Bab. 25 Home

1.8K 328 20
                                    

"After along dark night until morning comes, I want to be on your side..." – Super Junior KRY, Home.



***



"Keadaan Rosie bisa dibilang tidak baik. Sejak kecil ia tidak mendapatkan cukup kasih sayang, dan hal itulah yang memicunya melakukan sesuatu agar bisa menarik perhatian. Dia.. hanya ingin diperhatikan."

Penjelasan dari dokter waktu itu masih terngiang dalam pikiran Papa Andre. Ia masih mengingatnya dengan jelas, bahkan kata demi katanya.

"Dan keinginannya untuk diperhatikan sangat kuat. Dia cenderung bisa sangat terobsesi pada sesuatu. Konseling biasa tidak akan membuahkan hasil yang maksimal. Rosie menyadari kondisinya, namun ia memilih untuk tetap berpegang teguh pada keinginannya, ia melakukan semua ini karena hanya ingin diperhatikan. Saya rasa, keluargalah satu-satunya obat yang bisa menyembuhkan Rosie."

Papa Andre memijit pelipisnya yang tiba-tiba berdenyut nyeri. Ia benar-benar tidak menyangka jika putri semata wayangnya akan mengalami hal seperti ini. Ia pikir Rosie sehat, Rosie baik-baik saja. Namun ternyata, ia selama ini salah. Rosie tidak benar-benar baik-baik saja. Rosie sakit, dan semua ini karena dirinya.

Tante Mira melangkah masuk dengan lesu. Kehadirannya menarik perhatian Papa Andre. Matanya mengikuti pergerakan Tante Mira hingga wanita itu duduk di sisi sofa yang berhadapan dengannya.

"Rosie nggak mau keluar, Mas." Ucap Tante Mira lemah, wajahnya menunjukkan kesedihan sekaligus kekhawatiran. "Udah dua hari dia nggak makan. Aku takut dia sakit."

Suara helaan nafas panjang yang terasa amat berat terdengar di ruangan itu. Papa Andre menangkup wajahnya dengan kedua tangan, kepalanya terasa semakin berdenut-denyut. Ada nyeri yang merambat masuk ke relung hatinya, dan hal itu membuat dadanya semakin sesak saja.

Rosie.. Rosie..

Kenapa kamu jadi seperti ini?

Mungkin seperti itulah jeritan hati Papa Andre yang tidak akan bisa didengar oleh siapapun. Ia benar-benar hancur sekarang. Ia merasa telah gagal menjadi papa yang baik untuk putrinya. Ia merasa seperti pecundang. Banyak kata seharusnya yang ingin ia ucapkan. Namun apalah daya, semuanya terasa percuma. Kata menyesal tidak akan cukup untuk memperbaiki semua ini.

"Maafin aku, Mas. Harusnya aku nggak biarin Rosie ketemu sama Mbak Ayu waktu itu."

Lagi-lagi kalimat itu meluncur dari bibir Tante Mira diikuti dengan raut bersalahnya. Wanita itu benar-benar merasa bersalah atas kejadian tempo hari. Jika saja ia tidak mengijinkan Rosie pergi tanpa dirinya, semua ini pasti tidak akan terjadi. Rosie tidak akan bertemu dengan Mama Ayu, dan kejadian mengerikan itu tidak akan pernah terjadi.

Mama Ayu langsung menghubungi Papa Andre setelah kejadian itu, membuat Papa Andre yang tengah sibuk bekerja langsung meluncur ke rumah sakit saat itu juga. Dan saat tiba di rumah sakit, ia menemukan Rosie tengah melamun di taman rumah sakit seorang diri, sedang Tante Mira masih memeriksakan diri di dokter kandungan.

Rosie berhenti bicara sejak hari itu. Pun saat Papa Andre maupun Tante Mira memancingnya dengan barang-barang kesukaan Rosie, cewek itu hanya diam dan memilih mengurung diri di kamarnya. Sejak hari itulah, hingga dua hari kemudian, Rosie tidak keluar dari kamar. Ia tidak makan dan tidak minum. Entah apa yang dia lakukan.

"Aku juga yang salah, Mir. Aku kurang memperhatikan Rosie sampai nggak tau keadaan dia yang kayak gini."

Papa Andre lagi-lagi mendesah panjang. Ia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa lagi sekarang. Ingin rasanya ia mendobrak pintu kamar Rosie dan membawanya ke dalam dekapannya. Namun sekali lagi, ucapan dokter membuat Papa Andre mengurungkan niatnya. Rosie tidak boleh dipaksa, atau keadaannya akan semakin buruk. Dan Papa Andre tidak ingin hal itu terjadi.

Dear, Rosie | Jaerose [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang