Jika seseorang memintamu untuk mendengarkan penjelasan, dengarkan lah.
Vanno!" teriak Revan menyusuri ruangan tamu rumah Vanno yang kosong.
Revan membuka kamar Vanno, ia memegang gagang pintu dan membukanya perlahan. Matanya tebelalak tak percaya.
Siapa yang dia lihat? kekasihnya?
"Atha!" kata Revan dengan melangkah kan kakinya menuju ranjang itu.
"Revan!" panggil seseorang dari belakang.
Revan menoleh, seketika menghajar Vanno dengan habis-habisan.
bugh*
bugh*
bugh*Aliran darah itu berceceran dilantai putih itu, dari bibir hingga perut ia hajar dengan ganas.
Atha mendengar suara keributan itupun membuka matanya cepat lalu melirik kearah dua objek yang saling beradu.
"Revan! Vanno!" teriak Atha histeris.
"Ternyata lo lebih dari hina dari yang gue kira!" Revan memberhentikan kegiatan menghabisi Vanno.
"Maksud lo!" teriak Atha sambil bangkit lalu mendekat kearah mereka.
"Kenapa bisa lo ada dikamar Vanno!" tanya Revan sambil bergetar. Ia berasa dikhianti, hatinya sudah terlalu hancur dan tak bisa diselamatkan lagi.
"Van semua gak seperti yang lo pikirin" ucap Vanno yang sudah terbaring dilantai itu.
"Dengerin penjelasan gue dulu" potony Atha, ia merasa bersalah, namun ia justru berjongkok kearah Vanno.
"Gue gak nyangka, gue kira lo bakalan berubah, ternyata lo lebih licik dari apa yang gue pikirin" ucap Revan menahan emosi lalu membanting pintu kamar Vanno lalu pergi begitu saja.
"Vanno, lo gak papa?" Atha mengangkat kepala Vanno, lalu merampas ponselnya dan segera menelfon Nata.
Tersambung.
"Nat cepetan lo kesini, kerumah Vanno, penting!" ucapnya dengan nada yang membuat Nata begitu kaget dan segera menuruti permintaan Atha.
Atha mematikan sambungan ponsel itu.
Vanno menggeleng cepat, lalu pingsan begitu saja dan membuat Atha justru semakin panik.
***
"Tha, lo gak papa kan?" Clara menanyakan kondisi Atha yang masih pucat perihal semua kejadian yang terjadi.
Nata dan Clara benar benar paham semua perasaan Atha,mereka sudah mendengar penjelasan perihal Revan yang salah paham.
Padahal malam itu Vanno hanya menyuruh Atha untuk tidur dikamarnya dan Vanno tidur dikamar tamu.
Hanya sekedar itu saja dan tidak lebih dan sekarang kekasihnya sudah mengalami patah hati dan kekecewaan yang amat dalam, Vanno juga harus menjalani tranfusi beberapa kantong darah hanya karna kesalah pahaman.
"Gue gak tahan lagi Nat, Clar" keluhnya menangis.
"Stop! lo gak boleh nangis Tha, gue tau banget perasaan lo" ucap Nata menyemangati.
"Semua perjuangan gue sia-sia, gimana gue nyelesain ini semua?" tanya Atha pasrah.
"Lo tenang ada kita yang bakal bantuin lo, tentang Vanno lo tenang aja, dan sekarang tujuan lo ada di Revan tha!" kata Clara menepuk bahu Atha.
Bunyi telfon dari ponsel Atha membuatnya meraih cepat.
"Hallo ma?"
Atha kamu ke Jogja sekarang ya! Mama masih diBandung,nanti kita ketemuan disana ya. ucap Aleta mendadak menyuruh Atha untuk segera ke Jogja .Mungkin ini waktunya Atha pergi? apa ia harus tinggal disana atau bahkan pindah kesana?
"Hmm, Na, Clar, gue disuruh mama ke jogja, padahal sebelum itu gue pengen kita liburan bareng kesana, tapi waktunya gak pas"
"Gak papa Tha, waktunya emang belum tepat"
"Hmm, gue boleh titip Vanno Nat?"
Clara dan Nata saling menatap lalu mengangguk, ia sangat paham perasaan Atha, mereka juga berfikir ini mungkin jalan untuk Atha sejenak melupakan Revan.
"Iya Tha, santai aja" ucap Clara.
"Oke, gue titip salam buat Vanno ya" ucap Atha sambil bangkit dan berisap bergegas pergi kerumahnya.
"Hati-hati Tha!" Clara memeluk erat tubuh gadis ini.
"Gue sayang kalian!" ucap Nata merangkul kedua sahabtanya.
"Makasih ya, kalian baik banget sama gue" ucap Atha menghapus air matanya.
"Kaya mau kemana aja sih bagong, palingan seminggu doang" Atha menyela sesekali tertawa.
"Yaudah take care!" ucap Nata tersenyum sambil menghapus air matanya.
Atha mengangguk lalu berlari cepat, menghampiri mobilnya diparkiran lalu pergi kerumahnya untuk mengambil beberapa baju ia memasukan buku abuot R ke dalam kopernya.
Atha tak yakin bahwa ia harus pergi dari sini sendirian, walaupun hanya untuk beberapa hari, ia takut Revan justru semakin membencinya.
"Gue kangen lo Van" lirihnya duduk dan menutup wajahnya.
"Gue sayang lo, apapun gue lakuin buat lo Van"
Tapi tiba-tiba gadis ini memegang kepalanya yang merasakan sakit yang luar biasa.
"Gue gak tahan lagi Van!" lirihnya setelah pandangannya benar benar kabur.
"Selamat bahagia Revan.." Atha benar benar kehilangan kesadaran sambil memegang buku diary itu.
* * *
"Aduh Atha kok gak bisa dikabarin sih Pa? padahal jadwal penerbangan nya sebentar lagi lho" ucap Aleta pada Lucky khawatir.
Mereka sekarang sedang ada dirumah ayah Lucky tepatnya Kakek Atha, Atha sudah berjanji semalam bahwa ia akan mengujungi rumah Omanya di Jogja namun sekalian saja sekarang karna Lucky dan Aleta juga setelah dari Bandung akan berkunjung kerumah Ayah Aleta.
"Coba kamu telfon temennya, si Revan anaknya Mona itu" ucap Lucky sambil meminum secangkir kopi.
"Oh iya Revan!" ucap Aleta sambil mengusap layar ponsel mencari nomor Mona,bkarna Aleta memang punya nomor handphone Revan maka ia memutuskan menelfon Mona.
"Hallo Jeng, mau tanya nih, kira-kira si Revan tau Atha dimana gak ya?" ucap Aleta.
Maaf jeng, si Revan sama adiknya malah lagi main ke Jogja njengukin kakungnya, emangnya si Atha dimana?
"Lah? kebetulan banget dong nih, Atha saya suruh ke Jogja juga,btapi jadwal penerbangannya satu jam lagi tapi anaknya gak bisa dihubungin" kesal Aleta.
Loh apa jangan-jangan ketiduran lagi, sekarang Atha dirumah? saya kesana aja.
"Duh jeng ngerepotin jadinya, iya kemarin saya titipin ke Ghista mungkin sekarang lagi ambil baju dirumah,minta tolong ya jeng" ucap Aleta.
Iya jeng, sama-sama, nanti saya kabarin.
"Oke, makasih banyak sebelumnya." Aleta mematikan sambungan ponselnya.
"Pah, Mama khawatir kalo sampe Atha kenapa napa" Aleta mondar mandir sambil memikirkan keadaan anaknya.
"Jangan gitu Ma, lebih baik sekarang kita siap-siap berangkat ke Jogja aja" ucap Lucky beranjak lalu mengelus bahu Aleta.
"Yaudah, mama kemas-kemas dulu" ucap Aleta dan segera bersiap-siap untuk pergi ke Jogja.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Heart disclosure [completed]
Teen Fiction[Proses Revisi] Revan, aku menunggumu, menerima rasa yang sudah amat berat ini - Arrma Athalia. Sebuah penundaan pengungkapan hati dengan proses yang lama begitu juga sangat menyakitkan dan mengaharuskan seseorang gadis harus bertahan demi membuat...