"sabar itu tak ada batasnya. Jika anda emosi dan mengatakan sabar ada batasnya, berarti anda belum sabar. "
I. A. M. U.
Kediaman umi maryam saat ini terlihat sangat sibuk, banyak para santri yang ikut menolong umi maryam untuk melakakukan persiapan pernikahan ustadz irsyad. Sekarang pernikahannya kurang 3 Minggu lagi, dan saat ini waktunya untuk kedua calon pengantin melakakukan fitting baju pernikahan. Tapi ada kendala dari pengantin wanita. Ya ifa, sekarang tengah sibuk dengan ujian dikampusnya, jadi dia tidak bisa ikut untuk fitting baju. Untung saja, umi maryam mengajak ara, Karena menurut beliau, ara dan ifa memiliki postur dan tinggi tubuh yang sama.
"ara, ikut umi sama ustadz irsyad Sebentar ya?. ". Suara lembut khas keibuan itu, membuat ego ara sedikit menghilang. Siapa yang akan menolak perintah dari bu nyai. Sedangkan dirinya berada disini untuk mencari ilmu dan ngalap barokah dari para kyai dan nyai.
"enjeh, umi. " ara mengangguk sopan. Meski hati dan fikirannya terus bergelut untuk menolak ajakan umi maryam. Bukan tak suka, hanya saja rasa sakit dan sesak didadanya tak bisa ia Tahan. Kesabarannya kadang tak bisa dikendalikan, ketika ego sudah menguasai hati dan fikiran.Dalam al qur'an surah al baqarah ayat 153 dijelaskan jika allah bersama orang yang sabar. Bukan hanya itu menahan marah juga diwasiatkan oleh baginda nabi Muhammad saw. Dalam hadist abu hurairah ra.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْصِنِي قَالَ لَا تَغْضَبْ فَرَدَّدَ مِرَارًا قَالَ لَا تَغْضَبْ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab: “Janganlah engkau marah”. Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah”[2].
***
Untuk kesekian kalinya ustadz irsyad dibuat takjub oleh ara, kali ini bukan bacaan Al-qur'an yang membuatnya takjub. Tapi baju pernikahan yang dipakai ara. Ara benar benar cantik. Selama beberapa detik ustadz irsyad menatap kagum kearah santrinya itu. Tapi didetik kemudian ia menggeleng gelengkan kepala, sambil mengucap istigfar.
"irsyad, bagaimana? Apa menurutmu baju ini cocok untuk ifa. " ustadz irsyad berjalan kearah uminya sambil menyunggingkan senyum. "Cocok kok umi, cantik. " ucapnya kemudian memandang ara.
Umi maryam hanya tersenyum, ia sangat bahagia. Putranya akan segera menikah.
Ara yang mendegar kata kata itu hanya bisa diam. Meski rona merah tak pudar dari pipi cabinya. Tapi ia sadar, bukan dirinya yang ustadz irsyad maksud cantik, melainkan gaun pernikahan milik ifa, yang dipakai olehnya, Dan itu semua karena disuruh oleh umi maryam."umi, ifa dimana?. Kenapa dia tidak ikut. " ustadz irsyad tidak tahu jika ifa tidak akan ikut untuk fitting baju pengantinnya. Karena ifa hanya memberi tahu umi maryam.
"umi lupa, ifa nggak bisa ikut fitting baju, Karena dia ada ujian dikampusnya. Makannya umi ngajak ara, mereka berdua kan bersahabat, ukuran dan tinggi badannya juga sama, jadi umi gak pusing deh nyari ukurannya kayak apa. " ustadz irsyad mengangguk paham, kemudian giliran ustadz irsyad yang mencoba jas pengantinnya. Aura ketampanan ustadz irsyad memang tidak diragukan. Hanya memakai sarung, baju Koko, Dan peci, penampilannya sudah tampan. Apalagi sekarang beliau menggunakan jas. MashaAllah ... Berkali kali lipat tampannya.
Ustadz irsyad melirik kearah ara, Sungguh santrinya yang satu itu terlihat seperti orang kagum. Mulutnya sedikit menganga, matanya terbelalak. Ingin sekali ustadz irsyad tertawa, tapi beliau Tahan. Takut santrinya itu malu.
"ehem" deheman dari ustadz irsyad, menyadarkan ara dari lamunannya. Sungguh ara merasa gagu untuk melirik ke arah ustadznya itu, rasa malu karena ke gep waktu ngeliat ustadz irsyad sudah menjalar keseluruh tubuhnya. Sampai sampai ia lupa jika kemarahannya juga menguap entah kemana.
"irsyad, kamu bayar dulu gih, bajunya. Umi sama ara nunggu dimobil ya. " ara merasa lega, ustadz irsyad tak memandangnya lagi, bisa bisa ustadznya itu kepedan. Padahal kan tadi ara hanya sedikit kagum. Ingat sedikit, nggak lebih. Setelah membayar baju pernikahannya, ustadz irsyad menyusul ara dan uminya yang lebih dulu ada diparkiran.
Seperti biasa hanya ada keheningan didalam mobil yang dikendarai oleh ustadz irsyad. Meskipun ara tidak terlalu suka dengan keramaian, tapi jika hening seperti ini, rasanya Sungguh tak nyaman. Ingin bicara, tapi ia sadar, jika disini dirinya hanya dianggap sebagai santri tak lebih.
"langsung muleh* mi?." (pulang*) suara milik ustadz irsyad memecah keheningan. Meski kata yang dikeluarkan tak banyak. Tapi, cukuplah untuk mencairkan suasana. Umi maryam nampak berpikir kemudian melirik kearah ara. "kita mangan dulu aja, kasian iku, santri ayune umi. " seperti biasa, umi maryam tersenyum. Sungguh kecantikan umi maryam tak pernah pudar. Apalagi didukung oleh, sikap keibuannya.
Ara tersenyum mendengar ucapan umi maryam. Emang umi maryam terbaik, tau aja kalau ara lagi lapar. Batinnya berteriak senang, kapan lagi makan gratis direstoran.
Makanan ara kamingg!!!Mobil milik ustdaz irsyad berhenti didepan sebuah restoran. Sudah ara tebak, ini pasti restoran mahal. terlihat dari interior dan desain bagunannya yang super mewah duper mewah. Bukan alay ya tapi ini kenyataan.
"umi udah nyampek. " umi maryam turun terlebih dahulu, kemudian disusul oleh ustadz irsyad. "kamu nggak mau ikut?. " ustadz irsyad mengetuk kaca jendela ara, membuatnya tersadar Dari lamunannya."enjeh ustadz, maap." setelahnya ara berjalan mengikuti kedua gurunya itu menuju meja yang ada didekat jendela. Menampakkan lalu lalang kendaraan. Suasana jalanan tidak terlalu macet seperti dijakarta.
"mau mangan nopo umi?. " umi maryam masih terlihat sibuk membolak balikkan buku menunya. "kok umi tok, ara ndak ditawari toh?. " Alhamdulillah ternyata umi maryam tidak melupakan keberadaan ara disini. Tidak seperti ustadz yang satu ini.
"kan bisa pesen sendiri dianya umi. " ustadz irsyad kembali berucap, memang benar benar tidak tau terima kasih. Masih untung ara mau bantuan. Eh malah disuruh mesen sendiri. Ara tersenyum dan menanggapi ucapan ustadz irsyad. "njeh mi, kulo iso mesen Dewe" (iya mi, aku bisa pesen sendiri). Umi maryam menatap kearah ustadz irsyad, memberi isyarat kepada putranya itu, untuk memesankan makanan untuk ara juga. "njeh mi, iki irsyad pesenin." itu adalah salah satu yang membuat ara kagum kepada ustadz irsyad. Ia tidak melawan perintah umi dan abahnya jika tidak menyimpang dari kebaikan. Kecuali waktu perjodohan itu, beliau memang tidak menyukai hal hal seperti itu. Tapi kan sekarang ustadz irsyad menerima perjodohan itu demi kedua orang tuanya."kamu mau mangan nopo? " ara yang ditanya seperti itu, langsung membuka dan membolak balikkan buku menu. Kemudian dia menyebutkan makanan yang dirasa cukup menggoda selera Makannya. Ara memesan cukup banyak. Biarlah yang penting kenyang dan tidak emosi lagi. Yakan!.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku mencintaimu Ustadz
RandomCerita Fiksi!!! (Ada yang direvisi ulang) "jangan salahkan orang lain jika Kita merasa tersakiti, intropeksi dirilah, mengapa Kita terlalu berharap pada manusia, jika tuhan senantiasa bersama."