"Jangan ngambil jarak dimana Kakak nggak bisa ngeraih tangan kamu dalam hitungan detik, ngerti?" Ini adalah kalimat terpanjang Kak Ken ke gue dalam kurun waktu dua hari.
Membiarkan gue berjalan lebih dulu, Kak Ken mengikuti langkah gue dalam diamnya, gue nggak tahu sebenernya apa yang ada dipikiran Kak Ken sekarang? Pulang dan nemenin gue dirumah? Bukannya lebih baik gue tinggal disini bareng keluarga gue? Kak Ken nggak harus repot.
Dengan langkah yang diikuti Kak Ken sedari tadi, gue masih belum mengeluarkan sepatah katapun bahkan saat kita udah duduk kaya gini, gue hanya berani melirik Kak Ken sesekali, remang-remang gue nyoba natap wajahnya Kak Ken dan sekarang Kak Kendra lagi nggak pakai kacamatanya.
Duduk tenang dengan buku bacaan dan secangkir kopi ditangannya cukup sukses membuat gue tertegun untuk sesaat, Kak Ken tanpa kacamatanya akan sangat terlihat berbeda dan gue berharap nggak akan ada perempuan lain yang natap wajah suami gue untuk sekarang, gue lebih ikhlas Kak Ken pakai kacamatanya dan keliatan cupu setiap saat kalau didepan perempuan lain.
Gue kenal Kak Kendra bukan baru kemarin, gue sama Kak Ken tumbuh dan beranjak dewasa bareng, dari awal gue tahu pasti dengan cara bicaranya, sikap bahkan cara berpenampilannya seorang Kendra, gue hafal semua itu.
Sampai SMA gue masih ingat pasti dengan cara bersikap Kak Ken, Kak Ken bukan orang sedingin ini, Kendra Adipati Darma adalah seorang remaja lelaki yang ceria bahkan terkesan tanpa beban sama seperti kebanyakan remaja lelaki seusianya.
Cara berpakaiannya juga sangat beda jauh dari sekarang, Kak Ken yang sekarang selalu memakai kacamata dan rambut yang hampir menutupi seluruh keningnya, belum lagi kalau udah pakai kemeja kotak-kotak dimasukin ke dalam, udahlah, keliatan culun dan nggak menarik sama sekali.
Semuanya itu berubah setelah kecelakaan Mas Kenzi tiga tahun yang lalu, kecelakaan yang membuat Kak Kendra kehilangan Kakak lelaki semata wayangnya, semejak itu juga sikap Kak Ken berubah, selalu dingin dan menutup diri untuk orang lain.
Ya cuma untuk orang lain, kenapa gue bisa ngambil kesimpulan kaya gini? Itu karena Kak Ken akan selalu berpenampilan berbeda kalau cuma berdua sama gue atau keluarga terdekatnya, sama halnya sekarang, gue yang merhatiinnya aja nggak akan pernah ngebayangin kalau lelaki yang duduk disamping gue saat ini adalah suami gue sendiri, kemana penampilan cupu dan culunnya? Ingat, yang sekarang gue liat bukan penampilan yang Kak Ken perlihatkan didepan orang lain.
"Kenapa nggak pakai kacamata? Memang keliatan bacanya?" Ini adalah pertanyaan gue begitu mendapati Kak Ken lagi baca tapi nggak pakai kacamatanya dua tahun yang lalu.
"Memang yang pakai kacamata udah pasti rabun semua?" Dari jawaban yang malah terkesan ditanya balik itu gue langsung tahu kalau Kak Ken pakai kacamata bukan karena dia butuh tapi cuma untuk merubah penampilannya, semenjak itu juga gue udah nggak kaget sama sekali kalau mendapati Kak Ken berpenampilan berbeda, gue mulai terbiasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with My Senior (END)
RomanceDinikahin sama mahasiswa cupu aja gue ikhlas tapi kenapa kesannya malah kaya gue yang ditolak? Memang kurangnya gue apa? Kurang tinggi? Apa kurang cupu sama kaya dia?