"Dia itu Kakak kamu." What? Kakak? Bunda becanda?
"Mas Arya bilang mantan dan sekarang Kakak? Penjelasan Bunda lebih kacau lagi." Gue bangkit berniat keluar dari rumah, mereka semua gak ada yang mau jujur, Kakak dari mana coba?
"Duduk Ri, dengerin penjelasan Bunda." Ucap Kak Ken dingin nahan lengan gue.
"Tapi penjelasannya itu_
"Riana!" Tatapan dingin Kak Ken beneran bikin nahan emosi.
"Kakaknya Riana? Maksudnya gimana Bunda?" Tanya Kak Ken ke Bunda dengan nada yang jauh lebih lembut.
"Sebelum Bunda menikah dengan Ayahnya Riana, Bunda melakukan kesalahan besar, Reza juga putra Bunda, Dia Kakak kamu Riana."
Hah! Kesalahan? Bareng Ayah Kak Reza gitu? Bunda berharap gue percaya? Gak mungkin.
Kalau kesalahannya itu sebelum Bunda menikah dengan Ayah terus Mas Arya sama Mas Ian anak siapa? Umur mereka jelas diatas Kak Reza? Bunda punya laki-laki lain lagi apa gimana?
"Semua salah Bunda." Ulang Bunda menatap nanar gue seakan sesangat menyesal dengan perbuatannya, apa ini beneran?
"Okey anggap Rian percaya, terus kenapa Mas Arya malah bilang kalau Kak Reza mantan pacar? Kenapa gak jujur aja? Kenapa sekarang malah jadi bawa-bawa Kak Ken dalam masalah keluarga kita?"
"Yang satu pewaris tunggal keluarga Putra dan yang satu pewaris tunggal keluarga Erlangga, kedua pewaris itu putra putri Bunda dan kamu masih tanya dimana masalahnya?"
Ya iya gue tanya masalahnya dimana? Kalau gue sama Kak Reza berebut harta warisan nah itu baru wajah kalau kita berdua gak akur, berantem sampai perang mulu lah tapi ini, tapi bentar, pawaris? Maksudnya? Bukan guekan?
"Bentar, pewaris tunggal keluarga Putra? Siapa?"
"Kamu." Ini apaan lagi sih? Terus Mas Arya sama Mas Ian dikemanain?
"Bunda, mau sampai kapan Bunda bohong kaya gini? Kalau Rian pewaris tunggalnya terus itu Mas Arya sama Mas Ian gimana? Mereka jauh lebih berhak Bunda."
"Mereka anak angkat Ayah kamu." Astagfirullah, kenapa keluarga gue silsilahnya berantakan begini?
"Ya terus? Kesalahan Riana sama Kak Reza apa Bunda? Kenapa harus kami berdua yang nanggung akibatnya?"
"Kamu pikir Om Erlangga akan melepaskan kamu gitu aja setelah tahu kalau kamu adalah penyebab perpisahan Bunda sama dia? Dia menjadikan Reza alat untuk balas demdam ke Bunda lewat kamu."
Jadi ini alasannya gue selalu gak aman? Jadi ini alasannya Kak Reza selalu jahat sama gue? Gue ralat lebih tepatnya jahat ke Kak Kendra untuk menggantikan posisi gue.
"Bunda tahu kamu kecewa bahkan terluka Ri tapi ingat, bukan kamu sendiri yang kesusahan, kita semua sama, Reza juga."
"Sakit yang Reza tanggung jauh lebih berat Ri, dia berada diantara adik, Ibu dan Ayahnya, memihak kita itu artinya dia melawan Ayahnya dan memihak Ayahnya itu artinya Reza harus siap melihat kita berdua terluka." Dan gue kehabisan kata.
Gak ada yang bisa gue balas lagi untuk semua ucapan Bunda, semua yang terjadi dihidup gue ternyata berawal dari kesalahan Bunda, gue mau marah juga gak bisa, semuanya udah lewat, menyesali keadaan gak akan ada gunanya lagi, percuma.
"Rian mau pulang Kak, Bun, Rian butuh waktu." Lirih gue dengan air mata siap tumpah, ini kesalahan orang tua kita tapi kenapa harus kita semua yang nanggung akibatnya? Kenapa dunia begitu sangat tidak adil?
"Kita pamit Bunda." Kak Ken menatap Bunda prihatin dan membawa gue keluar dari rumah.
"Hati-hati, Bunda titip Rian Ken."
Gue hancur tapi disaat gue tahu kalau ada hati yang jauh lebih hancur dari gue malah ngebuat gue gak bisa nahan isak tangis gue sama sekali, untuk sesaat setiap perlakuan Kak Reza selama ini terlintas diotak gue.
Sikap Kak Reza yang gimana dengan beraninya dia nyentuh gue, menggenggam tangan gue sesukanya bahkan berlari membawa gue masuk dalam dekapannya kaya waktu itu, dia ngelakuin itu disaat dia tahu kalau gue cukup menjaga jarak dari laki-laki lain.
Kak Reza berani karena dia udah tahu kalau dia itu Kakak gue, gak ada salahnya dengan seorang Kakak menggenggam bahkan memeluk adiknya sesuka hati, itu semua karena dia Kakak gue.
"Kamu oke Ri?" Gue menggeleng cepat untuk pertanyaan Kak Kendra, gue gak baik-baik aja, gimana bisa gue baik setelah tahu ini semua?
"Rian gak baik-baik aja Kak, sekarang Rian harus gimana?"
"Akan ada solusinya, Reza juga akan cari solusinya, Kakak yakin."
"Rian mau ketemu Kak Reza." Lirih gue tertunduk.
"Kakak akan ngehubungin Reza." Kak Ken mengeluarkan handphonenya dan gak lama panggilannya terhubung.
"Gimana?" Tanya gue gak sabaran begitu Kak Ken menutup panggilannya.
"Kita ketemu Reza dirumah, Kakak udah bilang kalau kita ketemu dirumah kita aja."
.
.
."Udah lama Za?" Tanya Kak Ken yang entah kenapa berubah sedikit lebih ramah begitu mendapati Kak Reza berdiri bersandar didepan pintu rumah gue.
"Heummm." Gumam Kak Reza menatap gue sekilas.
Mendapati tatapan Kak Reza, hati gue sesangat mencelus, dia Kakak gue, Kak Reza bahkan masih melakukan segala yang terbaik untuk ngejagain gue selama ini.
"Ayo masuk." Dalam diam, gue hanya mengikuti langkah Kak Reza dan Kak Kendra mesuk ke rumah dan langsung ngambil posisi diruang tamu.
"Kakak keluar sebentar, Za gue titip Rian." Kak Kendra mengusap kepala gue sekilas sebelum ngambil kunci mobilnya.
"Kakak mau kemana?" Tanya gue nahan lengan suami gue.
"Kakak ke minimarket didepan, kalian berdua butuh bicara, Kakak yakin Reza akan bersikap baik, dia Kakak kamu, itu artinya dia juga keluarga kita sekarang."
"Jangan lama." Kak Ken mengusap pipi gue sekilas dan keluar gitu aja.
Setelah Kak Ken pergi, suasanya hening diantara gue sama Kak Reza, gue yang sibuk menggenggam tangan gue canggung sedangkan Kak Reza duduk diam dengan tatapan datarnya.
Situasinya mendadak beneran jadi aneh diantara kita berdua, lelaki yang selama ini gue kira jahat, lelaki yang selama ini coba gue hindarin ternyata adalah Kakak gue sendiri.
"Kenapa Kakak gak jujur aja?" Lirih gue membuka pertanyaan lebih dulu.
"Bunda yang lebih berhak, ini masa lalu mereka." Jawab Kak Reza menanggapi.
"Ini memang masa lalu mereka tapi karena mereka ada makanya kita berdua juga ada, masa lalu mereka memang gak ada sangkut pautnya tapi kita berdua, Rian bahkan selalu ngebalas tatapan teduh Kakak dengan tatapan benci bahkan tatapan ketakutan Riana." Gue merasa bersalah karena udah memperlakukan Kakak gue seenak jidat gue begitu.
"Kakak juga gak akan bisa selalu ada dipihak kamu jadi jangan berharap banyak Ri, dengerin semua ucapan suami kamu, Kakak gak mau kamu terluka ditangan Kakak kamu sendiri."
"Riana minta ketemu bukan untuk ngebahas keselamatan Riana apa Kakak belum bisa ngerti?" Kesal gue, bukan cuma gue yang perlu dikhawatirin.
"Riana juga gak mau Kakak terluka sendirian, Kakak punya Riana."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with My Senior (END)
Roman d'amourDinikahin sama mahasiswa cupu aja gue ikhlas tapi kenapa kesannya malah kaya gue yang ditolak? Memang kurangnya gue apa? Kurang tinggi? Apa kurang cupu sama kaya dia?