Paginya gue bangun dan mendapati Kak Kendra masih tertidur dengan pulasnya.
Ah Kak Ken nepatin omongan untuk pulang sebelum gue bangun.
Cukup lama gue merhatiin Kak Ken, tangan gue beralih mulai mengusap helaian rambut Kak Ken yang sedikit berantakan, wajah letihnya terus narik perhatian gue, andai gue bisa, ah lebih tepatnya andai gue berani, gue sangat ingin masuk dalam dekapannya sekarang.
'Sadar Ri, masih pagi.' Gue nepuk pelan pipi gue sendiri.
Memperbaiki selimut Kak Ken, gue bangkit dan mulai beberes lebih dulu, kira-kira Kak Ken pulang jam berapa? Tadi subuh gue bangun belum ada orangnya.
.
"Pagi semua." Ucap gue begitu mendapati ruang makan keluarga udah penuh, jangan tanya tatapan Mas Arya sama Mas Ian, berasa mau ngintrogasi gue.
"Apa liat-liat?" Tanya gue ketus.
"Yaelah Dek, diliatin lama juga Ken gak bakalan marah." Hah! Apaan tu maksudnya?
"Ngeledek? Dari pada Mas berdua belum pada laku mau dipukulin orang juga nggak ada yang marah." Balas gue nggak mau kalah.
"Hush, kalian kalau ketemu bisakan kalau nggak ribut?" Nggak bisa.
Ruang makan yang semula tentram aman sentosa berubah kacau nggak karuan setelah perdebatan gue sama Mas Ian, Mas Arya mah cuma bisa geleng-geleng kepala ngikutin Ayah sama Bunda.
"Ken mana, Dek?" Tanya Bunda yang membuat fokus gue teralih.
"Masih diatas Bunda."
"Panggilin dulu gih, ikut sarapan." Gue mengangguk pelan dan berjalan balik masuk ke kamar, pintu gue buka dan Kak Ken masih dengan posisi yang sama.
"Kak, bangun sarapan dulu." Gue nepuk pelan lengan Kak Ken dan memang nggak susah membuat seorang Kendra terjaga.
Kak Ken membuka matanya perlahan dan balik menatap gue lama, gue sendiri hanya tersenyum dengan posisi duduk disamping Kak Ken berbaring sekarang.
Mengusap pipi gue sekilas, Kak Ken bangkit dan berjalan linglung masuk ke kamar mandi, sebegitu ngantuknyakah? Ngapain aja semaleman diluar?
"Ri!" Gue yang memang belum turun beralih menatap Kak Ken untuk panggilannya.
"Kenapa?"
"Hari ini berangkat ke kampus bareng Kakak." Kak Ken ngomong gitu dan nutup balik pintu kamar mandi, seriusan mau berangkat bereng? Kalau ada yang lihat tar gimana?
Selesai Kak Ken beberes, kita berdua
ikut sarapan dibawah, ini pertama kalinya Kak Ken ikut sarapan bareng keluarga gue dirumah ya jadi agak sedikit canggung, tapi abaikan masalah canggung atau enggaknya sarapan kita-kita, ajakan Kak Ken untuk berangkat ke kampus bareng jujur aja lebih mendominasi pemikiran gue sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with My Senior (END)
RomansaDinikahin sama mahasiswa cupu aja gue ikhlas tapi kenapa kesannya malah kaya gue yang ditolak? Memang kurangnya gue apa? Kurang tinggi? Apa kurang cupu sama kaya dia?