"On a far off day, a very far off future, if you see me again tell me we were always together..." – One Fine Spring Day, Ryeowook.
***
Rosie baru saja selesai mencuci piring bekas makan malamnya saat mendengar bel di depan rumah berbunyi. Ia buru-buru menyelesaikan kegiatannya dan mencuci tangannya kemudian melangkah menuju depan rumah dengan tergesa-gesa. Pikirannya sibuk menebak siapa gerangan yang bertamu malam hari seperti ini. Jika itu Jeffrey, harusnya cowok itu langsung saja masuk karena Rosie sudah memberikan kunci cadangan pada cowok itu.
Membuka gerbang rumah, Rosie terkejut mendapati Lisa berdiri di hadapannya. Untuk apa Lisa datang ke rumahnya? Bukankah selama ini Rosie sudah berusaha keras menghindari cewek itu? Kenapa Lisa begitu bersikeras?
Tanpa mau banyak memikirkan kemungkinan mengenai kehadiran Lisa di sini, tangan Rosie bergerak hendak menutup gerbang. Untungnya Lisa dengan cekatan menahan lengan Rosie.
"Rosie, please, jangan kayak gini." Ia memohon, wajahnya sarat akan kelelahan. Lisa benar-benar sudah lelah bermain kejar-kejaran dengan Rosie seperti ini.
"Kita bener-bener harus bicara." Imbuhnya saat tak mendapat respon apapun dari Rosie. "Kita temen, Ci. Gue nggak mau kehilangan temen terbaik kayak lo." Lisa menegaskan.
Untuk sesaat Rosie bimbang. Lisa memanggilnya dengan nama panggilan akrab mereka, hal itu membuat Rosie kembali mengingat momen di saat mereka bersama. Lisa teman baiknya sejak lama. Dia begitu dekat dengan Rosie, dan jika dipikir lagi Rosie memanglah keterlaluan. Bagaimana bisa ia begitu egois hingga meninggalkan teman sebaik Lisa?
Tanpa bicara, Rosie membuka kembali gerbang yang sudah setengah tertutup. Lisa mengartikannya bahwa Rosie memberikan ijin padanya untuk masuk. Seulas senyum terkembang di wajah cantik Lisa bersamaan dengan dirinya yang melangkah memasuki halaman rumah Rosie yang dipenuhi dengan tanaman. Ah, sudah berapa lama Lisa tidak ke sini?
"Ayo masuk." Ucap Rosie sambil lalu tanpa menoleh ke arah Lisa.
Segera Lisa mempercepat langkahnya mengikuti Rosie. Memasuki ruang tamu, tanpa disuruh Lisa langsung mendudukkan dirinya dengan nyaman di sofa sedangkan Rosie masuk ke dalam berniat mengambil minuman untuk Lisa.
"Gue nggak ada es, teh anget aja ya."
Rosie datang dua cangkir teh di tangannya. Ia meletakkan salah satu cangkir di depan Lisa menyisakan satu cangkir berisi teh hangat yang masih ia pegang.
"Oke. Gue nggak masalah apapun itu asal bisa diminum." Lisa mengangguk mengerti. Ia mengambil cangkir miliknya dan menyeruputnya perlahan. Setidaknya ia harus minum sebelum mulai bicara panjang lebar pada Rosie.
"Jadi..." Rosie menggantungkan ucapannya, membuat Lisa dengan segera meletakkan kembali cangkirnya ke atas meja.
"Ci, gue – "
"Kalo lo kesini mau ngebahas tentang apa yang udah gue lakukan ke Jio ataupun Jeffrey, gue rasa itu nggak perlu." Rosie memotong sebelum Lisa selesai bicara. "Gue tau itu salah, tapi itu jalan satu-satunya agar gue bisa mendapatkan apa yang gue mau."
Lisa memejamkan matanya sebentar. Baru lima menit duduk bersama Rosie, darahnya sudah mendidih. Ia sangat ingin memukul Rosie dan memarahinya bahwa apa yang Rosie lakukan itu suatu kesalahan besar. Sebagai teman ia ingin menasehati Rosie dan menuntunnya kembali ke jalan yang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Rosie | Jaerose [END]
FanfictionRosie memiliki rencana yang fantastis untuk mengisi liburan semesternya kali ini. Ia akan diam-diam datang ke rumah mamanya dan boom! Rencananya akan ia jalankan dan pasti berhasil 1000%. Sayangnya, ia justru bertemu dengan seseorang yang sudah ia h...