Gue bangun dan mendapati Kak Ken yang tertidur pulas disebelah gue sekarang, menggenggam tangan gue erat dan tidur menghadap ke arah gue cukup untuk membuat gue bisa bernafas lega.
Memperhatikan Kak Kendra tidur, tangan gue tanpa sadar terangkat mulai mengusap pipinya pelan, wajah lelaki yang hampir satu tahun ini mengisi setiap pagi, malam bahkan hari-hari entah kenapa terlihat begitu kelelahan.
Tatapan teduh, sikap dingin bahkan wajah datarnya seakan sangat gue rindukan sekarang, gue ingin membiarkan Kak Ken memarahi gue hanya sekedar untuk mengurangi kekhawatirannya, gue rasa itu lebih baik.
"Maaf karena Rian selalu jadi beban." Lirih gue mengusap helaian rambut Kak Ken.
"Kalau kamu mau minta maaf, cukup dengan melakukan apa yang kamu lakukan hari ini untuk Kakak setiap paginya." Ucap Kak Ken masih dengan mata terpejam.
Dalam diamnya, Kak Ken menggenggam tangan gue yang masih setiap mengusap helaian rambutnya, genggaman yang entah kenapa mendadak terasa begitu hangat.
"Kamu juga ngebuat Kakak khawatir dengan jatuh tetiba kaya kemarin Ri, orang rumah panik semua." Kak Ken nyentil kening gue pelan.
"Maaf!" Gue melepas genggaman Kak Ken dan beralih memeluknya, terasa aneh tapi gue rasa Kak Ken berhak mendapatkannya, pengorbanan Kak Ken gak akan bisa gue balas walaupun gue memeluknya seumur hidup gue.
"Bukan maaf yang Kakak mau tapi kesehatan kamu Ri." Gue mengangguk pelan.
"Yaudah sekarang bangun shalat dulu, udah telat banget soalnya, setelahnya turun, kamu harus makan sesuatu."
"Siap!"
.
.
.Awalnya gue berniat nanya masalah kejadian kemarin ke Kak Ken tapi Kak Ken bilang gak sekarang, kita berdua harus kesuatu tempat lebih dulu, gue ya nurut aja sih, pokoknya yang lenting tar dijelasin.
"Kita mau kemana Kak?" Tanya gue begitu Kak Ken mulai melajukan mobilnya tapi bukan ke arah kampus gue ataupun kerumah kita berdua, ini mau kemana?
"Ke rumah sakit." Dan jantung gue langsung gak beres, ke rumah sakit? Ngapain? Apa Kak Kendra ada luka?
"Kakak kenapa? Ada yang luka?" Tanya gue mulai meriksain tubuhnya Kak Ken.
"Mungkin!" Jawab Kak Ken tersenyum sekilas, yak gimana bisa Kak Kendra masih senyum-senyum gak jelas disaat dia laki luka kaya gini?
Lagian tadi gue perhatiin dirumah Kak Ken gak kenapa-napa kok, andukan tadi juga gak ada luka di tubuhnya, terus luka yang dimaksud Kak Ken dimana? Mungkin apanya?
"Kakak luka dimana? Jangan ngebuat Rian khawatir, kalau luka kenapa semalem gak langsung kerumah sakit? Kakak itu_
"Kakak lagi nyetir Ri, suara berisik kamu ganggung konsentrasi, kalau nabrak mau tanggung jawab?" Potong Kak Ken lagi-lagi menyunggingkan senyumannya, kayanya otak Kak Ken yang luka, gak beres gini kelakuannya.
Membiarkan Kak Kendra fokus dengan kemudinya, berselang setengah jam kita berdua sampai di rumah sakit keluarga Kak Kendra, dan begitu kita masuk ternyata Kak Kenza juga udah nungguin.
"Maaf lama Kak!" Ucap Kak Ken ngegarukin tengkuk belakangnya, huwa, Kak Ken kenapa? Anak macam mendadak berubah jadi anak kucing gini.
"Yaudah ayo masuk, nama Rian udah Kakak daftarin." Hah? Kenapa gue?
"Kak, kenapa Rian? Rian baik-baik aja, yang sakit itu Kak Kendra." Jelas gue narik-narik lengan Kak Ken minta menpejalasan.
"Nanti kamu juga tahu." Kak Kenza menatap gue sama Kak Ken bergantian sekilas yang memang berjalan lebih dulu didepan kita.
"Tok tok tok!" Ketuk Kak Kenza yang disahuti kata masuk dari arah dalam.
"Hai Bi, ini yang gue bilang tadi, kenalin ini adik gue Kendra dan ini istrinya Riana." Kak Kendra menjulurkan tangannya kebih dulu sedangkan gue hanya menunduk sekilas dengan senyum canggung.
"Saya Abi, ayo silakan duduk." Kita berdua duduk.
"Yaudah gue tinggal ya, Bi tar hasilnya gimana kabarin gue." Pamit Kak Kenza, ini sebenernya ada apa sih? Gak enak ini firasat gue.
"Jadi bisa kita cek sekarang?" Tanya dokter Abi natap gue, yak bentar, ini cek apaan sih? Kenapa natapnya ke gue?
"Bentar Dok, ini sebenarnya cek apa ya? Saya kemari karena mau cek keadaan suami saya tapi sekarang kenapa malah jadi saya yang di cek?" Tanya gue sesangat bingung.
"Lelaki tidak mungkin mengandung, tugas suami hanya menemani Riana?" Jelas Dokter Aby yang ngebuat gue keselek angin mendadak.
"Mengandung, maksudnya?"
"Ini spesialis kandungan." Jedarrrr, kepala gue pusing mendadak, apaan lagi maksudnya coba?
.
.
."Tadi Riana udah ngikutin mau Kakak sekarang gantian, jelasin semua kejadian kemarin sama Riana." Ucap gue udah ngambil posisi duduk di sofa kamar.
"Gak mau makan dulu?"
"Gak, kalau makan dulu tar makin lama, selesai makan Kakak pasti nanya gak mau beberes dulu? Tar kalau beberes dulu Kakak nanya lagi, gak mau shalat dulu? Jadi sekarang duduk buruan cerita, jangan kebanyakan alasan." Gue nepuk tempat disebalah gue nyuruh Kak Ken duduk disitu.
"Ah lama banget!" Gue bangkit dan narik Kak Ken paksa, disuruh duduk aja susah banget.
"Jelasin!" Gue udah natap Kak Ken buka kuping sama pake fokus 45.
"Lily ditahan tadi malam!" Gue langsung melongo gak percaya, kok bisa?
"Reza ditahan tadi pagi!" Dan gue langsung bangkit dari tempat duduk gue, gimana ceritanya Kak Reza bisa ikutan ditahan.
"Makanya kamu duduk dulu Ri, dengerin penjelasan Kakak baru kita cari solusi."
"Kakak dateng ke kampus kamu bahkan sebelum kamu minta jemput, Kakak nunggu ditempat biasa tapi tiba-tiba ada yang mukul Kakak dari belakang dan setelahnya Kakak gak tahu apapun."
"Kakak gak tahu apa dan bagaimana tapi yang jelas Kakak sadar dengan Lily yang udah duduk dihadapan Kakak, awalnya Kakak berpikir kalau ini semua memang ulah Lily ternyata Lily gak sendiri, Om Erlangga juga ambil andil didalamnya, tanpa sepengetahuan Reza."
"Mungkin Om Erlangga tahu selama ini kamu sama Reza masih berhubungan makanya Om Erlangga mau ngebantuin Lily untuk mencelakai kamu."
"Hampir satu jam lebih Kakak disekap tapi gak ada satu orangpun dari mereka yang berani bersikap kasar, Kakak juga gak tahu kenapa, mungkin karena Reza, Reza datang lebih dulu dan menggantikan Kakak dipukuli oleh orang-orang bayaran Papanya."
"Gak berselang lama, Mas Ian sama Mas Arya juga dateng, mereka diikuti Kenza yang membawa polisi, Lily ditangkap atas tuduhan penculikan, kenapa Reza bisa ditangkap, Reza menggantikan Papanya mengajukan diri sebagai pelaku."
"Jujur Kakak sudah mengiyakan untuk tidal menceritakan hal ini sama kamu karena Reza gak mau kamu khawatir tapi Kakak rasa kamu memang harus tahu Ri."
"Reza bersedia menggantikan Papanya masuk penjara sebagai imbalan Papanya mau melepaskan kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married with My Senior (END)
RomanceDinikahin sama mahasiswa cupu aja gue ikhlas tapi kenapa kesannya malah kaya gue yang ditolak? Memang kurangnya gue apa? Kurang tinggi? Apa kurang cupu sama kaya dia?