Lallu mengerucutkan bibirnya sebal karena ulah Tama. Keduanya berpisah lalu masuk ke dalam kamarnya masing-masing.
•rules•
Karena kejadian di club tersebut, Hideo selalu mengancam dengan melaporkan Lallu karena melakukan tindakan kekerasan. Karena dia adalah seorang Lallu, gadis yang sudah kebal dengan hal-hal yang seperti itu.
"Ya silahkan" balas Lallu tanpa rasa takut sedikitpun.
Alhasil pria itu tak main-main dengan ucapannya, kini Lallu terancam di keluarkan dari sekolah.
"Terserah, saya siap" jawab Lallu yang bediri di sebelah pria itu.
"Kamu itu benar-benar ya Lalluna, hal seperti ini saja kamu anggap sepele." guru itu tak habis pikir dengan Lallu yang selalu menganggap hal seperti ini adalah suatu hal yang kecil.
"Niat saya baik, mempermudah keputusan" jawab Lallu sambil tertawa pelan.
Lallu merasa tak ada yang perlu di bicarakan lagi, jadi ia memutuskan untuk meninggalkan tempat ini.
Hideo masih berada di dalam sana, sepertinya ia masih memiliki beberapa urusan dengan guru itu. Dalam hati ia benar-benar tak menyangka bahwa gadis itu terlalu tenang untuk masalah fatal seperti ini. Ia kira gertakan saja akan membuat gadis berlutut, lalu cara keduanya adalah dengan benar-benar melaporkan gadis itu yang ia kira akan membuatnya menyerah dan akhirnya memohon namun lagi-lagi gagal. Lallu benar-benar tak bermasalah dengan di keluarkan nya ia dari sekolah.
Jadi, keputusan terakhir adalah Lallu tak jadi di keluarkan karena Hideo tak akan membiarkan Lallu pergi dari penglihatan nya.
Pria itu benar-benar ketara mendekati Lallu, hingga Lallu yang awalnya jengah dan terus mengomel. Kini tak lagi tak perduli kemana pria itu mengikuti nya.
"Gue dengar-dengar lo mau masuk kampus yang sama kayak Tama, benar kan?" Hideo meletakkan kepalanya dengan tangan sebagai penyanggah nya. Bahkan terdapat Tama dan Sia yang tampak tak masalah dengan perdebatan mereka sehari-hari.
Beberapa bulan kebersamaan mereka terjalin hingga saat ini, Sia pun mulai terbiasa dengan wajah sinis Lallu padanya.
"Enggak! Gue mau kuliah di luar negeri" jawab Lallu kesal, bermaksud agar pria itu tak mengikuti jejaknya.
"Oh iya? berarti sama dong! Gimana kalau di Jepang?" usul Hideo dengan semangat.
"Ngapain juga gue harus satu kampus sama lo" sinis Lallu menatap pria itu.
Hideo tersenyum menatap Lallu "Gue belum dapetin apa yang gue mau dari lo" ucap pria itu santai. Sontak Lallu langsung mencengkram kerah pria itu hendak memukul, namun Tama langsung bergerak panik menahan Lallu.
"Llu, nanti lo beneran bisa di D. O!" Tama berbisik dengan penekanan di setiap katanya.
Tama berusaha menenangkan emosi sahabat nya itu, ajaib nya Lallu langsung melepaskan cengkramannya pada kerah seragam Hideo.
"Bisa gak sih, gausah ganggu hidup gue." ucap Lallu dengan nada pelan penuh penekanan.
"Gue dapetin apa yang gue mau dulu, setelah itu gue gak akan ganggu lo lagi.." Hideo tersenyum manis pada Lallu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rules
Teen FictionPERINGATAN ⚠ [Dilema memilih] Berpacaran bukan karena sayang dari awal tapi mencoba untuk sayang hingga akhir. Tak ada hubungan bukan berarti tak memiliki perasaan, semua itu terjadi karena merasa masih ada perasaan terkunci dan tak saling jujur.