terungkap 2

1.1K 58 0
                                    

Yang rumit bukan mencintai ,tapi rasa ingin dicintai oleh orang yang tak menghargai.

I. A. M. U.

Di loteng asrama ara meluapkan tangisnya. Terlihat bodoh memang. Tapi ia tak bisa lagi untuk menahan perih dihatinya. Bahkan siapa saja yang berada diposisi ara mungkin akan melakukan hal sama. Rasanya Sungguh menyakitkan, siapa sangka orang yang selalu kita doakan disepertiga malam, akan menjadi orang yang paling menyakitkan jika diingat.

Ini yang sangat ara takutkan ketika mencintai seseorang yang belum halal, mungkin ini adalah peringatan dari Allah untuk ara karena telah melanggar perintahnya.

"hiks... Iki seng ara takutin. Ara ora iso ngelupakno uwong seng ara senneng.hikss.." (ini yang ara takutin, ara nggak bisa melupakan orang yang ara suka). sulit memang melupakan seseorang yang kita sayang, apalagi dia adalah orang yang membuat kita merasakan indahnya mencintai.

"opo o? Opo o ustadz irsyad ngomong koyo ngono kalo, dia ndak senneng karo aku. Opo iyo aku seng terlalu porcoyo diri?." (kenapa? Kenapa ustadz irsyad bicara kaya gitu kalo dia nggak suka sama aku. Apa iya aku yang terlalu percaya diri?)
ara bermonolog sendiri, ditemani oleh deruan angin pesantren. Mungkin ini adalah akhir dari kisah cintanya. Atau ini justru jadi awal hidup barunya. Tanpa rasa cinta seperti dulu. Ya mungkin ara akan melakukannya.

"ara kamu ngapain disitu?. " suara itu reflek membuat ara mengusap cairan bening yang mengalir lembut dipipinya. Kemudian membenarkan bentuk hijabnya agar tidak ada yang curiga dengan dirinya yang sudah acak acakan akibat menangisi orang yang tidak pernah memikirkannya.

"ifa! " ucapnya kaget, ara takut, apa sahabatnya itu mendengarkan perkataanya tadi. Ara beranjak dari tempatnya dan berjalan kearah ifa yang berada di ujung tangga. "kamu seng laopo?, oh awakmu kudu jalan jalan neh yo?. " (kamu yang ada apa?, oh kamu mau jalan jalan ya?). ucapnya disertai senyuman. Manis, berbanding terbalik dengan keadaan hatinya. Miris memang.

"kamu jangan bohong ra?, aku udah dengar kok. " mendengar ucapan ifa, ara langsung tegang, apa iya ifa mendengarnya?, apa iya ifa sudah mengetahui kebenarannya. Bagaimana ini, tak seharusnya ifa tahu hal ini. Harusnya hal ini hanya dirinya yang mengetahui nya.

"ndak Fa, iku salah paham. Kamu ra tau seng sebenarne."(nggak Fa, itu salah paham, kamu nggak tau yang sebenarnya.) ara berharap ifa tidak salah paham terhadap dirinya. Dan ya ara harus meluruskan semuanya. Ia tak ingin hubungan persahabatannya menjadi renggang.

"iya aku memang salah paham, salah paham sama sikap kamu yang sebenarnya pura pura baik sama aku, iyakan ra?. " emosi ifa benar benar membuncah, ntah kesalah pahaman apa lagi yang terjadi diantara kedua sahabat itu.

"maksudne opo Fa?. " ara benar benar tak paham apa yang dipikirkan oleh sahabatnya itu,  pura pura baik?, maksudnya apa, ara tak pernah sekalipun berpikiran seperti itu.

Ara mendekat kearah ifa, mencoba meraih Tangan sahabatnya itu. Tapi langsung ditepis secara kasar oleh ifa.

"maksudnya apa?, kamu hebat ra!, hebat banget. Kamu menyembunyikan sifat iblis dibalik wajah polosmu itu. " ifa tertawa sinis, dengan pandangan matanya menajam kearah ara. "mungkin aku yang bodoh, Karena telah menjadi sahabatmu." ifa kemudian melengos dan berjalan menjauhi ara.

"ifa, aku salah opo karo kamu, kalo salah maafin aku fa, jangan pernah memutuskan persahabatan iki Fa. " ara berteriak membuat ifa kembali ketempat semula.
Ara terlihat benar benar Lelah, kantung matanya menghitam, hidungnya memerah, benar benar memprihatinkan.

"salah kamu banyak ra, banyak. Sampai sampai aku muak jika mengingatnya. Tapi tak apa biar aku beritahu apa kesalahanmu."
Ifa menarik nafasnya sejenak, lalu memejamkan matanya, hingga kilasan memori yang terjadi padanya dan ara, ia rasakan kembali. Masa lalu yang menurutnya tak adil untuknya. Masa lalu yang membuat dirinya menjadi orang yang pendendam.

Setelah sesaat ifa membuka matanya dan meluapkan emosinya dengan kata kata kasar.

"kamu ingat ra, dulu aku suka sama kak arka, tapi apa?. Kamu merebutnya dari aku."
Jeda sejenak.

"tapi itu fa-" "stt aku belum selesai, masih banyak kesalahanmu ra. " ucapan ara terhenti oleh bentakan ifa, membuat ara menghentikan bicaranya dan memilih untuk tidak terbawa emosi.

"aku memaklumi soal kak arka, tapi kenapa setelah itu aku dekat dengan reno, kau juga menjadi penghalang antara kami berdua dengan ceramah murahanmu itu. " ifa menetralkan amarahnya sejenak, kemudian "dan ya, setelah itu kau sendiri yang dekat dengan reno. "tawa iblis menyeruak dari bibir kecil ifa, ara tak menyangka jika kejadian itu membuat ifa menyimpan dendam terhadap diriinya.

"dan sekarang, kamu ingin merebut ustadz irsyad dari aku?, iya ra?. " ifa melanjutkan perkataannya diselingi dengan air mata yang perlahan turun dari sudut matanya. Bibirnya Tak mampu menahan isakan, kemudian secepat kilat ifa mengusap air matanya kasar.

"jangan harap ra!, tapi ya aku ingin memberi tahu kamu satu hal." sesat ifa melirik keadaan sekitar dan membisikkan sesuatu kepada ara.  Entah apa yang dibisikkannya itu, membuat ara kembali terisak dan menggeleng Lemah.

"ora fa, aku mohon ora, dia iku ra ngerti masalah seng sebenarne Fa. "(jangan Fa, aku mohon jangan. Dia itu tidak tahu masalah yang sebenarnya fa). tanpa menghiraukan ucapan ara, ifa melenggang pergi.
Ara benar benar bingung,  sekarang apa yang harus ia lakukan. Semuanya kacau. Kesalah pahaman ini semakin rumit dan panjang.
Rasanya ara ingin lenyap dari dunia ini. Belum selesai masalah yang satu, sekarang muncul masalah baru.

Mengucap istigfar, ara berjalan menuruni tangga dengan hati hati. Perlahan kakinya melangkah menuju tempat wudhu. Kemudian ia membasahi wajahnya yang terlihat mengenaskan.  Lalu mengambil wudhu dan berjalan menuju saf wanita dibagian belakang. Setelahnya ia menunaikan shalat sunnah. Karena dengan mengingat allah hati menjadi tentram dan damai. Setelah menunaikan shalat sunnah ara berdoa, berdoa dengan keadaan hati yang terluka, membuatnya tak bisa menahan tangisnya. Airmatanya mengalir begitu saja, tanpa komando, tanpa aba aba.
Masalah yang menjadi beban pikiran, ia  ceritakan kepada Allah. Semoga Allah meringankan semua masalahnya. Ara percaya jika kebenaran tidak akan kalah. Cepat atau lambat pasti itu akan terbukti.

"Astaugfirullah." kaget ara,karena teringat perkataan ifa. "bagaiman kalau ifa melakukan hal iku, opo seng mestine aku lakukakan saiki?. " (bagaimana jika ifa melakukan hal itu, apa yang harus aku lakukakan sekarang?) ucapnya bingung, bagaimanapun juga ifa adalah sahabatnya, jika sampai ifa Melakukan hal diluar batas. Ara tak mau melihat sahabatnya itu dipenjara. Tapi bagaimana caranya ara menghentikan rencana ifa itu. Ia tidak ingin ada orang yang terlibat lagi dalam masalah mereka.

"aku bakal mungkasi ifa kanthi cara ku dewe, aku yakin ifa pasti ra bakal ngelakuin hal seng Gawe orang celaka. " (aku harus menghentikan ifa dengan caraku sendiri, aku yakin ifa pasti tidak akan melakakukan hal yang membuat orang celaka). setelah berhasil bergelut dengan pikirannya, ara memutuskan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri.

***

Dilain sisi, aisyah tak tahu lagi harus mencari sahabatnya itu dimana, sudah puluhan kamar asrama yang aisyah Cari, tapi ia tak melihat penampakan ara sedikitpun.

"ishh, ngndi ae sih ara?,  ngendi kok ra ngajak ngajak. Dadi susahkan ditemokake" (ishh, kabur kemana sih ara?, kabur kok nggak ngajak ngajak. Jadi susahkan ditemukannya.)
Aisyah mengeluh, Karena sedari tadi ia tak melihat sahabatnya itu. Sambil mencebikkan bibirnya aisyah berjalan menuju pelataran masjid.

"loh, ikukan sandale ara?. Iyo betul iku. Pasti ara ada nang dalem masjid. "(loh itukan sendalnya ara?,iya betul itu. Pasti ara ada didalam masjid.) saat aisyah menaiki undakan pertama, ia melihat ara keluar dari masjid, membuatnya urung untuk melangkah lebih lanjut dan memilih untuk menunggu ara diluar masjid.

Ara menatap aisyah, sambil menaikkan sebelah alisnya. "pengin solat syah? Kok ora mlebu ae sih. "(mau shalat syah? Kok nggak masuk aja sih.) aisyah menepuk jidatnya pelan, sahabatnya itu memang benar benar tidak peka, pantas saja dirinya ditipu oleh ustadz irsyad.

"kamu ndak lihat ra, kalo keringatku udah deres kaya ujan ngono. " aisyah mendramatisir ucapannya, berharap sahabatnya itu paham dengan ucapannya.
Ara hanya mangut mangut saja mendengar drama aisyah. "awakmu ngabis Lari tah?," (kamu habis lari tah?.) tanyanya lagi, aisyah melongo mendengar jawaban ara, apa benar cinta membuat seseorang menjadi sedikit bodoh? Kalau iya, berarti ara?.  Aisyah kemudian menggelengkan kepalanya. Membuyarkan pikirannya yang kacau.

Izinkan Aku mencintaimu UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang