Sean hanya diam terbengong dengan aksi Lallu yang membuat jantungnya berdegup di atas normal.
Kok diam? Kunyah!" Tegur Lallu cepat melihat Sean yang terdiam.
Sean tersenyum lebar dan melanjutkan kunyahannya.•rules•
Pukul 12.00 WIB matahari sedang tinggi-tinggi menyorot ke arah bumi. Kelas X IPA 1 yang berjadwal sama dengan XI IPA 1 pelajaran Penjaskes.
Seyra menatap Sean dengan rambut yang basah sebab keringat yang mulai menetes di pelipis nya, entah mengapa Sean terlihat lebih keren. Namun tak hanya Seyra yang beranggapan seperti itu, melainkan para kaum hawa pun mengakui itu.
Mereka di perintahkan lari 10 kali putaran di lapangan luas nan panas akan terik matahari. Para pria yang mengaku kuat saja mulai menyerah, apalagi para kaum hawa yang memiliki fisik lemah di banding pria.
Di satu putaran terakhir, Sean melihat gadis di samping nya mulai bergerak lambat. Mau tidak mau ia menyeimbangkan kecepatan nya dengan si gadis itu karena merasa khawatir.
Dan yang benar saja, dugaannya tepat bahwa gadis itu akan pingsan. Semua beringsut panik mendekat, Sean mengangkat tubuh mungil gadis itu ke arah uks.
Banyak yang mengekori nya ke arah uks. Sean mengusir mereka semua dan mengatakan bahwa gadis ini akan aman bersamanya.
Dengan hati-hati ia meletakkan tubuh lemah gadis itu di atas matras uks. Di lihatnya keringat peluh menetes melewati pelipis gadis itu, dengan cepat Sean meraih tisu yang memang tersedia di ruangan itu dan penuh kehati-hatian membersihkan keringat gadis itu.
Sean membuatkan segelas air hangat untuk gadis itu.
Selepas itu tangannya bergerak mencari minyak angin untuk memancing kesadaran si gadis. Jari telunjuk nya mendekat ke arah hidung gadis itu.
"Nghh.. " Gadis itu sudah mulai sadar, senyum Sean langsung terbit ke arah gadis itu.
"Minum dulu" Sean membantu gadis itu untuk meneguk minumnya.
Gadis itu menurut dan meminum air hangat itu dengan tubuh yang masih lemah.
"Udah enakan?" tanya Sean mengusap bahu gadis itu.
Gadis itu mengangguk pelan.
"Nama lo siapa?" tanya Sean yang duduk di samping kasur matras dimana gadis itu tergeletak.
"A..Adilla kak" jawabnya penuh kegugupan.
"A-adilla? Nama lo A-adilla?" tanya Sean sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Adilla kak" jawab nya lagi.
"Oh Adilla, kenapa bisa pingsan? Lo belum makan? Mau gue beliin makanan?" tanya Sean.
"Hah! Gausah kak, gaperlu! Hari ini fisik gue lagi lemah aja, bukan karena belum makan" katanya merasa tak enak.
"Beneran?" tanya Sean lagi.
"Iya kak" ucap gadis itu mengangguk, namun perutnya tak dapat di ajak kompromi. Suara nyaring terdengar jelas di sana.
Adilla menunduk malu, sedangkan Sean terkekeh pelan.
"Perut gabisa boong neng" ledek Sean tertawa pelan.
"Tunggu sebentar ya, gue beliin lo makanan dulu, ga papa kan gue tinggal sebentar?" Adilla mengangguk pelan.
Sean menyentuh bahu Adilla lalu bergegas pergi meninggalkan uks.
Ketika menunggu Sean, gadis itu merutuki hati nya. Apa yang dikatakan teman-teman nya tentang Sean itu benar. Sean terlalu mengagumkan, awalnya ia benci karena teman-teman nya memulai topik yang sama yaitu Sean lagi dan Sean terus. Bahkan ia sampai tutup telinga rapat-rapat ketika para teman-teman nya bergosip ria tentang ketua osis nya itu. Dan sedikit ia mengetahui tentang Sean karena teman sebangku nya pun sering bercerita tentang Sean. Teman nya mengatakan kalau Sean itu mampu mencairkan, sebeku apapun sikap seseorang padanya dengan caranya yang hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rules
Ficção AdolescentePERINGATAN ⚠ [Dilema memilih] Berpacaran bukan karena sayang dari awal tapi mencoba untuk sayang hingga akhir. Tak ada hubungan bukan berarti tak memiliki perasaan, semua itu terjadi karena merasa masih ada perasaan terkunci dan tak saling jujur.