"bohong, jika aku tak menyukaimu. Kau tau, cintaku tak perlu ku umbar. Cukup kuutarakan disepertiga malam, melakukan penantian panjang, hingga allah menyatukan dalam ikatan halal.
I. A. M. U.
Suara merdu yang dihasilkan dari seorang gadis yang tengah membaca firman firman allah, nampaknya membuat seorang santri laki laki yang sudah selesai melaksanakan salat dhuha tergugah untuk mencari Sumber suara.
Dengan pelan, santri tersebut membuka sedikit kain pemisah antar jamaah laki laki dan perempuan. Matanya nampak melebar, sepertinya dia terkejut dengan apa yang dia lihat. Sedikit senyum muncul dibibirnya, laki laki dengan perwakan tinggi, hidung mancung, dan wajah manis itu nampak senang. Seperti ada rasa yang pernah ia rasakan dimasa lalu.
Seperti ada yang melihat, ara kemudian menghentikan bacaannya. Setelah itu ia melebarkan pandangannya, mencari apakah ini hanya perasaan atau memang dirinya ada yang mengintai. Sesaat kemudian mata keduanya bertemu. Ya, ara dan laki laki itu.
"reno?. " ara nampak terkejut, kemudian memecah pandangan itu dengan mengalingkan wajahnya. Sama halnya dengan ara, laki laki tersebut juga nampak terkejut. Ucapan ara belum sepenuhnya ia cerna. Apakah wanita itu adalah dia? Pertanyaan itu muncul dibenak laki laki itu. Dirinya masih tak menyangka perpisahannya dulu akan mempertemukan dirinya dengan gadis itu lagi. "ara?" laki laki tersebut bersuara, dan dengan antusias ara mengangguk. Masih dengan posisi yang sama, keduanya nampak tetap asik berbicara. Membuka kembali lembar lembar masa lalu."kamu apa kabar?. " setelah dua tahun pindah dari sekolahnya reno menanyakan kabar ara.
"baik, kamu?." ucap ara dengan senyum yang senantiasa merekah di bibirnya. Senyuman itu, senyuman itu tidak pernah berubah. Menurut reno ara tetap gadis impiannya. Dia gadis yang mengajarkan reno tentang arti cinta yang sebenarnya. Gadis yang menyadarkan reno tentang larangan nafsu yang beratas namakan cinta. Iya dia gadis yang dulu pernah menjadi sahabat dari pacarnya. Meski tidak mengatakan secara langsung, tapi reno paham apa yang dimaksudkan oleh ara. Gadis itu tidak ingin melihat sahabatnya jatuh dalam kubangan dosa. Meski sering sekali reno dan ifa menganggap ucapan ara adalah angin semata. Gadis itu tetap menasihati keduanya, sampai pada akhirnya reno mendapat hidayah. Dan berniat untuk memperdalam ilmu agamanya."alhamdulillah baik. " reno yang notabane nya sudah manis, kemudian memberikan senyum termanisnya. Mungkin kebanyakan gadis diluar sana akan menjerit melihat betapa luar biasanya ciptaan tuhan ini.
Fabiayyi ala irabbikuma thukadziban.
"maka nikmat tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?.""yaudah aku pamit dulu, bentar lagi ada setoran Qur'an juz 20. Assalamu'alikum"
"iyo, semangat. waalaikum salam. " gadis tersebut tersenyum. Ia bersyukur reno sudah berubah. Ia kira dulu reno pergi karena dirinya yang sudah menceramahi lelaki itu.***
"wes mari ngajine?. "(sudah selesai ngajinya?) aisyah gadis itu ternyata menunggu ara didepan masjid. Dirinya tidak ikut mengaji dikarenakan ia sedang datang bulan.
" iyo wes." seperti biasa gadis itu memperlihatkan senyum manisnya.
Kemudian mereka berdua berjalan beriringan, menuju kekamar asramanya, dipondoknya saat ini masih belum ada pelajaran seperti biasa, karena para santri dan nyai sibuk mengurus pernikahan penerus pesantren ini. Siapa lagi kalau bukan ustadz irsyad.Sebenarnya ara merasakan hati nya sakit, seperti di cabik cabik. Apalagi pernikahan ustadznya itu sudah ada didepan mata, hanya menunggu hitungan hari. Tapi ia tahu, jika cinta tak bisa dipaksakan. Cintanya pada ustadz irsyad tak harus terbalaskan bukan? Karena menurutnya cinta ini suci, jadi tidak boleh dikotori oleh nafsu yang ingin memiliki.
Hujan saja, ribuan kali dirinya jatuh, tapi ia tak pernah mengeluh, karena itu adalah takdirnya. Allah menciptakan segala sesuatu dengan sebabnya. Jadi jangan pernah berpikir jika hidup tidak adil.
***
Ustadz irsyad, pria itu nampak bingung. Kenapa akhir akhir ini ia selalu emosi. Apalagi jika bertemu ara, padahal gadis itu tidak memiliki masalah apapun pada dirinya. Ia hanya mendengar ucapan ifa, yang mengaku sahabat gadis itu tanpa ia tahu cerita itu benar atau salah. Padahal sebelumnya pria itu tak pernah percaya pada hal hal semacam itu.
Pria itu menarik napasnya kasar. Pernikahannya tinggal menghitung hari, tapi hatinya masih sulit untuk menerima. Meski sudah berkali kali membuka hatinya untuk ifa, ustadz irsyad tak pernah bisa menerima gadis itu.
Suara ketukan pintu dari luar membuat ustadz irsyad berhenti memikirkan hal itu sejenak. Ia kemudian beranjak dari duduknya. Dan melangkah untuk membuka pintu kamarnya.
Disana terlihat uminya yang sedang tersenyum. Senyum milik uminya ini selalu membuat masalah irsyad seperti lenyap begitu saja. Andai ada wanita yang seperti uminya, pasti ia tidak akan pusing dengan masalah ini."irsyad, ibune ifa, mau ketemu Sama kamu" umi maryam langsung mengabari anaknya itu tentang kedatangan calon mertuanya.
"enjeh mi, bentar lagi irsyad kesana."
"yowes, cepetan gih. " sekali lagi, uminya tak pernah bosan memberikan senyuman manis itu. Dan cepat cepat irsyad melangkahkan kakinya menuju ruang tamu, seperti yang telah dikatakan oleh uminya.Disana, diruang tamu ndalem. Nampak wanita paruh baya yang tak lain adalah ibunya ifa sekaligus calon mertua ustadz irsyad sedang mengobrol dengan abi dan uminya. Ia mendekat kearah dimana para orang tua itu berada, Kemudian dengan takzim ustadz irsyad menyalami mertuanya.
Seperti biasa ayahnya ifa tak bisa hadir dikarenakan ada rapat mendadak dengan kliennya.
"kamu nggak kuliah?. " Tanya calon mertuanya yang duduk didepan irsyad.
Irsyad menggeleng.
"nggak tan, lagi nunggu sidang skripsi aja. Paling besok irsyad masuk. Emang kenapa tan?. " irsyad sekarang kuliah semester akhir, ia sebenarnya mengambil jurusan manajeman bisnis. Tapi abinya sudah memerintahkan dia untuk menjadi penerus dipesantren miliknya.
"irsyad, tante bisa minta tolong nggak?." wanita paruh baya sekaligus calon mertuanya itu menatap irsyad dengan senyum tipis. Irsyad mengangguk, tidak ada salahnya bukan jika ia menolong calon mertuanya itu.
"minta tolong apa tante?. "
"tolong nanti jemput ifa ya dikampusnya, soalnya dia lagi nggak bawa mobil. Dan tante juga mau nyusul papahnya ifa diluar kota. " irsyad kemudian mengangguk lagi, pertanda bahwa ia menyetujui permintaan mertuanya.
"insyaallah tan."
Kemudian, reni-ibunya ifa-. Berpamitan setelah irsyad bersedia untuk menjemput putrinya.
"yasudah, kalau gitu saya pamit dulu, assalamu'alaikum " beranjak dari duduknya, reni - ibunya ifa- ,kemudian melenggang pergi setelah bersalaman dengan calon besan dan juga calon menantunya.
Setelah kepergian reni, irsyad kembali masuk kekamarnya, kemudian mengambil wudhu dan melaksanakan shalat dhuha dikamarnya. Setelah itu ia akan pergi untuk menjemput ifa.***
Dirumahnya arya nampak bingung, ia tidak tau bagaimana cara menyampaikan keinginannya untuk meminang seorang gadis kepada kedua orang tuanya. Kiri, kanan, arya mondar mandir didepan kamarnya. Sampai sampai ia tak melihat jika ada umi dijah didepannya.
"umi?. " arya nampak terkejut karena barusan ia tidak sengaja menabrak uminya,meski pelan tapi kan ia merasa tidak enak.
"abang kenapa?." pertanyaan umi dijah dijawab dengan cengiran, kemudian arya menggaruk kepala yang jelas jelas tidak gatal.
"abang kenapa sih? Kok, jadi aneh yo." lagi lagi umi dijah bertanya.
"iku umi, em opo yo umi, arya ora tau mau ngomong dari mana ."lagi lagi ia menggaruk tengkuknya.
"bentaran deh umi, nanti kalau lagi makan malam. Arya mau ngomong. Penting banget. " umi dijah tersenyum.
"pasti abang mau ngomongin cewek kan?. "
"umi bisa aja. " arya terlihat salah tingkah saat uminya mengatakan hal itu.
Assalamu'alaikum readers, maaf kalau update nya lama, tugas online nya numpuk banget gaiss.
Oh iya, kayaknya bakalan hampir end nih cerita.
Jangan lupa votmen nya loh, ntar author gak semangat ngetiknya 😑.
Hehe, satu lagi, tetap #dirumahaja ya , tetap jaga kesehatan. Jangan lupa shalat dan baca al qur'an. Semoga kita semua tetap berada dalam lindungan allah swt. Aamiin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku mencintaimu Ustadz
RandomCerita Fiksi!!! (Ada yang direvisi ulang) "jangan salahkan orang lain jika Kita merasa tersakiti, intropeksi dirilah, mengapa Kita terlalu berharap pada manusia, jika tuhan senantiasa bersama."