"Once she stop annoying you, you've lost her..." – unknown.
***
"Terimakasih.. Terimakasih.. Terimakasih udah mengijinkan aku kembali hidup.."
Jeffrey terdiam di tempatnya. Ia terlalu terkejut untuk bisa mencerna apa yang sedang terjadi saat ini. Matanya melirik Rosie yang masih setia memeluk tubuhnya dengan erat. Ia bahkan bisa merasakan detak jantung Rosie yang begitu keras seolah ingin keluar dari tempatnya saking kencangnya pelukan itu. Dirasakannya tubuh Rosie bergetar, dan isakan kecil lolos dari bibirnya.
"L-lo kenapa?"
Akhirnya Jeffrey memberanikan diri untuk bertanya. Seolah sadar akan tindakannya, Rosie segera melepaskan pelukannya, mundur beberapa langkah hingga memisahkan jarak di antara mereka. Rosie menatap Jeffrey dalam diam, berusaha keras mengulang kembali apa yang baru saja terjadi. Tidak mungkin ia mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada Jeffrey.
"Mata gue kelilipan." Ujar Rosie pada akhirnya sambil mengusap pipinya dengan kasar. Ia menarik kedua ujung bibirnya, membentuk senyuman simetris yang kaku.
Jeffrey menatap Rosie penuh selidik. Ia bahkan tidak berkedip saat matanya menelisik wajah Rosie lebih jauh. Mata yang bengkak dan merah, bekas air mata di kedua pipinya, lalu wajahnya yang sembab ditambah dengan rambut yang berantakan. Kombinasi yang sempurna untuk mengatakan jika Rosie benar-benar kacau.
"Lo aneh. Bikin gue takut." Jeffrey bergidik ngeri. Lalu detik berikutnya ia sadar akan sesuatu. "Kenapa lo bisa ada di kamar gue? Lo cewek mesum, ya?!" Tuduhnya sambil menutupi dadanya yang telanjang dengan kaos yang berhasil ia tarik dari gantungan.
Rosie gelagapan dituduh seperti itu oleh Jeffrey. Ia tidak terima. "Ng-nggak sumpah! Gue lagi maen petak umpet." Ia mencoba menjelaskan.
Namun Jeffrey masih tidak percaya. Pemikiran lain menghantamnya. Ia maju selangkah, membuat Rosie tanda sadar mundur. "Jangan pake alesan yang kekanakan deh, Ros. Dari awal gue udah curiga sama lo." Jeffrey menatap Rosie dari atas ke bawah. "Sebegitu sukanya lo sama gue, huh? Sampe lo ngikutin gue kemanapun? Bahkan berani masuk ke kamar gue?" Tebaknya.
"A-apa?"
Gila! Rosie sampai tidak habis pikir. Bagaimana bisa Jeffrey menyimpulkan hal seperti itu hanya karena kejadian ini? Memang sih Rosie masih suka dengan Jeffrey. Tapi ia belum cukup gila untuk melakukan semua ini. Apalagi mengikuti Jeffrey? Huh, yang benar saja. Jika saja Mamanya tidak tinggal di sini, ia juga tidak mau bertemu dengan Jeffrey lagi meskipun rasa sukanya masih tersisa. Rosie juga masih punya harga diri.
"Iya, kan?" Jeffrey menuntut jawaban Rosie. "Lo bener-bener bikin gue takut." Sambungnya lalu membalikkan badan dan memakai kaos hitam yang sejak tadi dipegangnya.
"Lo nggak mau keluar? Atau lo mau liat gue pake baju juga?" Tanya Jeffrey lagi saat menyadari jika Rosie masih diam pada tempatnya.
Dikatakan seperti itu membuat Rosie marah. Ia menatap Jeffrey tajam lalu melangkah keluar dari kamar cowok itu. Ia bahkan nyaris membanting pintu jika saja tidak ingat ada saudara-saudara Jeffrey di rumah ini. Benar-benar ya!
***
Sudah hampir pukul dua belas malam dan Jeffrey masih duduk dengan resah di ruang tamu. Sesekali ia menatap pintu yang tertutup rapat, berharap seseorang yang sejak tadi ditunggunya datang dan membuka pintu itu. Namun sampai waktu berlalu dan hari sudah berganti, pintu itu tak kunjung terbuka.
Jeffrey menghela nafas panjang. Ia merebahkan tubuhnya ke atas sofa saat dirasa punggungnya pegal karena terlalu lama duduk. Membuka ponselnya, ada satu pesan yang sejak tadi mengganggu pikirannya – di samping seseorang yang menyebabkannya melakukan hal seperti ini. Ia membuka pesan itu lagi, membaca sebaris kalimat yang sampai sekarang belum ia temukan jawabannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Rosie | Jaerose [END]
FanfictionRosie memiliki rencana yang fantastis untuk mengisi liburan semesternya kali ini. Ia akan diam-diam datang ke rumah mamanya dan boom! Rencananya akan ia jalankan dan pasti berhasil 1000%. Sayangnya, ia justru bertemu dengan seseorang yang sudah ia h...