"Seseorang itu tergantung pada agama sahabatnya, maka perhatikanlah salah seorang dari kamu kepada siapa dia bersahabat."
*H. R. Abu Daud*
"wis rampung kabeh to nduk? " (sudah selesai semua nak?). Ujar ramahnya lembut, hari ini ara akan berangkat kembali ke pesantren. Sebelum itu ara harus menata barang barang yang akan dibawa kepesantren, termasuk oleh oleh untuk aisyah dan yang lainnya.
"nggeh mah, wis rampung kabeh, tinggal cuz, Mangkat. " ( iya pak, udah Selesai semua, tinggal cuz, berangkat.)
Ramahnya menganggukkan kepala sambil mengelus puncak kepala ara yang tertutup khimar. "Seng rajin belajarno ojo mumet mumetan yo. Gawe ramah sareng umimu bangga karo kamu. "
Tak terasa cairan bening menumpuk dipelupuk matanya. Ara kembali memeluk ramahnya erat. "enggeh mah, pasti iku, doain yo."
"ekhemm..., kok ndak ajak abang sih, kalau mau peluk pelukan. " arya yang ada didepan pintu kamar ara, ikut bergabung untuk memeluk ara.
"seng rajin yo dek, doain abang juga supaya ngulli jodoh Seng ayu plus apik " ara tertawa melihat abang nya melas karena belum dapat jodoh. Sebenarnya banyak yang mengantri untuk bisa bersama arya, tapi menurut arya mereka semua hanya melihat parasnya saja bukan dari hati.
Mereka tidak menyadari jika paras yang rupawan tidak akan bertahan lama, karena semua pasti akan menua."yo pasti lah bang, abang juga jangan milih milih teroos, nanti ora dapet."
Ramahnya hanya geleng geleng kepala melihat kelakuan anak2nya, meskipun sudah dewasa tetapi menurut ramah nya mereka tetap putra putri kecil Tersayangnya.
"saiki jam piro le?. " (sekarang jam berapa nak?). Tanyanya pada arya anak laki laki nya.
"jam pitu, mangkat saiki mah?. " (jam tujuh, berangkat sekarang pak?). Ramahnya menganggukkan kepala. Pertanda setuju usulan arya, bukan apa apa, jika tidak berangkat sekarang takutnya macet.
***
Seharian sudah perjalanan ara menuju pondok pesantren, dan sekarang ia berada dalam kamar asramanya. Sedangkan keluarganya sudah pulang dua jam yang lalu. Padahal pihak pesantren sudah menawarkan keluarga ara untuk istirahat di kamar tamu. Tapi karena ada perihal penting yang tak bisa di abaikan, mereka harus terpaksa pulang.
Hari ini belum banyak santri yang kembali padahal hari ini adalah hari terakhir libur pesantren. Meskipun sedikit santri yang datang. Rasanya tak menyurutkan kebiasaan mereka tentang ngegosipin orang. Apalagi soal perjodohan yang katanya sudah diterima oleh ustadz irsyad. Dan yang lebih mengejutkan, wanita beruntung itu juga akan tinggal di pondok pesantren ini.
Sebenarnya ara tak mempermasalahkan itu, tapi hati nya tak sejalan dengan pikirannya. Ia masih mengingat setiap kata yang diucapkan oleh ustadz irsyad.
Kata yang tak tau itu fakta atau hanya gurauan semata.
Kenapa harus berucap jika aku tak boleh berharap. Kenapa harus berjanji ketika itu kau dustai."ara..." suara memekikkan telinga itu menyadarkan ara dari lamunannya.
Sambil menunjukan senyum palsunya ara menoleh kearah dimana aisyah berada."iyo, ono opo syah"
"ono opo?, kowe seng ono opo?. Dari tadi meneng ae?." (Ada apa?, kamu yang ada apa dari tadi diem aja?) memang sejak tadi aisyah memperhatikan ara yang terlihat tidak bersemangat. Sebenarnya Aisyah sudah mengetahui alasan ara. Tapi ia hanya ingin memastikan keadaan sahabat nya itu.
"leres kok, tapi cuma rindu karo keluarga ku" ara kira aisyah tak menyadari jika ia sedang menyembunyikan sesuatu. Tapi tidak dengan aisyah, ia sangat tau betul sifat ara jika sedang menyembunyikan sesuatu. Mulai dari senyum, tatapan dan gerak gerik nya. Itu semua terlihat berbeda dari biasanya.
"rindu kelurga? Opo ustadz irsyad?. " sambil menaik turunkan alisnya aisyah mencoba menggoda ara. Membuat pipi ara memerah karena malu dengan lontaran yang diucapkan Aisyah.
"
ish, apaan sih syah, mana ada Coba. " ara memberengut sebal, meski yang diucapkan oleh aisyah benar tapi, ia takut ada santri lain yang mendengarnya dan ia akan dijadikan bahan gosip selanjutnya.
Bukan apa apa, disini ustadz irsyad sangat disegani dan diincar oleh mbak mbak santri apalagi ketua kamar di asrama ara. Jadi biar dia saja yang tau akan perasaannya.Belum juga sebal yang ada dalam diri ara hilang, ia sudah mendapatkan kabar baru, yaitu gadis beruntung atau calon istri dari ustadz irsyad sudah datang. Huhh memang hari yang menyebalkan.
Sebelum melihat gadis beruntung itu lebih baik ia shalat ashar terlebih dahulu. Karena shalat adalah obat paling ampuh untuk menyejukkan hati.
وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ
Dan dijadikan penyejuk hatiku dalam shalat. [HR Nasaa-i dan Ahmad]
Selesai melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim, ara tidak langsung keluar dari masjid, ia masih mengulang ulang afalannya agar bisa lancar saat menyetor nanti.
Surah al kahfi, ara sekarang sedang menghafal surat itu, surah yang menceritakan tentang 3 pemuda beriman yang ada didalam gua.
Dengan suara khasnya ara melantunkan kalamullah dengan tepat dan lancar. Suaranya yang merdu sering membuat ikhwan ikhwan khilaf.
"shadaqallahuladzim. " ara mengakhiri bacaannya. Dan melangkah keluar dari pelataran masjid. Tapi, ara seperti melihat seseorang yang tak asing baginya. Tapi siapa?, tak ingin penasaran lebih lama, ara menghampiri orang itu.
"assalamu'alaikum. " dengan senyum yang terpampang manis di bibirnya ara menyapa orang tersebut. Berikutnya ara langsung memeluknya erat. Seperti orang yang berpisah puluhan tahun lamanyan.
"piye kabare? Aku kangen tau karo kamu, terus kok kamu bisa ada neng kene?, kamu mau mondok juga? ." cerocos ara. Sedangkan siempunya masih enggan melepas Pelukannya.
"ihh, kok kamu makin cerewet sih. Tanya nya satu satu dong. Piye sih? " ifa terlihat gemes sekali dengan ara. Ia tak pernah melihat ara secerewet ini.
"hehe iyo sepurane." dengan cengiran khasnya ara kembali bertanya.
"kamu piye kabare?. " ara kembali mengulang pertanyaannya.
"Alhamdulillah baik kok, kamu apa kabar?"
Karena ifa terbiasa berbahasa Indonesia dikampusnya, jadi ia jarang berbahasa Jawa, dan terkadang menggunakan bahasa campuran."Alhamdulillah, pancen leres ,kowe neng kene mau mondok to?, wah asik iku iso ngaji bareng, nanti aku kenalkan karo konco seng lain yo. " (Alhamdulillah sangat baik, kamu disini mau mondok?,wah asik bisa ngaji bareng. Nanti aku kenalin sama teman teman yang lain ya).
Antusias nya ara mungkin tak akan bertahan lama, karena Setelah mengetahui yang sebenarnya ia pasti akan kecewa. Tapi walau mau kecewa seperti apapun ia tak bisa menyalahkan ustadz irsyad ataupun ifa, karena semua adalah takdir, dan takdir tak akan pernah salah sasaran."mm ara, sebenarnya aku disini bukan mau mondok, tapi aku disini mau ketemu sama orang yang akan dijodohin sama aku. "
Penasaran bagaimana reaksi ara, tunggu up selanjutnya ya.
Jangan lupa buat para readers untuk votmen karena itu bisa jadi inspirasi buat lanjutin cerita ini.Maaf jika author gak nentu kapan update, soalnya pikiran author lagi mumet, ditambah tugas yang ngak henti henti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Aku mencintaimu Ustadz
RandomCerita Fiksi!!! (Ada yang direvisi ulang) "jangan salahkan orang lain jika Kita merasa tersakiti, intropeksi dirilah, mengapa Kita terlalu berharap pada manusia, jika tuhan senantiasa bersama."