Semenjak kedatangan Kak Reza tadi ke rumah, sampai sekarang Kak Ken terus merhatiin gue entah kenapa, dia merhatiin gue tapi tetap aja nggak berniat mengeluarkan sepatah katapun.
"Apa sekarang? Kenapa merhatiin aku terus?" Tanya gue karena mulai risih, kalau ada yang salah ngomong aja, jangan ditahan.
"Belum ada larangan memperhatikan milik sendiri." Hah?
Milik sendiri? Maksudnya gue? Tumben ngejawab? Memang pertanyaan gue barusan penting banget sampai bisa membuat seorang Kendra mengeluarkan suaranya? Kagak perasaan.
"Ekheummm heummm, mau tidur dimana?" Tanya gue canggung, buang jauh alasan Kak Ken terus natap gue, ini lebih penting sekarang.
Malam ini Kak Ken beneran nginep dirumah, yang jadi pertanyaannya adalah, Kak Ken mau tidur dimana? Kalau gue tidur dikamar Kak Ken semalam mah wajar, orang tua Kak Ken ada tapi dirumah gue kagak ada orang, gue sama Kak Ken nggak harus maksain diri.
"Pertanyaan bodoh lagi." Gumam Kak Ken yang masih bisa gue denger.
Lah kenapa pertanyaan gue dianggap pertanyaan bodoh? Memang ada yang salah? Mana tahu Kak Ken nggak mau sekamar sama gue, gue tanya karena gue perhatian bukan kaya dia, sikapnya bodo amat sama gue.
"Aku denger Kak, lagian aku nanya karena peduli, Kakak mau tidur dimana? Dikamar tamu atau bareng aku? Pertanyaan bodoh dari mananya coba?" Balas gue kesal.
Terus itu tiga hari belakangan ini perasaan Kak Ken sering banget ngatain gue, nggak waraslah, gila dipelihara lah nah sekarang gue dikata bodoh juga, ke laut aja sana Kak, otak Kak Ken butuh banyak micin kayanya.
"Bareng kamu." Dan deg, gue cukup tertegun dengan jawaban Kak Ken barusan.
Mengabaikan Kak Ken yang masih setia pacaran sama buku bacaannya, gue mengangguk pelan dan mulai membaringkan tubuh gue lelah, palingan nanti kalau Kak Ken selesai sama bacaannya dia bakalan nyusul, males gue nanya-nanya lagi, yang ada tar kaya ngomong sendiri.
.
Selesai subuh tadi, gue memang langsung turun untuk nyiapin Kak Ken sarapan, udah udah sempat tanya ke Mas Ian, mereka kapan pulangnya dan katanya, Ayah, Bunda, Mas Arya sama Mas Ian berangkat ba'da magrib atau nggak setelah isya jadi sampai di rumah pasti telat dan alhasil, Kak Ken bakalan nginep lagi buat malam ini.
"Kak, aku ketemu Lily bentar nanti nggak papakan?" Tanya gue disela suapan Kak Ken.
Tik tok tik tok tik tok dan nggak ada jawaban, bisa nggak Kak Ken ngasih jawaban kalau gue tanya? Jangan malah bikin gue kesel dan alih-alih berasumsi aneh sendiri, gue lagi izin sama dia ini.
"Kak Ken!" Ulang gue sedikit meninggikan suara.
"Untuk apa?" Akhirnya.
"Ya ketemu Lily, main, nggak boleh?" Jawab gue.
Lagian gue cuma mau ketemu Lily, main masih wajarkan? Gue masih muda, masih mau menikmati masa muda gue, cukup pacaran yang akan pernah bisa gue dapetin, kenapa? Karena gue udah nikah dan laki-laki yang menikahi gue nggak akan pernah mungkin ngajak gue pacaran.
"Enggak, kalau mau main atau bahkan pacaran sekalipun, kamu punya Kakak." Dan gue kehabisan kata.
Sebenernya apa yang salah sama Kak Ken? Kenapa mendadak jadi aneh gini? Gue punya dia? Memang kalau gue ajak main Kak Ken mau? Main aja masih kurang meyakinkan lah kalau gue ajak pacaran lagi, ngakuin gue dikampus aja kagak mau dia.
"Ah terserah." Gue menyelesaikan sarapan gue dan beberes dapur, Kak Ken sendiri pindah duduk diruang tengah nontonin FTV pagi, a gue ralat, lebih tepatnya TV nyala sendiri Kak Ken sibuk ngotak ngatik handphone sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with My Senior (END)
RomanceDinikahin sama mahasiswa cupu aja gue ikhlas tapi kenapa kesannya malah kaya gue yang ditolak? Memang kurangnya gue apa? Kurang tinggi? Apa kurang cupu sama kaya dia?