______
Perpisahan ini membuatku rindu akan semua hal yang kita lewati.
_______________
Membuka matanya perlahan, Atha menarik sebuah kertas yang ia tulis untuk Fanny, permohonan maaf.
"Jujur gue gak sanggup liat lo pergi" lirih Atha kesal pada dirinya sendiri sembari menatap foto Fanny.
Menghela nafas kasar, Atha bangkit dan langsung bersiap, ia berusaha bersikap tenang, namun ia tak menjamin disana nanti akan bisa atau tidak menggenang air mata yang sedari semalam ia tahan.
Klakson mobil itu membuyarkan pikirannya, Atha berlari dengan deguban jantung yang tak terkontrol.
"Mama.." ucap Atha dengan memberikan senyuman manisnya.
"Tuh Pak Ojo udah siap nganterin ke mana mana" kata Aleta dengan senangnya melihat Atha yang sudah sehat seperti ini.
"Mau kemana sih Atha.." Aleta mengacak pinganggnya.
"Nganterin temen ke bandara Mama.." ucapnya dengan nada panjang di kata 'mama'.
"Yaudah deh, hati-hati ya" singkat Aleta yang sebenarnya masih mengkhawatirkan Atha untuk di perbolehkan keluar rumah.
"Hedeuh, Atha langsung aja deh" katanya menghela nafas kasar, Cuek banget sih mama batinnya.
Aleta hanya mengangguk, dan melangkah masuk kedalam rumah dengan wajah sendu bercampur kerinduan pada Lucky yang tak ada kabar sama sekali.
"Pak anterin saya ke bandara langsung aja ya" ucap Atha dengan segala kepasrahannya.
Atha berjalan dengan langkah sendatnya, menghentakkan sepatu putih itu dengan keras, meremas kuat kertas putih itu dan menahan air mata yang masih menggenang.
"Fanny" bibirnya bergetar hebat, Atha mendekati gerumbulan teman temannya itu.
"Gue pamit, makasih buat semuanya lo gak bakalan tergantikan, dan tenang taun depan gue bakalan mampir ke indo kok" tuturnya lembut.
"Maafin gue" tangisan itu semakin ngilu untuk dilihat.
Clara dan Nata mengusap air matanya yang berderai deras dipipi mereka.
"Maafin gue, maafin gue" ucap Atha lagi dan lagi.
"Udah lah Tha, gue tetep sama kayak yang dulu kok, jangan lupain kenangan indah kita dan maaf tentang kejadian itu" akhirnya Fanny menangis dengan kejernya.
"Gak ada waktu buat kita ngobrol lama, maafin gue yang udah ngecewain lo, gue sayang kalian semua" mereka bertiga berpelukkan bersama.
Fanny menggerakkan tangannya menyentuh kopernya dan Atha mengulurkan sebuah kertas juga beberapa tas yang berisikan hadiah untuk Fanny.
"Thank you," seru Fanny terseyum.
"Nanti balik ya" ucap nanar Atha.
Fanny menggeleng cemberut, dan melambai cepat juga melajukan langkahnya dengan air mata yang cukup hebat.
Mereka menatap kepergian sahabatnya dengan jelas, sedih sekali.
"Sahabat yang pengen gue yang udah balik setelah sekian lama memendam rasa rindu, malah pergi gini sih" keluh Nata geram menatap kedua sahabatnya.
"Yaudah kapan kapan kita ke london aja, liburan bareng sekalian nengokin Fanny" sahut Clara menatap Nata samar.
"Lu kira apa di tengokin" Atha mengusap pipinya dan tertawa kecil.
"Yee ngelawak" cubit Clara pada Atha yang pipinya sangat merah padam.
"Haduh capek deh, hmm mana gue ada janji sama Vanno, gue cabut duluan gakpapa kali ya? gakpapa deh" Nata berucap lancar dengan pertanyaan sekaligus jawaban dari dirinya senditi.
Vanno? batin Atha dan Clara bersamaan.
Atha mengangguk begitu juga Clara sebagai jawaban bahwa ia mengiyakan saja.
"Kerumah Revan yuk" Ajak Atha menarik tangan Clara keras.
Clara hanya menyergitkan alisnya.
"Eh gak usah deh, aku mau bicarain sesuatu sama Revan, nanti gue ceritain deh" ucap Atha sendu dan perlahan melepaskan pegangan tangan itu.
"Yakin?" Clara menyiratkan senyum tipis.
Atha mengangguk "maafin gue ya Clar."
Clara hanya diam dan langsung memeluk Atha didepan banyak nya orang berlalu lalang, memang keadaan mereka semua sedang sangat sedih, banyaknya masalah tak membuat mereka lupa dengan sahabat yang harus saling menguatkan satu sama lain.
"Kalo lo gak tahan, apapun masalah lo cerita aja kegue sama Nata, pokoknya lo jangan sungkan cerita sama gue" ucap Clara menepuk bahu sahabatnya itu.
Setetes air mata itu menetes dan Atha segera mengusap dengan sesenggukan.
"Aku duluan ya, maafin gue belum bisa jadi temen lo yang lo ingin kan"
"Yaudah, lo tetep jadi sahabat gue yang terbaik, semua pasti ada jalan tha, lo gak boleh nyerah sekarang" ucap Clara lembut.
Atha mengangguk "gue pergi dulu ya".
Gadis itu memundurkan kakinya dan menghadap membelakangi Clara yang melambaikn tangannya dan berjalan lurus.
Ia berjalan dan menatap kebawah arah kakinya bergerak lambat, tak disangka mata itu melihat sepasang kaki yang ada didepan jari jemari kakinya.
Perlahan Atha mendongakkan wajahnya hingga sampai pada tatapan indah menyorot yang dulu ia pernah temui berulang kali bahkan setiap hari, tapi dulu.
"Hai.." sapanya lembut.
Entah angin apa yang membawa Atha ke suasana nyaman seperti ini. Ia merasa nyaman padahal hatinya sungguh memberontak.
Atha tersenyum sendu.. menatap seluruh wajahnya dengan telapak tangan dan sedikit mengelak saat tangan indah itu memegangnya.
"Lepasin.." bisik Atha pelan.
"Hari ini aku mau ngenang masa lalu kita, jadi walaupun sebagai temen aja, bisa kan lo ngulang semua itu hari ini aja, Please" Dhitto berusaha membujuk Atha dan ia berharap Atha mau menurutinya untuk hari ini saja.
Atha mengangguk dengan tangisnya. Ia sungguh merindukan Dhitto yang dulu. Namun tetaplah cintanya hanyalah Revan semata.
Tapi Atha sudah berjanji untuk hal ini, bukan untuk mengembalikan cinta yang sudah lama membusuk, namun hanya memperbaiki hubungan dengan mantan kekasihnya itu dengan cara berteman tanpa harus membenci satu sama lain.
Mereka berdua masuk kedalam mobil Dhitto, Atha yang duduk hanya diam dan telihat lesu, bahkan bibirnya sangat pucat.
Gue harap ini semua bisa bikin hidup gue lebih bermakna untuk orang lain. batinnya sambil mengarahkan tatapannya disudut matanya.
TBC
Next di chapter selanjutnya ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart disclosure [completed]
Teen Fiction[Proses Revisi] Revan, aku menunggumu, menerima rasa yang sudah amat berat ini - Arrma Athalia. Sebuah penundaan pengungkapan hati dengan proses yang lama begitu juga sangat menyakitkan dan mengaharuskan seseorang gadis harus bertahan demi membuat...