"Masa depan dan kebahagiaanku yang telah memudar, menjadi semakin jelas setelah aku melepaskan cinta ini..." – Heize, Things Are Going Well.
***
Pukul tiga lebih dua puluh menit Jeffrey tiba di halaman kosannya. Ia memarkirkan motornya, lantas dengan lemah berjalan menaiki anak tangga satu persatu menuju kamarnya. Memasukkan kunci, Jeffrey baru tersadar jika ia lupa mengunci pintu kamarnya. Beberapa hari ini ia memang tengah kehilangan fokus dan kurang sehat.
Mengabaikan fakta itu, Jeffrey melangkah masuk dan disambut dengan kegelapan. Tangannya meraba dinding untuk mencari saklar. Setelah menemukan tombolnya, ia menekannya dan cahaya terang langsung menabrak matanya, membuat ia harus beberapa kali berkedip untuk menyesuaikan diri dengan cahaya di kamarnya.
Namun bukan itu sebenarnya yang membuat Jeffrey berkedip beberapa kali, melainkan sosok asing yang tengah duduk manis di ranjangnya sembari menghadap ke arah jendela. Jantung Jeffrey berdegup kencang saat pikiran itu mendatanginya. Namun ia mencoba tenang, berharap pikirannya itu salah.
Sosok itu menoleh perlahan. Rambutnya yang panjang lurus bergerak perlahan seiring dengan Jeffrey yang bisa melihat wajahnya sedikit demi sedikit. Nafas Jeffrey tercekat, jantungnya berdetak semakin cepat. Tepat saat wajah cantik itu sempurna terekam dalam netranya, Jeffrey menahan nafas. Bibirnya dengan gagap menggumamkan sebuah nama.
"R-Ro-sie..."
Rosie yang sudah hampir satu jam berdiam diri di kamar Jeffrey mengulas sebuah senyum tipis. Ujung bibirnya sedikit berkedut, ada rasa gugup yang menyelimuti dirinya. Ini pertama kalinya ia kembali bertemu Jeffrey setelah seminggu mengasingkan diri di rumah orang tuanya.
"Aku masuk ke sini pake kunci cadangan yang kamu kasih." Rosie menjelaskan dengan cepat, menunjukkan kunci dengan gantungan tali panjang di tangannya.
Jeffrey tidak peduli soal itu. Ia melangkah cepat menghampiri Rosie, lalu membawa tubuh Rosie ke dalam dekapannya.
"Kamu kemana aja, Ros? Aku kayak orang gila nungguin kamu pulang."
Membiarkan Jeffrey memeluknya, Rosie mengalungkan kedua tangannya di sekitar tubuh Jeffrey dan balas memeluknya. Ia menepuk punggung cowok itu perlahan. Senyum kecil kembali terbit di bibirnya saat merasakan hatinya kembali menghangat.
"Aku di rumah Papa." Jawab Rosie setelah pelukan mereka terlepas.
Jeffrey ikut mendudukkan diri di samping Rosie, tangannya mengusap pipi Rosie dengan lembut seolah ingin memastikan bahwa sosok yang ada di hadapannya ini benar nyata adanya. Saat merasakan kulit lembut Rosie di telapak tangannya, Jeffrey tersenyum lebar hingga kedua lesung pipinya nampak, membuatnya terlihat semakin tampan di mata Rosie.
Dengan cepat Rosie menggelengkan kepalanya. Tujuannya datang ke sini bukan untuk melepas rindu dengan Jeffrey. Ia tidak boleh terlena dengan sentuhan hangat cowok itu. Rosie sudah memantapkan hatinya, ia harus menyelesaikan semuanya hari ini juga.
"Sebenernya alesan aku dateng ke sini karena ada yang mau aku omongin ke kamu." Ungkap Rosie, membuat Jeffrey menjauhkan tangannya dari pipi Rosie dan memasang sikap waspada.
"Aku udah tau kejadian di rumah sakit waktu itu." Jeffrey berucap dengan cepat. "Kalo itu yang pengen kamu omongin, kamu nggak perlu jelasin apapun ke aku."
Mata Rosie mengerjap beberapa kali mendengar apa yang Jeffrey ucapkan. Ia agak terkejut mengetahui fakta bahwa Jeffrey tahu mengenai kejadian itu. Lalu ingatan akan Jamie muncul di pikirannya dan ia bisa menebak dari siapa Jeffrey mengetahui hal ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Rosie | Jaerose [END]
FanfictionRosie memiliki rencana yang fantastis untuk mengisi liburan semesternya kali ini. Ia akan diam-diam datang ke rumah mamanya dan boom! Rencananya akan ia jalankan dan pasti berhasil 1000%. Sayangnya, ia justru bertemu dengan seseorang yang sudah ia h...