Bab. 2 Kakak Jamie

4.4K 693 54
                                    

HAPPY READING 🤗

***

Untuk beberapa saat kedua manusia berbeda jenis kelamin itu saling diam. Mereka saling menatap satu sama lain seolah mencoba membaca pikiran masing-masing. Jeffrey yang rasa kantuknya sudah lenyap entah kemana, melempar selimut yang tadi dipegangnya. Ia menatap Rosie penuh selidik.

"Lo ngapain di sini? Ini kamar gue."

Butuh waktu beberapa detik bagi Rosie untuk mencerna maksud ucapan Jeffrey. Otaknya masih terlalu beku akibat keterkejutan yang ia dapat. Saat ia memahami maksud ucapan Jeffrey, Rosie terdiam. Ia menatap Jeffrey dan kamar ini bergantian.

Sebentar. Sebentar. Biarkan Rosie menganalisis.

Pertama, ini rumah mamanya.

Kedua, mamanya menikah dengan duda beranak dua.

Ketiga, Jamie anak kedua dari suami mamanya.

Keempat, ini kamar Abang Jamie.

Kelima –

Tunggu, Rosie berat untuk mengatakannya. Tapi bukankah ini terlalu aneh untuk disebut kebetulan? Bagaimana bisa seorang Jeffrey Arka Prasetyo adalah abang yang dimaksud oleh semua orang di rumah ini?

"Heh, jangan ngelamun."

Tepukan Jeffrey di pundak Rosie membuat cewek itu berjengit. Ia menatap horor pada Jeffrey yang tiba-tiba saja sudah berdiri tepat di hadapannya. Akal sehat Rosie langsung mengambil alih. Ia segera berlari keluar dari kamar itu dan masuk ke dalam kamar mandi. Rosie butuh menenangkan diri.

BRAKK

Rosie menutup pintu kamar mandi dengan keras. Ia langsung menguncinya dan memastikan jika pintu ini tidak akan bisa dibuka dari luar tanpa seijinnya. Kemudian Rosie mendudukkan dirinya di atas closet.

"Seriusan, ini pasti prank. Gue yakin." Rosie bermonolog.

Ia menganggukkan kepalanya menyetujui analisisnya yang super cerdas. Mama pasti sedang mengerjai dirinya agar ia bisa keluar dari rumah ini dengan suka rela. Tapi, darimana mama tahu jika orang yang paling tidak ingin Rosie temui di dunia ini adalah Jeffrey?

Ya, Jeffrey adalah orang yang Rosie hindari setahun belakangan ini. Semua teman di kampus juga sudah tahu jika Rosie paling alergi pada Jeffrey. Dan jika kalian bertanya alasannya, kalian harus menyiapkan waktu, telinga dan mental kalian untuk mendengarkannya dengan sepenuh hati karena kisah Rosie dan Jeffrey mengandung zat-zat yang menyebabkan orang langsung menyerah untuk mendengar lebih jauh. Sumpah, aku tidak bohong.

TOK TOK TOK

Pintu kamar mandi diketuk seseorang dari luar. Rosie yang masih memejamkan matanya dengan gaya seperti orang meditasi langsung menatap pintu di depannya dengan nyalang. Ia mulai memasang ancang-ancang siaga satu untuk menangkal segala serangan yang akan datang padanya.

"Woy, Rosie! Buka pintunya! Kita perlu bicara! Jangan ngumpet dong!"

Gawat. Itu suara Jeffrey.

Rosie langsung melompat dari closet dan berlari menuju bak mandi. Ia melompat ke dalamnya dan menarik tirai yang berada di samping bak mandi. Tubuhnya berjongkok di sisi atas bak mandi seperti anak kecil yang takut ketahuan ibunya jika ia ketahuan mencuri uang untuk membeli permen.

"Ya Tuhan, gue harus gimana? Nggak mungkin gue keluar gitu aja. Mau ditaruh dimana muka gue yang cantik ini?"

Rosie histeris sendiri. Ia menggigit kuku ibu jarinya yang merupakan kebiasannya saat sedang cemas. Rosie melihat jendela di dekat wastafel. Ah, apa ia keluar saja lewat jendela itu? Tapi, kamar mandi ini berada di lantai dua. Jika Rosie keluar dari sana, ia pasti akan terjun bebas ke bawah.

Dear, Rosie | Jaerose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang