__________
Seandainya semua rasa ini dapat kamu lihat aku yakin kamu pasti akan mengasihaniku hanya karena melihatku terbebani dengan rasa yang sangat amat berat ini.
________________
-Arrma Athalia
Revan menendang semua yang menghalangi jalannya, pikirannya melayang pada objek yang dulu ia inginkan.
Lalu ia bergergas menuju parkiran dan berniat untuk segera pergi ke sekolah Vanno, dan akan menyelesaikan masalah hatinya dengan baik-baik.
Derungan suara motor besar yang ia kendarai memanas ditelinganya, pandangannya tak sejernih wajahnya.
"Gue bunuh lo!" kesalnya dengan segenap rasa yang lama tak muncul.
Revan memutar arahnya menjadi ke arah rumahnya, seketika ia berubah pikiran, mengapa ia harus mengurus ini sekedemikian rupa?
"Ogah" degusnya.
"Pak tolong" Revan mengode kepada satpam rumahnya agar segera membuka pagar.
Ia kaget, kenapa mobil nya tidak ada dirumah? Lalu bagaimana ia akan mengajak Atha dengan segala rencana abal-abalnya?
"Pasti Raka!" pikirnya cepat.
Revan melempar tasnya asal hingga vas bunga itu pecah diatas lantai berwarna krim itu.
"RAKA! DIMANA LO" teriak Revan nyaring.
"Hai kakak" Raka memunculkan wajahnya jaim, lalu melempar senyum manis.
"Mobil gue siapa yang makek??" pekik Revan teriak tak jelas.
"Mana gue tau, kan gue gak tau" Raka memutar bola matanya malas lalu pergi masuk kedalam kamarnya.
Revan mengejarnya dengan kilatan cepat, ia tak segan segan menerkam Raka demi membuatnya buka suara.
"Dipake mama, mobil mama dirumah tante Joane, sekarang lepasin gue, gue gak suka dipeluk-peluk"
Revan melepaskan cengkraman yang disebut memeluk itu dengan cepat.
"Telpon Mama! Sekarang!" perintah Revan ganas.
"Gue abis pulsa kak, beliin gue dulu baru gue bisa nelfon" wajah Raka semu padam, rasanya ingin tertawa, namun tidak untuk Revan.
"Bajingan!" umpatnya kesal.
Raka berlari takut kakaknya ganas itu mengamuk nya, mungkin saat ini Revan sedang sama sekali tak bisa diajak bercanda.
"Gue harus habisin Dhitto!" janjinya pada dirinya sendiri.
"Brengsek ngapain gue ngurusin dia!" kesalnya tak habis pikir.
Suka lagi ya Revan? Kok kaya mau banget ngurusin hidup Atha lagi, hayo ketauan kan gak bisa move on nya? ya gatau sih Revan kadang suka lebay gitu.
"Raka! tolong ambilin minum" Revan merebahkan tubuhnya dikasurnya.
"Iya kak.." teriak seorang dari arah luar pintu itu.
Revan memijat pelipisnya cepat, lalu merasa ingin menarik semua kata-kata yang sudah ia ucapkan untuk Atha tadi.
Merasa bersalah itulah yang dirasakannya, menunggu juga itulah nyatanya, menunggu kepastian hatinya untuk benar benar berhenti atau memilih memulai dengan cinta lama yang sudah membekas ini?
"Taroh situ, awas lo, jangan brisik"
"Iya kak" Raka mengangguk pasrah.
"Tutup pintunya!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart disclosure [completed]
Teen Fiction[Proses Revisi] Revan, aku menunggumu, menerima rasa yang sudah amat berat ini - Arrma Athalia. Sebuah penundaan pengungkapan hati dengan proses yang lama begitu juga sangat menyakitkan dan mengaharuskan seseorang gadis harus bertahan demi membuat...