_________
Kehadiran kalian semua dari masa lalu yang harusnya tak terjadi lagi membuat kacau kisah cintaku, pergilah aku bukan untuk kalian
_________________
Atha mengunci ponselnya dan berlari cepat atas suruhan Dhitto yang membuatnya gugup tentang info salah satu orang tuanya.
Ia berada di perusahaan papa nya dan membuka ruangan dingin itu dengan tergesa gesa beserta hentakkan sepatu dan baju seragamnya yang masih lekat dengan rapinya.
Sreek..
Matanya tak bisa berkutik dengan cara apapun, perlahan mengumpulkan genangan air yang ada di matanya.
"Papah..." lirihnya tak percaya.
Atha mengeluarkan cairan bening dengan tangan masih memegang gagang pintu itu.
Terlihat seseorang wanita duduk dengan mesra dengan sang Ayah.
"Siapa dia" tunjuk Atha melangkahkan sepatunya pelan ke arah mereka dan menunjuk keras wajah perempuan yang sepertinya kurang lebih 5 tahun lebih muda dari mamanya itu.
"Atha" Lucky menggebrak meja kerjanya.
"Kamu ngapain kesini?!, cepat kamu pulang!" Bentak Lucky mengerikan dengan badan tegak dan tegang, begitu pula perempuan yang tadi hendak bersandar di bahu sang ayah itu.
"Papa? selingkuh?"
Lucky menggeleng dengan sorot mata tajam.
"Papa kenapa mau sama perempuan murahan kaya dia?" bentak Atha lantang dan membuat raut wajah Lucky menjadi semakin marah dan emosi.
Lucky mendorong tubuh Atha hingga benar membuat kepala Atha tersungkur dan mengelurakan cairan merah begitu banyak.
Atha meringis sakit dan segera mengeluarkan ponselnya sebelum ia benar benar kehilangan kesadaran.
Kini tangannya tertuju pada nomor yang bertuliskan my future, yaps Atha menelpon Revan dan bukan Aleta.
Ia mengusap cairan itu yang begitu pekat dan terseyum pedih pada Lucky yang terlihat mengelurakan keringat dinginnya.
Perempuan itu hanya terseyum dan sedikit menyengirkan pandangan sinis pada Atha.
"Revan tolong..." *Tut tut
Atha melepaskan ponselnya dan menatap Lucky dengan deraian air mata yang kian tak bisa berhenti.
"Papah udah gak sayang sama aku, bahkan saat aku sakit dirumah sakit papa gak ada, dan sekarang papa yang bikin aku sakit, setega itu pah?" Atha meraung raung keras dan sambil melihat darah mengalir dipelipis juga bagian belakang.
"PAPAH TEGA" teriak Atha dengan tenaga sekuatnya dan menjatuhkan kepalanya dilantai putih dan bersih itu.
Penglihatannya kabur dan ia hanya mendengar suara panggilan kecil dari Lucky.
Atha tak sadar dan membuat Lucky yang memegang kepala putri kesayangannya itu menyatu dengan cairan merah itu.
Pejaman mata itu sangat kuat dan Atha hanya mendengar suara Lucky memanggilnya khawatir.
* * *
Vanno berada tepat di sampin Atha, memegang erat tangan Atha yang masih hangat.
Vanno tau Atha dirumah sakit karena ayah Atha mengabari Revan dan menyuruhnya untuk menjaganya karena Aleta belum tau jika Atha berada di rumah sakit.
Revan hanya melihat Atha saat didorong di brankar dan darah yang mengalir begitu banyak di kepalanya.
Atha harus melakukan tranfusi darah dikarenakan ia membutuhkan banyak darah.
Dan tiba saatnya Revan memuculkan dirinya di rumah sakit itu lagi.
Ia berjalan lurus, dan melihat Nata dan Clara yang baru saja kelur dari area pemarkiran kendaraan.
Saat hendak berjalan menuju ke ruangan itu, Revan melihat Lucky yang sedang melipat tangannya di luar ruangan.
'Tante Aleta kok gak ada?" gumam Revan dalam hati.
"Selamat sore om" Revan duduk di sebelah Lucky.
"Eh Revan, gimana? keadaan Atha?" tanya Lucky gugup.
"Saya juga belum liat om, kan Vanno yanga ada di dalem"
"Lho om kira kamu yang didalem, yaudah silahkan kamu masuk aja kalo gitu" Lucky mempersilahkan.
"Ayo om bareng aja, emangnya om udah liat keadaan Atha?"
"Hm, enggak Van, om gak bisa ke dalam." jawab Lucky datar.
"Loh, terus gimana om mau tau keadaan Atha, kenapa om?" tanya Revan penasaran.
"Gak bisa, Atha pasti marah liat saya"
Revan menyergitkan alisnya lalu menghela nafas panjang, ia tak mau terlalu penasaran pada keluarga Atha.
Ia hanya perlu tau keadaan Atha saja sudah cukup, bahkan gejolak jantungnya masih tak bisa ternetralisir dengan baik.
"Saya ke dalam dulu om" ucap datar Revan dan masuk kedalam ruangan itu.
Revan membuka pintu pelan dan melihat Vanno tertidur menggenggam tangan Atha.
Kepala Atha masih terperban lekat, Revan dari tadi sangat khawatir. Namun kekhawatirannya tak berguna apa apa, ia bahkan tak ada ketika Atha seperti ini.
Revan mengambil ponselnya dan menelfon Aleta.
"Hallo tante, lebih baik tante kesini, Atha butuh tante" ucap Revan spontan tanpa mengetahui mereka sedang menyembuyikan keadaan Atha dari Aleta.
Hallo..hallo Revan, ada apa..Revan kenap— sambungan telfon di matikan oleh Revan.
Revan hanya mengirim alamat rumah sakit dan nomor ruangan. Lalu pergi tanpa menatap Lucky yang sedang menunggunya untuk tau keadaan Atha.
Revan kesal tapi sekaligus khawatir, ia benar-benar jatuh pada dasar yang salah.
Ia bahkan berjanji tak akan mau menyampaikan rasa ataupun mengeluarkan sedikit pun kode untuk Atha.
Ia terlalu kokoh pada pendirian yang salah dan menyakitkan untuk dirinya.
Revan menjemput adiknya, dan akhirnya Raka sudah ada dikursi penumpang.
"Maaf mas lama nunggunya" canda Raka.
Revan hanya diam dan langsung bergegas mencari tempat makan untuknya dan Raka, hmm sudah seperti ayah dan anak saja..
* * *
Mereka sudah duduk ditempatnya dan menunggu makannnya datang.
Tak lama kemudian telfon Revan berdering dan saat itulah Revan merasa gugup.
Aleta menelfonnya, dan suara rintihan tangis Aleta mampu membuat merinding Revan yang mendengarkannya.
"Tante ada apa" tanya Revan gugup dan bangkit dari duduknya.
"Iya tante, nanti malam saya datang"jawab Revan lalu mematikan sambungan telfonnya.
"Kak kenapa?"
"Gak papa"
"Ayodong jangan tutupin dari aku"
"Atha sakit.."
Raka bungkam dan menunduk lalu mengambil ponselnya dan menatap Revan yang masih menatapnya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart disclosure [completed]
Teen Fiction[Proses Revisi] Revan, aku menunggumu, menerima rasa yang sudah amat berat ini - Arrma Athalia. Sebuah penundaan pengungkapan hati dengan proses yang lama begitu juga sangat menyakitkan dan mengaharuskan seseorang gadis harus bertahan demi membuat...