Bab. 20 Confusing

2.8K 418 31
                                    

"Sometimes I wish I could read your mind to find out how you really feel about me..." – unknown.



***



Hampir pukul tujuh malam saat Rosie terbangun dari tidurnya. Ia merasakan kepalanya yang berat dan sedikit pusing, membuat pandangannya sedikit mengabur. Rosie menutup matanya untuk beberapa saat, mencoba menghilangkan rasa sakit itu. Namun sepertinya ia harus minum obat karena kepalanya semakin berdenyut-denyut.

Perlahan Rosie bangkit dan mencari sesuatu di laci meja riasnya sambil memegangi kepalanya. Beruntung ia menemukan obat sakit kepala di sana, di salah satu laci meja. Segera Rosie membuka bungkusnya dan meminumnya bersama segelas air putih yang tersedia di atas meja. Ia memang selalu menyiapkan segelas air putih di dalam kamarnya – berjaga-jaga jika ia kehausan dan malas keluar dari kamar.

Rosie kemudian melihat ponselnya yang tergeletak mengenaskan di atas lantai. Ia memungutnya dan teringat siang tadi begitu pulang dari kampus ia langsung menjatuhkan diri ke ranjangnya yang empuk dan melupakan barang-barangnya.

"Sial, batrenya abis lagi." Sungutnya saat ponselnya masih tidak menyala meskipun ia sudah mencoba menghidupkannya.

Segera Rosie menyambungkan ponselnya ke charger dan layar ponselnya langsung menunjukkan mode pengisian daya. Ia mendudukkan dirinya di depan meja rias, dan terkejut melihat wajahnya yang begitu berantakan. Ada noda darah kering di sudut bibirnya, sedang wajahnya sangat berminyak dan kusam dengan rambut yang menyerupai singa.

"Tuh cewek bar-bar amat sih." Gumamnya.

Ia mengambil kapas dan mulai membersihkan wajahnya. Saat kapas yang sudah dibasahi dengan cairan micelar water itu menyentuh luka di bibirnya, ia mendesis kesakitan. Rasanya masih perih meskipun lukanya sudah mengering.

"Pasti ilangnya lama nih." Ia kembali bergumam.

Selesai membersihkan wajah, Rosie keluar dari kamar dan baru menyadari jika kondisi rumahnya gelap gulita. Rosie ingat ia langsung pulang setelah kejadian itu meskipun ia ada kelas setelahnya. Ia tidak mungkin menghadiri kelas dengan kondisi mengenaskan seperti ini, ditambah ia pasti akan menjadi pusat perhatian setelah terlibat keributan dengan Jio. Makanya ia memutuskan untuk pulang, dan langsung tidur setelahnya. Tubuhnya terlalu lelah dan kepalanya terlalu pusing.

Merasa badannya agak lengket, Rosie bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Ia membersihkan tubuhnya, mungkin ada satu jam ia berada di sana. Selesai mandi dan berpakaian, Rosie mengecek ponselnya dan memutuskan untuk menghidupkannya.

Beberapa saat setelah ponselnya, puluhan notifikasi masuk. Ada beberapa panggilan tak terjawab dari Lisa dan Jeffrey, berpuluh-puluh pesan yang jika Rosie membukanya satu persatu akan memakan waktu yang banyak – apalagi jika membalasnya. Rosie hanya membalas pesan-pesan tertentu, dari Tante Mira misalnya yang menanyakan kabarnya dan mengingatkannya mengenai janji temu dengan dokter esok hari.

Selesai membalas pesan dari Tante Mira, Rosie melihat lagi pesan-pesan yang masuk. Ada pesan masuk dari Jeffrey. Cowok itu pasti sudah mendengar perkelahiannya dengan Jio, dan Rosie pikir ia tidak perlu membalasnya. Biar saja, Rosie sedang tidak ingin memikirkan hal itu sekarang.

Lalu di bawah pesan Jeffrey ada pesan masuk dari nomor tidak dikenal. Rosie melihat foto yang terpasang dan keningnya mengerut begitu mengenali sosok itu. Penasaran, Rosie membuka pesan itu dan ia dibuat terkejut karenanya.



+62 812 7127 1271 :

Sent a picture

Dear, Rosie | Jaerose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang