Bab. 33 Dear Jeffrey

2.5K 332 80
                                    

"But we were lacking and fate couldn't hold us together..." – Love in Time, Kyuhyun.



***



Flashback


Malam itu setelah pertemuan tidak sengajanya dengan Jio, Jeffrey tidak bisa tidur. Entah kenapa ucapan Jio sore itu masih terngiang dalam kepalanya. Ia tidak terlalu memikirkan apa kata orang, namun ucapan Jio sangat mengganggu pikirannya.

"Tapi sejauh apapun lo pergi, cewek lo pasti bakalan bisa nemuin lo."

Lagi-lagi ucapan Jio itu kembali terngiang dalam pikirannya. Jeffrey seolah sudah hafal betul dan bahkan intonasi suara Jio masih teringat jelas. Sebenarnya apa yang coba Jio sampaikan padanya? Atau Jio hanya asal bicara?

Meskipun sebenarnya Jeffrey sudah yakin jika semua ini ada hubungannya dengan Rosie, namun Jeffrey masih belum mau menerimanya. Tidak mungkin! Hati kecilnya berteriak, tidak terima jika ternyata Rosie kembali berulah atas dirinya.

Namun makin ditolak, pikiran Jeffrey seolah tidak mau bekerja dengan hatinya. Otaknya yang terbilang pintar itu langsung memproses semuanya, mengumpulkan semua kejadian-kejadian yang mungkin saling berhubungan satu sama lain.

Bayangan akan Rosie yang langsung menemukannya di manapun ia berada, serta bagaimana Rosie seolah tahu apa yang tengah ia lakukan, makin membuat Jeffrey gila. Ia menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin! Tidak mungkin!

Rosie tidak mungkin memasang pelacak pada dirinya!

Dengan pikiran yang kacau dan hati yang terus mengelak, Jeffrey mencoba memecahkan kebimbangannya. Ia melirik ponselnya, begitu menaruh curiga atas benda pipih persegi panjang itu.

Biasanya jika di film-film benda pertama yang memiliki kemungkinan besar dipasang alat seperti itu adalah ponsel. Jeffrey mengecek seluruh aplikasi ponselnya, barangkali saat ia lengah Rosie mengunduh aplikasi tertentu. Namun ia tak menemukannya. Bahkan sampai Jeffrey membongkar ponselnya sedemikian rupa, cowok itu tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan.

Lalu dimana?

Jeffrey mengedarkan pandangan ke seluruh isi kamarnya. Bisa jadi ada di barang pribadinya.

Ia mengambil ranselnya yang biasa ia gunakan untuk kuliah. Menumpahkan seluruh isinya hingga buku-buku dan alat tulis lainnya berserakan di lantai. Jeffrey membuka buku-bukunya satu persatu, lembar demi lembar. Ia tidak menemukan apapun.

Kemudian ia beralih pada bolpoinnya, pensel, penggaris, penghapus, dan lagi-lagi tak menemukan apapun. Mengambil ranselnya, Jeffrey membuka satu persatu-satu resletingnya, membolak-balik tasnya hingga ke bagian terdalam dan sudut terkecil. Dan lagi-lagi ia tidak menemukan apapun selain sampah bekas permen yang selalu ia lupa buang ke tempat sampah.

"Aiisshhh!!!"

Suara Jeffrey terdengar frustasi. Ia mengacak rambutnya hingga berantakan. Pikirannya kembali bergerilya, mencoba menebak benda-benda mana lagi di tempatnya yang bisa dipasangi alat seperti itu.

Bangkit berdiri, Jeffrey melangkah menuju lemari pakaiannya dan membuka isinya. Ia mengambil kaos dari gantungan, mengeceknya dan saat tak menemukan apapun ia melemparkannya sembarangan ke lantai. Begitu seterusnya hingga seluruh pakaian di lemarinya habis tak bersisa dan kini berserakan di lantai.

Jeffrey semakin bingung. Kenapa ia tidak bisa menemukannya?

Dengan pikiran yang sudah melayang-layang tak tentu arah, Jeffrey menghampiri rak sepatunya yang tertata rapi. Ia mengambil salah satu sepatunya, memeriksanya sampai ke dalam-dalam, bahkan kaos kaki bekas pakainya juga ia periksa. Dan lagi-lagi ia tak menemukan apapun.

Dear, Rosie | Jaerose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang