Bab. 4 Midnight Talk

3.6K 584 22
                                    

HAPPY READING



***



Jeffrey menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia menatap Rosie yang kena tengah berbaring telungkup di atas kasur. Cewek itu membenamkan wajahnya pada bantal lalu menutupinya dengan selimut. Jeffrey yang melihatnya tentu saja bingung. Ia ingin menghampiri Rosie namun tidak tahu untuk apa.

"Woy, lo nggak apa-apa?"

Pertanyaan bodoh. Jeffrey sudah tahu jika Rosie menangis tadi – meskipun cewek itu tidak mengiyakannya – dan tentu saja Rosie tidak baik-baik saja. Mana ada orang yang menangis jika ia baik-baik saja? Kecuali mereka menangis karena bahagia.

Tidak ada jawaban dari Rosie. Isakan tangis yang samar-samar terdengar menjadi bukti bahwa Rosie tidak sedang baik-baik saja. Jeffrey mendekat. Ia sudah berdiri di samping kasur dan hanya berjarak tidak ada satu meter dengan Rosie. Jeffrey mengangkat tangan kanannya, bermaksud ingin memberikan tepukan di punggung yang menenangkan. Namun entah kenapa tangannya justru berhenti dan menggantung di udara.

Untuk sesaat Jeffrey hanya diam. Ia tampak sedang menimang sesuatu dan setelah semenit berlalu, Jeffrey akhirnya menurunkan tangannya. Ia membalikkan tangannya dan memilih keluar dari kamar itu. Mungkin membiarkan Rosie sendiri adalah hal terbaik yang bisa ia lakukan saat ini.



***



Keluar dari kamar mandi dengan handuk yang dikalungkan di leher, Rosie merasa lebih segar. Jam yang menggantung di dinding menunjukkan pukul setengah enam sore, menyadarkan Rosie bahwa ia tertidur cukup lama sehabis menangis tadi.

Rosie masuk ke dalam yang akan dihuninya untuk dua bulan ke depan. Ia melempar handuk ke arah kasur dan mendudukkan dirinya di depan meja belajar yang sudah berubah fungsi menjadi meja rias. Menatap pantulan dirinya di cermin, Rosie meringis. Matanya nampak sembab sehabis menangis tadi.

Mengambil produk perawatan wajahnya, mata Rosie menangkap eksistensi benda lain di mejanya. Ia mengambilnya dan keningnya berkerut saat tahu jika itu adalah es krim cup kecil rasa vanilla. Ia berpikir sebentar, seingatnya ia tidak pernah membeli es krim ini.

Seolah tahu kebingungannya, Rosie menemukan note kecil yang diselipkan di bawah sendok. Ia mengambilnya dan senyum cerah langsung terukir di bibirnya.



I hope you'll be better.



Hanya satu kalimat. Tanpa nama pengirim yang jelas. Namun Rosie tahu siapa yang menulisnya. Diam-diam suasana hatinya membaik. Ia membuka penutup es krim itu dan bersiap menyantapnya. Namun belum sampai masuk ke dalam mulutnya, Rosie meletakkan es krim dan sendok ke atas meja lagi. Ia mengambil ponselnya, berniat untuk mengambil gambar dirinya yang tengah memakan es krim itu.



roseanna.fajri

fajri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dear, Rosie | Jaerose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang