HAPPY READING 😊😊
***
Rosie sekarang sudah duduk tenang di ruang tamu. Ia tersenyum dalam hati karena berhasil memasuki rumah ini sembari menatap sekeliling ruangan yang dipenuhi dengan barang mewah nan mahal. Bahkan hanya dengan melihatnya saja, Rosie bisa menebak jika nilainya hampir 1M. Ini baru ruang tamunya saja lho, belum dengan ruangan lainnya yang pastinya juga sama mewahnya.
Saat tengah menaksi nilai guci antik di sudut ruangan, matanya justru menangkap sosok yang sejak tadi berada di satu ruangan dengannya. Sosok yang tengah berdiri di pintu masuk sambil menatapnya penasaran. Ah, Rosie hampir melupakan eksistensi cowok ganteng satu ini.
"Ehem.."
Rosie berdehem sedikit sambil melirik ke arah cowok itu. Ia agak heran, bagaimana bisa ia tidak disuguhi minuman saat posisinya di sini sebagai tamu? Bahkan mamanya pun menghilang entah kemana, meninggalkannya bersama cowok ganteng nan kiyowo ini. Kan Rosie jadi salah tingkat ditatap terus oleh cowok itu.
Cowok yang sudah diketahui bernama Jamie itu berjalan mendekati Rosie tanpa memutus pandangannya. Ia mendudukkan dirinya di sofa yang agak jauh dari Rosie. "Kakak beneran anaknya bunda?" Tanya cowok itu agak ragu.
Kening Rosie berkerut. Ah, ia baru ingat jika mamanya dipanggil bunda oleh anak-anaknya dari suami barunya. Oke, Rosie harus mengingat itu di otaknya pas-pasan.
"Iyap." Jawab Rosie sambil menganggukkan kepalanya mantap.
Jamie ikut menganggukkan kepala. "Pantesan mirip bunda." Gumamnya namun masih bisa didengar oleh Rosie.
"Oh, gue emang cantik. Syukur deh lo paham." Ujarnya penuh percaya diri, membuat Jamie terkejut. Namun cowok itu berusaha menjaga sikap.
Tak lama mama Ayu keluar dengan segelas es sirup yang terlihat segar. Belum sempat mama Ayu meletakkannya di atas meja, Rosie sudah mengambil gelas itu dan meminumnya hingga tandas.
"Ya ampun, Rosie pelan-pelan minumnya, nanti kamu keselek." Mama Ayu mengingatkan yang tentunya tidak digubris oleh Rosie. Cewek itu benar-benar kehausan setengah mati.
"Ahh.. segernya." Rosie meletakkan gelas yang sudah kosong ke atas meja. "Rosie ngerasa hidup lagi, Ma." Sambungnya sambil tersenyum begitu lebar seperti anak kecil.
Mama Ayu geleng-geleng kepala. Tangannya mengusap puncak kepala Rosie. "Kamu ini udah gede tapi tetep aja gitu." Ujarnya gemas lalu mencubit pipi Rosie yang agak tembam. "Oh ya, mama udah siapin kamar buat kamu."
Mendengar mama Ayu alias bunda Ayu mengatakan hal itu, Jamie yang sejak tadi diam lantas menegakkan tubuhnya sambil menatap bundanya. "Bun, di sini udah nggak ada kamar kosong. Emangnya Kak Rosie mau tidur di mana? Nggak mungkin sekamar sama Adel, kan?"
"Iya sih." Mama Ayu meringis. "Makanya untuk sementara Rosie biar tidur di kamar Abang dulu." Ujarnya memberitahu.
Jamie terlihat tidak suka. "Abang bentar lagi pulang, Bun." Ia mengingatkan.
Mama Ayu menganggukkan kepalanya. "Iya bunda tau. Kan bunda udah bilang kalo Rosie tidur dulu di kamar Abang untuk sementara. Udah sana anterin Rosie ke kamar Abang. Bunda mau ke belakang dulu."
Walaupun sebenarnya sungkan, Jamie tetap menuruti perintah bunda. Ia menggeret koper Rosie yang cukup besar dan berjalan ke ruangan lain. Rosie segera mengambil tas selempangnya yang tadi ia taruh sembarangan dan mengikuti Jamie.
Ternyata Jamie membawa Rosie ke lantai dua di rumah ini. Ia berhenti di depan pintu paling ujung di lantai ini. Jamie memutar kenop pintu yang sepertinya tidak terkunci dan membukanya. Aroma jeruk dari pengharum ruangan langsung menyapa indera penciuman mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Rosie | Jaerose [END]
أدب الهواةRosie memiliki rencana yang fantastis untuk mengisi liburan semesternya kali ini. Ia akan diam-diam datang ke rumah mamanya dan boom! Rencananya akan ia jalankan dan pasti berhasil 1000%. Sayangnya, ia justru bertemu dengan seseorang yang sudah ia h...