bukannnya menoleh ara masih saja sibuk melanjutkan hafalannya. Ara memang tidak duduk Disebelah aisyah. Jadi jangan salahkan ara jika dia tidak mendengar ucapan Aisyah.
"ishh, ra... Ara... " tak kunjung menoleh aisyah kembali memanggil ara, kali ini suara dinaikkan satu oktaf. Mendengar namanya dipanggil ara pun menoleh, kemudian mengangkat sebelah alisnya.
"ikut aku yuk, jedhing. Biasa panggilan alam. " ara nampak ragu karena sebentar lagi adalah gilirannya untuk menyetor hafalan. Tapi melihat raut wajah aisyah yang nampaknya memelas, ara jadi tak tega dan menganggukkan kepalanya pelan.
***
"gara gara kamu sih fa, aku ora jadi ngapalake. "(gara gara kamu sih Fa, aku gak jadi kan hafalannya). ya, Karena aisyah sangat lama dikamar mandi, jadi ara tidak mendapatkan kesempatan untuk menyetor. Jika ada kesempatan lagi kali ini ara tidak akan menyia nyiakannya ya Allah. Batinnya.
"ih,kok aku sih. Iki yo, namane nasib ra" ara mendengus kesal, sahabatnya ini selalu mempunyai alasan. Tapi ya sudahlah ara tak ingin memperpanjangnya lagi. Kemudian ara dan aisyah berjalan kekamar asramanya.
"assalamu'alaikum ara, aisyah, kenapa kalian tidak menyetor hafalan. " ustadzah arini bertanya pasal aisyah dan ara yang tidak menyetor hafalan. Tidak seperti biasanya, maka dari itu ustadzah arini mempertanyakannya.
"Ee, biasa ustadzah panggilan alam. " ucap aisyah dengan ekspresi muka cengengesan.
Ustadzah arini hanya tersenyum menanggapi tingkah laku santri yang satu ini. "kalau kamu ara?. " sekarang tatapan ustadzah arini menuju kearah ara. Bukan tatapan menyeramkan atau apapun itu, tetapi tatapan teduh. Seperti seorang kakak kepada Adiknya."kemana lagi ustadzah, kalau bukan nganterin ratu aisyah seng alay. " bukan ara lebay atau gimana ya, ara tidak seperti aisyah, tapi karena masih merasa kesal jadi ya seperti itu. "oh iya, ustadzah aku mau nyetor hafalan sekarang. Boleh? " tanya ara kepada ustadzah arini. Ustadzah arini nampak berpikir, kemudian kembali menatap kedua santrinya itu.
"kamu mau nyetor sekarang?" aisyah dan ara mengangguk semangat. "ke ustadz irsyad aja ya, ustadzah mau keluar dulu. Ada kepentingan. " rasa semangat yang tumbuh dihati ara kembali menjadi rasa malas. Bukan berarti ara membenci ustadznya itu, tapi ia masih sedikit malas. Wanita mana yang tidak merasa sakit hati jika diperlakukan seperti waktu itu. Dan ya kertas jika sudah diremas tidak akan bisa kembali rapi seperti sedia Kala. Jadi ara masih perlu waktu, mungkin lama. Tapi kita tidak tahu, Karena Allah adalah zat yang maha membolak balikkan hati manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku mencintaimu Ustadz
RandomCerita Fiksi!!! (Ada yang direvisi ulang) "jangan salahkan orang lain jika Kita merasa tersakiti, intropeksi dirilah, mengapa Kita terlalu berharap pada manusia, jika tuhan senantiasa bersama."