"Tapi lo gak ada rasa sama Tama kan?" tanya Eden penasaran.
"Ada" jawab Lallu mengangguk mantap.
Dengan cepat Eden menoleh ke belakang karena sangking terkejutnya.
•rules•
"Dulu"
"Waktu smp mungkin.. Tapi suka aja.. Karena terbiasa bareng jadi nya suka" ucap Lallu."Iya wajar juga sih" Eden menganggukkan kepala setuju dengan ucapan Lallu yang aa benarnya juga.
"Ayo balik sekarang, besok gue harus bangun pagi!" pinta Lallu sambil menepuk punggung pria di depannya agar segera meninggalkan tempat ini.
"Tumben?" Eden menoleh dengan susah payah berusaha menghadap Lallu.
"Iya, besok Tama jemput" jawab Lallu sambil tersenyum simpul.
Eden tertawa pelan lalu menarik pedal gas nya meninggalkan tempat itu.
Sepertinya besok Eden harus menemui pria itu untuk mengatakan suatu hal yang penting.
Selama di perjalanan Lallu hanya tersenyum membayangkan hari esok. Bahkan Eden sampai menegur gadis itu karena tak bersuara sama sekali di belakang sana namun benar-benar tak ada sahutan sama sekali. Tangan pria itu terulur ke belakang, untuk menahan tubuh Lallu agar tak terjatuh.
"Eden! Ngapain sih tangan lo? Mau kurang ajar ya?" omel Lallu memukul punggung Eden cukup keras hingga pria itu meringis kesakitan.
"Gue kira lo tidur" ucap Eden menyentuh punggungnya kesakitan dengan susah payah.
Niat awalnya baik, hanya ingin menjaga gadis itu dari tidurnya agar tak terjatuh, namun justru pukulan yang ia dapatkan! Sungguh malang nasibnya.
Tak memperpanjang percakapan, Eden memilih untuk menjalankan motornya tanpa bicara apapun.
Ketika hari esok tiba, Lallu benar-benar menepati janjinya untuk bangun lebih awal dari biasanya. Bahkan Tama sudah mengirim pesan bahwa pria itu sudah menunggunya di bawah. Dengan cepat Lallu menghampiri pria itu dan langkahnya terhenti saat ia hendak membuka kenop pintu kursi penumpang.
"Sia udah duduk di depan, lo di belakang ya?" ucap Tama melihat Lallu yang berada tepat di depan pintu mobilnya.
"Kita emang selalu bareng, tapi berdua bukan bertiga" ujar Lallu halus seakan menyindir.
"Lo bisa pergi sekarang, gue baru ingat kalau gue bareng sepupu gue" seru nya yang berjalan menjauhi mobil itu dan kembali masuk ke dalam lobby apartemen nya.
Ketika ia berjalan baru saja sampai pintu lobby, tangannya tercekal "Llu, gue gak bisa biarin Sia berangkat sendirian" ucapnya.
Lallu menghempaskan tangan itu "Yaudah berarti lo bisa tinggalin gue sendiri" ucap Lallu pergi meninggalkan Tama yang masih menatap Lallu dengan tatapan bersalah nya.
Tama benar-benar tak mengerti pola pikir gadis itu, kemarin gadis itu yang merengek untuk dekat pada nya. Lalu sekarang kesannya ia yang mengejar gadis itu, padahal bisa saja ia mengabaikan Lallu pergi. Namun hatinya berkata lain, ia masih ingin menemukan kepingan puzzle ingatannya dengan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rules
Teen FictionPERINGATAN ⚠ [Dilema memilih] Berpacaran bukan karena sayang dari awal tapi mencoba untuk sayang hingga akhir. Tak ada hubungan bukan berarti tak memiliki perasaan, semua itu terjadi karena merasa masih ada perasaan terkunci dan tak saling jujur.