"Apa kamu menangis seperti ini setiap hari?" Disaat ngerasa ada tangan yang mengusap kepala gue, gue menengadah dan menatap lelaki yang masih berbaring lemah dihadapan gue dengan mata berkaca-kaca.
Gue menatap nanar Kak Ken karena air mata yang mulai kembali mengenang, melihat Kak Ken tersenyum dan mengulurkan tangannya ke gue adalah balasan dari penantian gue selama ini.
"Ri!" Lirih Kak Kendra dengan mata ikut berkaca-kaca.
"Rian disini Kak, sebentar Rian panggil dokter_
"Kakak cuma butuh kamu!" Gue bangkit dan menggenggam tangan Kak Ken erat.
Gak akan terhitung berapa banyak rasa syukur yang gue panjatkan karena Kak Ken bangun, menatap gue lirih dengan raut wajah yang masih sama, tatapannya belum berubah bahkan setelah empat tahun berlalu.
Gue memeluk Kak Ken erat dan melepaskan semua beban yang selama ini gue tanggung, air mata yang menetes deras seolah menjadi saksi bagaimana menguapnya semua penderitaan gue selama ini.
"Sebentar Rian panggilin dokternya!" Gue bangkit terburu-buru dan manggil suster yang barusan aja meriksain Kak Ken, ngabarin keluarga dan minta Kak Reza ngebawa Andra kesini sesegera mungkin.
"Gimana dok?" Tanya gue masih menggenggam tangan Kak Kendra, gue gak mau ngelepasin tangan ini lagi, gak akan.
"Alhamdulillah kondisinya mulai membaik, semua kuasa Allah." Gue tersenyum sumringah menatap Kak Ken, semua memang karena kuasa Allah.
"Kendra hanya butuh istirahat dan kita lihat perkembangannya untuk beberapa hari kedepan, kalau memang semakin membaik, Kendra boleh pulang dalam minggu ini juga!" Jelas Dokter yang sangat-sangat bisa membuat gue bernafas lega.
"Terimaksih Dok!" Gue mengucapkan terima kasih sebelum Dokternya ninggalin ruangan Kak Ken.
"Bunda!" Gue yang memang masih duduk menatap Kak Ken lekat langsung berbalik dan mendapati Andra turun dari gendongan Kak Reza dan berlari masuk dalam dekapan gue.
"Jangan lari-lari sayang!" Ucap gue mengusap kepala Andra lembut.
"Ri, ini_
"Ini anak kita, Andra Adipati Darma!" Gue kembali meneteskan air mata gue yang diikuti Kak Ken setelahnya.
"Ayah Andra bangun ya Nda?" Tanya Andra yang gye angguki pelan.
"Iya sayang, salim sama Ayah sayang!" Andra melepaskan dekapan gue dan beralih mengecup tangan Kak Kendra pelan, Kak Ken bangkit perlahan dan membawa Andra masuk dalam dekapannya.
"Lo tidur kelamaan Ken, anak sama istri lo nyusahin gue!" Tetiba Kak Reza nyelutuk begitu, maju mendekat dan nepuk pelan bahu Kak Kendra.
"Gue juga berbaring disini karena nyelametin lo!" Kak Ken tersenyum sekilas dan kembali mengecup Andra tanpa hentinya.
Setelah Kak Reza sama Andra, gak berselang lama keluarga yang lain pada berdatangan, Ayah Bunda, Papa bahkan Mas Arya, Mas Ian sama Kak Kenza, semua menampilkan kelegaan yang luar biasa, gue berharap keadaan akan semakin membaik, semoga ini akhir bahagia gue.
.
.
."Dua minggu berlalu"
"Kakak mau kemana?" Tanya gue ke Kak Ken yang memang udah rapi dengan pakaian kantornya.
"Kerja, Kak Kenza butuh istirahat!" Gue mau protes tapi mulut gue keburu disumpel pake sesendok nasi goreng buatan Kak Kendra tadi pagi.
Hampir seminggu Kak Ken pulang kerumah setelah dinyatakan membaik dan hampir semingguan itu juga gue sama Andra berasa punya pembantu baru, ya ampun Ri kasar amat lo ngatain suami sendiri pembantu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with My Senior (END)
RomanceDinikahin sama mahasiswa cupu aja gue ikhlas tapi kenapa kesannya malah kaya gue yang ditolak? Memang kurangnya gue apa? Kurang tinggi? Apa kurang cupu sama kaya dia?