Yoongi membuka matanya dan mengerjap beberapa kali untuk menyesuaikan bias cahaya. Seketika ia membuka mata, hal yang ia lihat untuk pertama kali adalah langit-langit putih disusul wajah mengantuk Namjoon yang mengekor.
"Kau sudah bangun?" Namjoon bertanya. Setelahnya anak itu menguap lebar. "Menunggumu tidur membuatku ikut mengantuk," keluhnya.
Namjoon menghela napas. "Tunggu sebentar," katanya dan pergi keluar dari ruang kesehatan. Tidak lama, sampai ia kembali dengan dua bungkus roti dan satu kotak susu di tangannya.
"Aku tidak melihatmu makan atau pergi ke kantin saat jam istirahat. Jadi, ini, makanlah," ujarnya seraya meletakkan roti dan sekotak susu di atas nakas.
Yoongi tersenyum kecil. "Terima kasih," ucapnya tidak enak hati. Namjoon mengangguk.
"Sama-sama. Kau makanlah, biar kubawakan tasmu sekalian mengambil milikku. Kita pulang cepat hari ini," ucapnya.
.
.
.
Sore hari Yoongi melangkah masuk menjauhi pintu masuk. Anak itu menggigit bibir bawahnya ketika melihat sang ayah yang sedang duduk di sofa ruang keluarga.
"Yoongi pulang ...," lirihnya.
Sang ayah meletakkan katalog yang sedari tadi dibacanya. Ia pandangi si bungsu yang ada di hadapannya.
"Kau pulang terlambat," Doowon berujar.
Tundukkan itu bertambah dalam. "Maaf," Yoongi melirih.
Ko Dowoon, lelaki itu mendengus kasar. "Pergi ke kamarmu dan belajar," titahnya. Yoongi mengangguk patuh. Anak itu merasa seperti tekanan pada bahunya menghilang usai berhadapan dengan sang ayah.
"Yoongi?"
Yoongi mendongak ketika panggilan ia dengar dari sang kakak. Sepasang irisnya menatap pada Seokjin yang berpakaian dengan rapi.
"Ya, Hyung?"
"Kau sakit? Wajahmu pucat," Seokjin berucap.
Yoongi menggeleng cepat. "Aku tidak," jawabnya dengan gelengan.
"Benarkah?" tanya Seokjin, lagi. Kali ini Yoongi mengangguk mantap, berusaha untuk membuat Seokjin percaya pada kebohongan kecilnya.
Seokjin mengendikkan bahunya. Ia daratkan tangannya di atas kepala sang adik untuk mengacak rambutnya gemas dan berlalu.
"Hyung keluar dulu," pamitnya.
Tidak tahu saja, Yoongi yang membatu di belakang sebab perlakuan tiba-tibanya.
.
.
.
"Maafkan kami, Tuan .... T-tuan muda Seokjin kecelakaan."
Tubuh Dowoon melemas. Mendengar satu kalimat dari pekerjanya, mampu membuat jantungnya seakan berhenti berdetak selama beberapa detik. Setelahnya, hanya panik yang mengisi hatinya. Tak peduli dengan waktu yang mulai malam, Dowoon mengambil kunci mobilnya di kamar dan segera turun untuk pergi ke rumah sakit.
.
.
.
"Apa kalian sudah dengar kabar,Tuan muda Seokjin kecelakaan?"
"Ya ... Jo Hanbin berkata kondisi mobilnya ringsek."
"Astaga. Aku tidak bisa membayangkan kondisi tuan muda ...."
"Semoga tuan muda baik-baik saja."
Yoongi yang ada di dalam kamar mendesis. Percakapan itu menganggunya, dan apa? Kakaknya kecelakaan?
Ia segera bangkit dari tidurnya. Yoongi memutuskan untuk mendekati para pekerja yang sedang berkumpul di dapur.
"Jin Hyung? Ada apa dengan Jin Hyung?" tanyanya.
Spontan para pekerja yang ada di sana berhenti bercakap. Dua orang pekerja pergi dari sana, menyisakan Im Ahjumma yang menatap gelisah.
"Ahjumma, apa yang terjadi? Jin Hyung kecelakaan? Kenapa aku tidak diberitahu?" Yoongi dengan rentetan pertanyaannya, sementara Im Ahjumma tetap diam, tampak enggan memberi tahu kabar buruk yang terjadi.
"Ahjumma ...," Yoongi melirih, memohon. Mendengar Tuan Mudanya memohon seperti ini, membuat Im Ahjumma merasa tidak enak hati untuk tetap diam. Ia mendongak, menatap wajah tuan mudanya yang kali ini nampak pucat.
"Yoongi sakit?" tanyanya khawatir. Perempuan paruh baya yang telah mengasuh Yoongi sejak balita itu mendekat, menempelkan punggung tangan pada dahi si anak asuh yang kali ini terasa hangat.
"Kita ke kamar, ya? Yoongi demam," ujarnya.
Yoongi menggeleng. Menepis halus tangan Im Ahjumma lalu menatap lekat mata yang lebih tua.
"Ahjumma, tolong. Apa yang terjadi dengan Jin Hyung?" tanyanya memohon.
"Ajhumma--"
Ucapan Yoongi terpotong oleh dering telepon si ruang keluarga. Yoongi berjalan menghampiri telepon rumah, mengambil gagangnya untuk ditempelkan pada atekinga.
"Yeobos--"
"Di mana Yoongi?!"
Teriakan dari seberang membuat Yoongi berjengit.
"I-ini aku, Abeoji ...," jawabnya lirih. Ada hening yang cukup lama, hingga Yoongi memberanikan diri untuk bertanya, "Abeoji, kabar Seokjin Hyung--"
"Kau ... tunggu di rumah. Hanbin akan datang menjemputmu." Ucapan Yoongi dipotong. Ia juga dapat mendengar helaan napas panjang sang ayah.
"Turuti apa kataku, Yoongi. Donorkan ginjalmu untuk Seokjin."
"A-abeoji ...."
Tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/204700739-288-k814937.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SORRY | Brothership ✔
FanficDisclaimer: fanfiction | Brothership - Completed Ko Yoongi .... Semua ia lakukan hanya untuk mendapat setitik kasih sayang dari sang Ayah. [03-10-19]-[30-12-19]