Bab. 12 Tentang Hati

2.8K 463 43
                                    

"Tolong ingatlah seseorang yang sangat kau cintai ada di sampingmu..." Two People – Sung Sikyung.

18+ Bocil bisa mundur alon-alon!

***

Sejak hari itu, hubungan Rosie dan Jeffrey menjadi renggang. Memang sih mereka tidak pernah dekat, toh hubungan mereka selama ini hanya sebatas saudara tiri yang terpaksa tinggal serumah. Rosie sih tidak mengharapkan lebih, karena bukan itu tujuannya datang ke sini.

Namun sejak saat itu, mereka tidak pernah bicara. Bahkan saat berpapasan ketika di rumahpun, mereka tidak pernah saling melihat. Kedua orang itu akan refleks menjauh saat salah satu diantara mereka mendekat. Singkatnya saling menghindar.

Rosie tidak bisa memungkiri jika ia masih marah pada Jeffrey. Menurutnya Jeffrey sudah bersikap keterlaluan padanya. Iya, dia memang melakukan kesalahan karena berbohong pada mamanya. Tapi Jeffrey tidak berhak memarahinya seperti pacar sejati yang memergoki pacarnya selingkuh saja. Lagipula, hubungan mereka apa? Hanya sebatas saudara tiri yang tidak jelas. Rosie juga sadar akan posisinya.

Di sisi lain, Jeffrey merasa ia harus menghindari Rosie. Ada sesuatu dalam diri Rosie yang membuat Jeffrey tidak nyaman. Terlebih lagi setelah mengetahui motif terselubung Rosie masuk ke rumah ini, Jeffrey jadi kesal. Ia pikir Rosie meminta tinggal dengan Mama Ayu karena tahu jika dirinya dan Jeffrey adalah saudara tiri. Yah, siapa tahu, kan?

Sama seperti siang ini, Rosie tengah menemani Adel mengerjakan tugas rumahnya untuk mewarnai gambar di ruang tengah. Ada Jamie yang entah bagaimana bisa pulang cepat hari ini sedang bermain game sambil berbaring pada sofa di dekatnya. Sedangkan Jeffrey? Manusia satu itu pasti sedang tidur siang di kamarnya. Jangan tanyakan itu pada Rosie, melihat batang hidungnya seharian ini saja belum.

"Ini bunganya mau dikasih warna apa, Del?" Tanya Rosie setelah ia selesai mewarnai pohon.

Adel menatap hasil karya Rosie yang baru setengah jadi. Ia melihat kota krayonnya dan berpikir sebentar sambil meletakkan ujung telunjuknya ke dagu. "Blue." Ujarnya riang.

Rosie menganggukkan kepalanya. Ia meletakkan krayon warna hijau tua ke tempatnya dan mencari krayon yang berwarna biru sesuai keinginan adel. "Lho, yang warna biru kok nggak ada?" Tanyanya kebingungan saat tak menemukan krayon yang ia cari. "Ganti warna aja gimana? Pink mau?" Tawarnya.

"No. Blue, Kak Ros." Adel menggelengkan kepalanya, menolak ide untuk mengganti warna bunga.

"Tapi yang blue nggak ada, Sayang." Rosie mencoba memberi pengertian pada Adel namun bocah itu tetap tidak mau.

"Pake krayon aku aja, Kak."

Jamie yang sejak tadi fokus pada gamenya menimpali, masih dengan mata yang tertuju pada ponsel. Rosie menoleh dengan wajah berbinar-binar.

"Boleh boleh. Mana?"

"Ambil aja di kamar aku. Di laci meja belajar." Ujarnya tanpa menatap Rosie.

Segera Rosie bangkit dan meluncur menuju kamar Jamie yang berada di lantai dua. Namun saat menaiki anak tangga terakhir langkah kaki Rosie terhenti. Jika ia masuk ke kamar Jamie, pastilah ia akan bertemu dengan Jeffrey? Aduh, bagaimana ini? Rosie belum siap.

Masih menimang apakah ia harus masuk ke dalam kamar Jamie atau tidak, pintu kamar Jamie terbuka. Jeffrey muncul dari dalam dengan kaos hitam dan celana pendek selutut – pakaian wajibnya saat di rumah – dengan wajah kusut seperti orang yang seharian hanya berbaring di kasur. Mata Rosie mengikuti arah perginya Jeffrey dari balik pilar di dekatnya. Dan saat cowok itu telah masuk ke dalam kamar mandi, Rosie langsung berlari masuk ke dalam kamar Jamie. Syukurlah.

Dear, Rosie | Jaerose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang