pesantren🕌

1.4K 68 6
                                    

"bila kamu tak tahan penatnya belajar,
Maka kamu akan menanggung perihnya kebodohan."

(Imam syafi'i)

Didalam kamar minimalis berisikan 5 orang santriwati. Ara menempati asrama putri no 14 di pondok pesantren Al-maulana. Pimpinanan dari Kyai H. Yahya badrus maulana. Bondowoso.

"assalamu'alaikum ukhty." gadis berjilbab merah maroon menghampiri ara dengan senyum yang terpatri diwajah manisnya.

"wa'alikumussalam." ara sedikit ragu. Pasalnya ia tidak mengenal gadis itu.

"ukhty baru disini?." tanya gadis itu. "kenalin aku aisyah." sambungnya.

"eh, iya. Aku ara." ara menjawab dengan senyum kaku.

"jangan kaku atu ara, mau ikut ke masjid nggak?." ajak aisyah. Aisyah memang orang yang mudah akrab, sehingga dia tidak canggung jika berbicara dengan ara.

Beda halnya dengan ara,  ia masih sangat enggan untuk berbicara lebih lanjut dengan aisyah, ia hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti langkah aisyah yang berjalan menuju masjid.

"ayo cepetan ara, kita harus paling depan." aisyah menarik lengan ara dan mempercepat langkahnya.

Ara yang melihat tingkah aisyah menghentikan langkahnya dan mengerutkan alisnya. "kenapa aisyah, kan adzannya masih lima belas menit lagi? Kamu mau solat duluan? Emangnya boleh?." rentetan pertanyaan ara membuat aisyah menoleh. Terlihat polos memang.

"ya ampun ara, ya enggaklah, masa mau shalat kan belum adzan." aisyah terkekeh mendengar kepolosan ara. Sedangkan yang ditertawakan hanya cengar cengir.

"hehe, terus?."  jika tidak sholat pasti ingin berdzikir. Pikir ara, padahal jelas jelas itu bukan pikiran aisyah.

"kamu tau nggak, yang adzan sekarang itu ustadz ganteng. Dia jadi incaran santriwati disini." terang aisyah,  membuat ara tercengang, apa dirinya tidak salah dengar, dia kira hidup dipesantren akan jauh dari laki laki.

"ara cepetan, ustadz ganteng bentar lagi mau adzan." aisyah melangkah lebih cepat setelah sampai dipintu masjid.

Mereka. Ara dan aisyah sudah stand by di saff paling depan. Bukan berarti ara ikut ikutan aisyah untuk melihat ustadz irsyad itu, melainkan karena hanya aisyah yang akrab dengan ara.

"ara sini." panggil aisyah yang berada disebelah kain pembatas jamaah laki laki dan wanita. Ya ampun padahal tadi aisyah ada Disebelahnya sedang mengenakan mukena, tapi sekarang lihatlah ia sudah ada di sana.

"eh?, mau ngapain?,itukan pembatas jamaah ngapain dibuka." ara kaget saat aisyah menyingkap sedikit kain pembatas itu. Bukan hanya aisyah sih tapi juga ada beberapa santriwati yang juga melakukan hal aneh seperti aisyah.

"sini deh ra, bentar lagi ustadz ganteng adzan." tanpa beranjak dari posisi, aisyah memanggil ara dengan isyarat tangan.
Namun bukan ara jika tidak menolak permintaan aneh aisyah itu.

"nggak ah, nanti ketahuan kyai gimana?."

"yaudah, awas nyesel loh." ucap aisyah yang masih fokus memata matai ustadz gantengnya. Memangnya kenapa harus menyesal, perlu gitu ara harus melihat ustadz yang jadi tranding topic di asrama Putri.

♣️♣️♣️

Waktu menunjukkan jam 21.30 wib. Santriwan maupun santriwati ponpes al-maulana sudah mengakhiri kegiatan mengaji kitab selama 30 menit yang lalu.

Saat ini dikediaman kyai. Sedang ada perdebatan dengan putra sulungnya itu. Bukan perdebatan tentang hal harta atau bisnis tapi tentang perjodohan yang menurut ustadz irsyad sangat aneh.

"nggak bi, saya nggak mau. Dia itu masih kecil, masih baru lulus SMA." iya, ustadz Muhammad irsyad aidar maulana. ustadz yang dikenal memiliki paras rupawan dan hafidz qur'an itu sedang berdebat dengan kyai yahya. Ayahnya sendiri. Pasalnya ayahnya itu menyuruhnya untuk segera menikahi wanita pilihan ayahnya.

"abi ndak maksa kamu, tapi abi cuma menyampaikan keinginan abi agar kamu segera menikah, lebih baik kamu pikirkan lagi keputusann kamu tadi. Sekarang sudah malam, kamu istirahat dulu." putus kyai yahya dan segera meninggalkan ruang tamunya.

ustadz irsyad menarik napasnya kasar, apa yang harus ia perbuat jika hatinya telah memilih wanita lain. Apakah ia harus menyerah dengan cintanya atau ia harus berjuang untuk membujuk abi dan uminya. Tapi apa iya, abinya akan menyetujui pilihannya.

Huh, ini lebih sulit dari pada membuat skripsi dikampusnya.

Izinkan Aku mencintaimu UstadzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang