49•-Apa aku akan pergi?

1.8K 54 0
                                    

________

Sakit itu ketika seseorang sulit untuk mengerti diri kita.

_______________

Atha menjatuhkan dirinya dilantai, meremas roknya dan hanya bisa menangis untuk saat ini.

Semua terasa menyakitkan, tidak ada yang tahu isi hatinya saat ini, bahkan rasanya ia ingin membakar semua diary tentang Refal.

Atha berdiri dengan wajah kacau, menatap foto yang selalu ia pandang setiap saat, sesekali meringis, lututnya? sikunya? masih terluka begitu saja, sedangkan Stella? brengsek! umpat Atha mengingat semua itu.

"Apa lo gak sadar? selama ini gue yang selalu lo sakitin!" ucap kecewa Atha menunjuk foto wajah Revan dengan semua kepedihan yang ada.

Tangannya melayang keudara, seketika melempar album foto itu hingga pecah, Atha kembali menjatuhkan tubuhnya, menatap dan meraung.

"Gue benci lo, gue bener-bener benci lo" Atha menjambak rambutnya sendiri.

Apapun barang yang terpanjang di lemari nya ia hamburkan, berantakan! seperti suasana hatinya.

Hingga akhirnya ia diam dan mengepalkan kedua tangannya, mengambil kepingan kaca itu, sesuatu niat yang buruk sudah melayang cepat dipikirannya.

Atha tersenyum, lalu benda bening itu, tapi tidak! Atha tak akan bunuh diri.

Atha meremas pecahan kaca itu, hingga foto Revan yang ada dibawah tertetes darah segar itu.

Suara pintu terbuka cepat membuka Atha menoleh cepat.

"ATHA!" teriak seorang itu dari balik pintu.

Atha tersenyum sesenggukan, ia menyembuyikan tangannya dibalik dibelakang.

Atha tak kaget dengan kehadiran Dhitto disini, dan Atha sama sekali tidak takut, mau Dhitto menyakitinya, tak masalah, ia sudah tersakiti.

"Ada apa?" tanya Atha santai melangkah maju kearah Dhitto yang masih menatap sekitar.

"Apa yang kamu lihat?" tanya Atha sekali lagi.

"Atha! kenapa lo" Vanno tiba-tiba muncul dari arah belakang dan menghampiri Atha.

"G-gue gak papa" ucap Atha menahan air mata itu jatuh lagi.

"Dhitto? lo apain Atha?" kini Vanno bertanya sambil menatap tajam Dhitto.

"Gue baru aja masuk, dia udah kayak gitu"

"Atha? siapa? kenapa?" Vanno merangkup wajah Atha, melihat setetes air mata itu turun dipipi Atha.

"Apa yang lo sembuyiin?" Dhitto menyahut dari arah belakang.

Mata Vanno menyorot tajam dan menarik pelan tangan Atha, mereka pun hanya meringis, mendapati telapak tangan itu sudah penuh dengan darah.

"APA YANG LO LAKUIN!" bentak Vanno tak habis pikir.

"Atha? tangan lo!" Dhitto mendekat, memegang tangan itu dan menatap tajam Atha.

"Apa alesan lo lakuin ini! jawab!" bentak Dhitto tak kalah mengerikan.

"Apa gue salah? salah mencintai seseorang?" tanyanya dengan mata berbinar.

Vanno menggeleng, pasti pikiran Atha sedang tidak mengarah ke hal yang baik, sampai melukai dirinya seperti ini.

"Enggak" sahut Dhitto singkat.

"Salah kalo lo gak mencinta diri sendiri" Vanno menggegam lengan Atha.

"Iya! jangan sesekali lo nyakitin diri sendiri cuma karena mencintai seseorang!" bentak Dhitto menyadarkan gadis ini.

Heart disclosure [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang