Bab. 16 Her Destination

2.7K 434 32
                                    

"I can't change the direction of the wind, but I can adjust my sails to always reach my destination..." – Jimmy Dean.



***



Kata orang, jika kamu bertemu dengan seseorang secara kebetulan selama tiga kali berturut-turut, mungkin dia adalah jodohmu. Rosie mencoba menghitung dalam hati sudah berapa kali ia tidak sengaja bertemu dengan Jeffrey seperti sekarang ini. Apakah sudah ada tiga kali? Ah, sepertinya sering.

Lagipula, siapa yang akan percaya mitos aneh seperti itu? Meskipun Rosie mengharapkan jika itu benar, namun tetap saja mempercayai sesuatu tanpa ada dasar yang jelas itu sangat tidak masuk akal. Seperti Jeffrey yang selalu ada di saat ia kesusahan. Sangat tidak masuk akal.

"Gue pikir lo udah putus sama dia."

Sekarang mereka ada di dalam mobil Jeffrey, setelah cowok itu menariknya dengan paksa meskipun Juna sekuat tenaga menahannya. Rosie tidak tahu kenapa Jeffrey bisa ada di bioskop di jam yang sama dengannya. Kota ini tidak kecil, kenapa ia harus selalu bertemu dengan Jeffrey?

"Itu bukan urusan lo."

Rosie membuang muka setelah agak lama ditatap oleh Jeffrey.Pandangan mata Jeffrey seakan menghakiminya, seolah dia yang bersalah di sini. Padahal jika dilihat dari kronologinya, sudah terlihat siapa yang salah. Rosie menghela nafas, matanya menelisik jalanan yang macet di sampingnya.

"Gue pikir lo nonton bareng Jio." Celetuknya, menirukan gaya bicara Jeffrey.

Melirik sekilas, Rosie melihat pegangan tangan Jeffrey di kemudinya menguat. Rosie tidak tahu apa yang cowok itu pikirkan. Ia hanya merasa perlu mengatakan hal itu, karena selama sepersekian detik setelah Jeffrey menarik tangannya dan membawanya ke dalam mobil, Rosie jadi kepikiran sosok Jio yang hanya berdiri mematung di antara beberapa orang yang ikut menyaksikan kejadian memalukan itu.

"Dan faktanya sekarang lo yang ada di sini, bukannya Jio." Tambah Jeffrey datar.

Kali ini Rosie menoleh pada Jeffrey. "Tapi kenapa?" Pandangan mata Rosie begitu menuntut. "Tau nggak kalo lo itu terlalu ikut campur?"

Jeffrey menghela nafas. Matanya fokus pada jalanan di hadapannya. "Karena gue berhak ikut campur."

Jawaban ambigu Jeffrey itu tak ayal membuat Rosie mengerutkan kening. "Maksud lo apa?" Tuntutnya.

"Gue nggak mau lo terluka, apalagi sampe disakitin orang lain." Balas Jeffrey dengan tenang.

Rosie terdiam mendengar jawaban Jeffrey. Ia membenarkan posisi duduknya agar nyaman. Kedua tangannya terlipat di depan dada, sedang matanya memilih untuk menatap jalanan yang lebih menarik. Ia memikirkan ucapan-ucapan Jeffrey dan sikapnya selama ini. Bukannya ia terlalu percaya diri atau narsis, tapi siapa yang tidak salah paham jika diperlakukan seperti itu oleh seseorang?

Melirik pada Jeffrey sekali lagi, Rosie mengamati Jeffrey dari samping dengan seksama. Dari sisi samping seperti ini, Jeffrey masih terlihat sempurna. Seolah ia tidak memiliki celah kekurangan sedikitpun pada fisiknya. Ya, jika dibandingkan dengan Juna dan beberapa cowok yang ia kenal, Jeffrey memang lebih unggul. Ada beberapa hal di samping fisik rupawannya yang mendukung hal itu. Dan itulah yang membuat Rosie tertarik. Jeffrey seolah magnet yang menarik Rosie kuat-kuat dengan pesonanya. Jika seperti ini, cewek mana yang tidak tergoda?

Sadar diperhatikan, Jeffrey berdehem. Ia tiba-tiba merasa canggung berada satu mobil dengan Rosie. Tatapan mata Rosielah yang membuatnya merasa gugup. Ia tahu sikapnya selama ini memang aneh. Salahkan dirinya yang tidak bisa berbuat lebih baik lagi setelah banyak hal yang terjadi. Jeffrey hanya merasa bersalah. Ia melihat sisi lain Rosie yang begitu rapuh dan lemah, dan ia merasa simpati. Entahlah, mungkin untuk sekarang kata kasihan jauh lebih cocok untuk mendeskripsikan semua hal aneh yang telah ia lakukan. Dan ia tidak bisa mengelak lagi jika akhirnya Rosie mempertanyakan hal ini.

Dear, Rosie | Jaerose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang