"seperti punuk yang merindukan bulan, begitupun dengan hati ini, aku merindukan mu. Merindukan sikapmu yang dulu. "
Tiga bulan lebih, ara harus bersabar dengan pernikahannya.
Ya sudah hampir empat bulan ia menikah dengan ustadz irsyad.
pernikahan yang dulu ia kira akan membawa kebahagiaan, tapi kenyataannya ia harus menanggung rasa sakit sedalam ini.Pagi ini, ara tengah sibuk menyiapkan sarapan pagi, ya mereka berdua tetap tinggal di ndalem. Tapi terkadang ustadz irsyad tidak pernah menyentuh masakan yang dibuat oleh istrinya itu ketika umi dan abinya sedang keluar kota. Ara yang hanya sendiri disini hanya bisa menangis dalam diamnya. Ia tak mengerti kenapa ustadz irsyad melakukan hal ini padanya.
Ara gadis itu mencoba untuk tersenyum, ia yakin bahwa ustadz irsyad akan berubah. Setelah menyajikan makanan dimeja makan, gadis itu memanggil suaminya yang berada dikamarnya. Gadis?. Sejak hari pertama pernikahan mereka, mereka tak pernah tidur bersama. Ustadz irsyad selalu tidur disofa yang ada dikamarnya.
Tok tok tok...
"assalamu'alaikum, ustadz, sarapannya sudah siap." ara mengetuk pintu kamarnya pelan. Berharap suaminya keluar dan memakan masakannya. Setelah memanggil ia kembali kedapur untuk membereskan peralatan masak yang tadi ia gunakan.
Mengharapkan dirinya dicintai oleh suaminya adalah harapan terbesar ara. Tapi, sudahlah dirinya harus bersabar.Ustadz irsyad keluar dari kamarnya, kemudian menghampiri ara, membuat gadis itu sedikit bahagia dan mengembangkan senyum. Namun lagi lagi ustadz irsyad mematahkan hatinya, pria itu hanya berlalu bukan menghampiri. Entah kemana pria itu akan pergi, setelah kelulusannya minggu lalu, suaminya sering keluar rumah. Tidak ia tidak mencurigai suaminya itu, hanya saja istri mana yang tak khawatir saat suaminya pergi tanpa pamit.
Setetes demi setetes air mata terjun tanpa diberi komando, kemudian disusul isakan kecil dari bibir mungilnya. Ara luruh kelantai, hatinya bagai terombang ambing disamudra, hancur seperti kapal yang dihantam gelombang besar.
Bagaimana tidak?, disini dirinya tak pernah dianggap sebagai istri, padahal ara sudah mencoba untuk bertanya apa kesalahannya. Namun lagi lagi, ustadz irsyad tak pernah menanggapi perkataannya.Ara pernah mengira jika suaminya itu sedang mengajar di pondok, tapi setelah ara menanyakan pada santri yang ia kenal. Jawabannya adalah tidak. Ustadz irsyad sudah tidak mengajar dipondok. Lantas kemana suaminya pergi?.
Ara kembali bangkit, kemudian menghapus air matanya. Benar benar lelah, ara merasa sangat lelah. Andai dirinya tak memiliki perasaan terhadap ustadz irsyad, pasti ia akan meminta cerai. Namun setiap kali ara ingin mengatakan hal itu, lidahnya kelu, hatinya memberontak agar ia tetap bisa bersama dengan ustadz irsyad.
Setelah merapikan meja makan, gadis itu melangkahkan kakinya kearah masjid. Berharap hatinya bisa tenang kembali dengan mengingat Allah. Ara pikir biasanya jika sudah jam sembilan, tidak akan ada santri yang berdiam diri dimasjid. Karena pada jam seperti ini diadakan kelas mengaji kitab taklim al-muta'allim yaitu ilmu tentang akhlak.Setelah mengambil wudhu, ara segera melaksanakan shalat dhuha. Mencurahkan isi hatinya lewat doa. Berharap suaminya akan mencintai dirinya.
"ya allah, ara mohon biarkan ara merasakan cinta dari suami ara, biarkan ara bahagia bersama ustadz irsyad ya Allah. " ara meneteskan air matanya kembali. Ia tak bisa membendung rasa sedihnya.
"ya Allah, ara mohon bukakanlah hati ustadz irsyad, agar dia tahu kalau ara sangat mencintainya. Ya Allah ara ikhlas meskipun ustadz irsyad tidak mencintai ara, tapi ara mohon, ara mohon agar ustadz irsyad mau menganggap ara sebagai istrinya. Ara capek ya allah, ara capek pura pura bahagia dihadapan abi, ramah, umi Maryam, umi dijah dan abang arya. Ara ingin menyerah, tapi tidak bisa. Ara terlalu mencintainya ya Allah." isakan isakan kecil, kembali lolos dari bibir mungilnya, sungguh beban yang ia hadapi saat ini sangat berat. Dilain sisi ada seorang yang juga tak tega melihat ara menangis seperti itu. Ia tak ingin wanita yang ia cintai tersakiti oleh siapapun. Dengan tangan yang mengepal, laki laki itu pergi, ia nampak sangat emosi.***
"assalamu'alaikum ustadz. " setelah kejadian pagi tadi, reno menunggu kedatangan ustadz irsyad, katakan jika reno kurang ajar terhadap ustadznya, tapi ia tidak akan diam saja jika melihat gadis yang ia cintai tersakiti.
"waalaikum salam. " ustadz irsyad nampak mengingat ngingat santri yang satu ini, sepertinya tak asing. Oh iya, reno. Pikirnya dengan smirk yang melekat dibibirnya.
"ada apa?. " tanya ustadz itu, dingin. Raut wajahnya datar. Sepertinya ia tak suka dengan kedatangan reno.
"ustadz dari mana?. " dengan raut tenang reno bertanya.
"apa urusannya dengan mu?. " setelah menjawab ustadz irsyad melanjutkan langkahnya, namun ditahan oleh reno.
"tidak ada, tapi..." ustadz irsyad segera memotong pembicaraan reno.
"lantas?." ustadz irsyad menautkan alisnya, menurutnya reno benar benar tidak jelas. Umur keduanya memang terpaut tidak jauh hanya sekitar tiga tahun lebih tua ustadz irsyad. Hanya saja ustadz irsyad sekarang adalah gurunya, ia tidak mungkin melakukan baku hantam kan?.
"tidak ada jika dengan saya, tapi istri ustadz, ustadz tau bagaimana perasaannya?. " ustadz irsyad tersentak kaget, bagaimana berita tentang dirinya dan ara yang tidak pernah baik bisa diketahui oleh pria didepannya ini.
"jangan campuri urusan rumah tangga saya" ustadz irsyad memberi peringatan, tapi jangan pikir reno takut akan hal itu.
"maaf ustadz, bukan maksud saya mencampuri urusan ustadz, saya hanya ingin ustadz menghargai ara sebagai istri. Ustadz tau dia selalu menangis Karena ustadz. "
"itu urusanku bukan urusanmu." ustadz irsyad merasa jika ara yang sudah menyebarkan berita ini.
"urusan ara juga urusanku ustadz. " ustadz irsyad semakin emosi mendengar perkataan reno. Berani sekali dia mendekati istrinya. Batin ustadz irsyad.
Ustadz irsyad berlalu meninggalkan reno didepan gerbang pesantren dan segera masuk ke ndalem untuk mencari ara.
Rasa lelahnya bercampur emosi, ustadz irsyad kira ara bukan gadis seperti ifa, namun sayangnya kedua sahabat itu memiliki sifat yang sama. Trauma yang ustadz irsyad rasakan waktu itu kembali muncul. Ia mengira istrinya selingkuh dengan reno. Apalagi waktu itu ifa pernah bilang jika ara pernah merebut reno darinya."araa... " teriak irsyad, kali ini abi dan uminya tidak ada di ndalem. Sedangkan ara gadis itu baru selesai mandi, mendengar namanya dipanggil dengan segera ia mengambil hijab instantnya dan mengenakannya.
"enjeh, ono opo ustadz. " ara menunduk setelah berada dihadapan ustadz irsyad. Panggilannya tak ia ganti, karena ia sendiri bingung sekaligus malu jika memanggil ustadznya dengan embel embel mas atau sebagainya.
Emosi yang tersirat dimata ustadznya itu terlihat menyeramkan. Pandangannya tajam, menusuk, membuat orang yang melihatnya pasti ketakutan.
"apa apaan kamu?. " ucap ustadz irsyad lantang. Membuat ara semakin menundukkan pandangannya. Air matanya selalu lolos. Isakannya terdengar pilu.
"kamu cerita masalah rumah tangga kita, kepacar kamu itu? Iya?. " ara menggelengkan kepalanya, ia tak pernah memberitahu apapun pada orang lain. ustadz irsyad mengalihkan pandangannya. Ia tak menatap ara lagi. Gadis itu sedikit mendongak, mencoba mencari pembelaan.
"masalah nopo ustadz?, dan pacar?, ara ndak punya pacar. " gadis itu terlihat masih sesegukan, tetapi ia mencoba untuk menyatakan kebenarannya. Sungguh ara tak pernah memiliki pacar. Ustadz irsyad adalah yang pertama menjadi kekasihnya.
"huh, jangan kira aku lelaki bodoh yang bisa kau tipu dengan wajah polosmu itu. Dan ya" ustadz irsyad mengangkat jari telunjuknya tepat didepan wajah ara. Gadis itu memundurkan langkahnya.
"kau sama saja seperti wanita diluar sana, yang menginginkan harta. " cukup sudah, ara benar benar lelah. Setelah ustadz irsyad pergi kekamarnya, ara kembali menangis, meringkuk sendirian diruang tamu. Menangis dalam diamnya, menguatkan batinnya sendiri. Ara melakukan hal itu sendiri, ya karena ara tak ingin melibatkan orang lain dalam masalahnya.
Sekarang yang harus ia lakukan adalah menenangkan diri. Ia harus pergi untuk beberapa waktu, mungkin jika dirinya sudah merasa lebih baik ia akan kembali. Entah karena ingin bertahan atau mengakhiri. Yang pasti sekarang ara harus pergi, pergi jauh dari kota ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku mencintaimu Ustadz
RandomCerita Fiksi!!! (Ada yang direvisi ulang) "jangan salahkan orang lain jika Kita merasa tersakiti, intropeksi dirilah, mengapa Kita terlalu berharap pada manusia, jika tuhan senantiasa bersama."